12 Adab Khatib Menurut Imam Al-ghazali 

Dec 02, 2024 11:57 AM - 1 bulan yang lalu 65366

KincaiMedia- Khutbah merupakan salah satu rukun penting dalam penyelenggaraan shalat Jumat. Kehadiran khatib dengan persiapan yang matang dan perilaku yang mencerminkan kehormatan ibadah ini menjadi kunci keberhasilan dalam menyampaikan pesan kepada jamaah. Nah berikut 12 etika khatib

Dalam kitab Al-Adab fid Din, Imam Al-Ghazali menguraikan dua belas etika yang kudu diperhatikan oleh seorang khatib. Adab-adab ini menjadi pedoman yang tidak hanya memperindah khutbah tetapi juga menjaga nilai-nilai kesakralannya.

Berikut adalah kedua belas etika khatib sebagaimana dirangkum dari pandangan Imam Al-Ghazali:

1. Berangkat ke Masjid dengan Hati Tenang

Seorang khatib hendaknya memulai perjalanan ke masjid dalam keadaan bentuk dan psikis yang baik. Ketenangan hati dan pikiran menjadi modal krusial agar khutbah yang disampaikan dapat memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya.

2. Shalat Sunnah dan Duduk dengan Khidmat

Setibanya di masjid, seorang khatib dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu. Setelah itu, dia duduk dengan penuh khidmat menunggu waktu shalat, menghindari percakapan yang tidak perlu, selain dalam keadaan mendesak.

3. Melangkah Menuju Mimbar dengan Rasa Hormat

Ketika waktu khutbah tiba, khatib hendaknya melangkah ke mimbar dengan rasa percaya diri dan kesadaran bahwa dia sedang menjalankan amanah mulia. Dalam hati, dia hendaknya menyadari bahwa khutbah yang bakal disampaikan adalah pesan yang dipersembahkan kepada Allah Yang Maha Perkasa.

4. Berdiri di Mimbar dengan Khusyu’ Sambil Berdzikir

Saat berdiri di mimbar, khatib disunnahkan untuk berdzikir dengan penuh khusyu’. Hal ini menciptakan suasana sakral yang membedakan khutbah dari pengajian umum.

5. Menyampaikan Salam kepada Jamaah

Setelah memandang jamaah dengan penuh konsentrasi, khatib hendaknya menyampaikan salam sebagai tanda memulai khutbah. Salam ini berfaedah untuk mengundang perhatian dan kesiapan para jamaah dalam mendengarkan.

6. Duduk Saat Adzan Dikumandangkan

Ketika muadzin mengumandangkan adzan, khatib dianjurkan untuk duduk dengan penuh rasa takut kepada Allah. Bacaan adzan dapat direspon dengan angan secara lirih, termasuk angan setelah adzan.

7. Berkhutbah dengan Tawadhu’ Tanpa Sikap Arogan

Khutbah kudu disampaikan dengan sikap rendah hati dan tidak menunjuk dengan jari, sebagaimana layaknya pidato yang berkarakter duniawi. Bahasa tubuh yang sederhana mencerminkan kerendahan hati seorang khatib.

8. Meyakini Manfaat Materi yang Disampaikan

Seorang khatib kudu mempersiapkan materi khutbah yang berbobot dan berfaedah bagi jamaah, seperti rayuan untuk bertakwa dan beradab mulia. Keyakinan bakal faedah dari isi khutbah turut menentukan dampaknya pada jamaah.

9. Mengisyaratkan Jamaah untuk Berdoa

Pada saat angan dalam khutbah, khatib dapat mengangkat tangannya sebagai isyarat kepada jamaah untuk ikut mengamini doa-doa yang dipanjatkan.

10. Turun dari Mimbar Setelah Iqamah

Seusai khutbah, khatib tidak langsung turun dari mimbar hingga muadzin menyerukan iqamah. Hal ini dilakukan untuk menjaga tata tertib ibadah Jumat.

11. Tidak Bertakbir Hingga Jamaah Tenang

Sebagai imam, khatib hendaknya memperhatikan keadaan jamaah sebelum memulai shalat. Ia tidak bertakbir hingga memastikan jamaah sudah dalam keadaan tenang dan barisan telah rapat.

12. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

Ketika memimpin shalat, khatib yang bertindak sebagai pemimpin kudu membaca surat Al-Fatihah dan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil, sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Kedua belas etika ini menjadi pedoman penting, terutama bagi para khatib pemula yang sedang belajar menyampaikan khutbah. Dengan memahami dan mengamalkan adab-adab ini, seorang khatib dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa keberkahan bagi seluruh jamaah.

Sebagai penutup, berikut ini bakal ditampilkan pendapat Al-Ghazali mengenai 12 etika khatib yang patut diperhatikan.

أداب الخطيب: يأتى المسجد وعليه السكينة والوقار، ويبدأ بالتحية ويجلس وعليه الهيبة، و يمتنع عن التخاطب، وينتظر الوقت، ثم يخطو إلى المنبر و عليه الوقار، كأنه يحب أن يعرض ما يقول على الجبار، ثم يصعد للخشوع، ويقف على المرقاة بالخشوع ويرتقي بالذكر، ويلتفت إلى مستمعيه باجتماع الفكر، ثم يشيرإليهم بالسلام ليستمعوا منه الكلام، ثم يجلس للأذان فزعا من الديان، ثم يخطب بالتواضع، ولا يشير بالأصابع، ويعتقد ما يقول لينتفع به، ثم يشير اليهم بالدعاء، وينزل إذا أخذ المؤذن في الإقامة، ولا يكبر حتى يسكتوا، ثم يفتتح الصلاة، ويرتل ما يقرأ. 

Artinya: “Adab khatib, ialah berangkat ke masjid dengan hati dan pikiran tenang; terlebih dulu shalat sunnah dan duduk dengan khidmat; tidak berbincang-bincang dan menunggu waktu; kemudian melangkah ke mimbar dengan rasa terhormat seolah-olah senang mengatakan sesuatu yang bakal disampaikan kepada Yang Maha Perkasa;

kemudian naik dan berdiri di tangga dengan khusyu’ sembari berdzikir; berputar untuk melayangkan pandangan kepada para pendengarnya dengan penuh konsentrasi kemudian menyampaikan salam kepada pendengar agar mereka mendengarkan; kemudian duduk untuk mendengarkan adzan dengan penuh rasa takut kepada Yang Maha Kuasa;

kemudian berkhutbah dengan penuh tawadhu’; tidak menunjuk dengan jari-jari; merasa percaya bahwa yang disampaikan bermanfaat; kemudian memberi isyarat kepada makmum agar berdoa; turun dari mimbar jika muadzin sudah bersiap-siap iqamat; tidak bertakbir sebelum jamaah tenang; kemudian mulai shalat dan membaca ayat-ayat Al-Qurán dengan tartil.”

Demikian penjelasan terkaut etika khatib Jumat dalam Islam. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-shawab. [Baca juga: Hukum Khatib Tidak Membaca Shalawat Saat Khutbah Kedua, Sahkah?]

Selengkapnya