KincaiMedia– Membangun rumah tangga yang selaras adalah angan setiap pasangan, baik mereka yang baru menikah maupun yang sudah lama bersama. Namun, tidak jarang banyak pasangan merasa bingung gimana langkah menciptakan suasana family yang damai, penuh cinta, dan jauh dari konflik. Bahkan, beberapa persoalan rumah tangga sering kali berujung pada bentrok serius yang mengganggu keselarasan keluarga. Nah berikut rahasia membangun rumah tangga selaras ala Rasulullah.
3 Rahasia Rumah Tangga Harmonis
Dalam Islam, Rasulullah saw. adalah teladan sempurna dalam membangun family yang penuh cinta dan kasih sayang. Perjalanan hidup beliau berbareng para istri memberikan banyak pelajaran berbobot tentang gimana mewujudkan rumah tangga yang harmonis. Berikut adalah tiga kunci rahasia rumah tangga selaras ala Rasulullah yang relevan untuk diterapkan di era ini.
- Mengelola Perasaan Pasangan dengan Bijak
Rasulullah saw. dikenal sebagai suami yang peka terhadap emosi istri-istrinya. Salah satu contoh yang menggambarkan kasih sayang beliau adalah ketika Shafiyah binti Huyai, salah satu istrinya, merasa sedih akibat perkataan menyakitkan dari Hafshah binti Umar. Hafshah menyebut Shafiyah sebagai keturunan Yahudi, yang membikin Shafiyah menangis.
Melihat perihal itu, Rasulullah saw. segera bertindak. Beliau mendekati Shafiyah, menanyakan penyebab kesedihannya, lampau menghiburnya dengan memuji latar belakang keluarganya sebagai keturunan para nabi. Sikap ini sukses membikin Shafiyah merasa dihargai dan tenang kembali. Rasulullah saw. tidak hanya menunjukkan empati tetapi juga memberikan solusi yang menguatkan hati istrinya.
Hadis yang mengabadikan peristiwa ini berbunyi:
“Dari Anas ra., diriwayatkan bahwa suatu hari Shafiyyah mendengar berita bahwa Hafshah berbicara kepadanya, “Engkau hanyalah putri seorang Yahudi.” Perkataan itu menggores hatinya, hingga air matanya mengalir. Nabi pun, dengan penuh kelembutan, datang menemui Shafiyyah yang sedang bersedih.
Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Shafiyyah?” Dengan bunyi lirih, dia menjawab, “Hafshah berkata; saya adalah putri seorang Yahudi.” Maka Nabi saw. berkata: ‘Sungguh, engkau ini adalah keturunan nabi, pamanmu nabi, dan apalagi engkau adalah istri nabi. Maka atas dasar apa dia (Hafshah) merasa lebih mulia darimu?’” (HR At-Tirmidzi).
Dalam sabda itu, jelas sekali Rasulullah saw. menunjukkan kepedulian yang mendalam terhadap emosi istrinya. Beliau tidak membiarkan Shafiyyah larut dalam kesedihan, tetapi segera menenangkan hatinya dengan kata-kata yang lembut dan penuh penghiburan. Ini mengajarkan bahwa seorang suami kudu peka terhadap emosi istrinya dan segera memberikan support emosional saat istrinya merasa terluka.
- Berbagi Tanggung Jawab di Rumah
Rasulullah saw. adalah pemimpin umat yang sangat sibuk. Namun, kesibukan beliau tidak menghalangi untuk membantu istri-istrinya dalam pekerjaan rumah. Dalam sebuah hadis, Aisyah RA menjelaskan:
“Rasulullah saw. membantu keluarganya dalam pekerjaan rumah. Namun, jika waktu sholat tiba, beliau segera berangkat untuk melaksanakan sholat.” (HR Al-Bukhari).
Keterlibatan Rasulullah saw. dalam pekerjaan domestik mengajarkan pentingnya kerja sama dalam rumah tangga. Suami yang tidak segan membantu pekerjaan rumah bakal menciptakan suasana selaras dan meningkatkan rasa saling pengertian dalam keluarga.
Sikap Rasulullah saw. dalam berbagi tanggung jawab di rumah juga mengajarkan nilai penghargaan terhadap pasangan. Ketika suami terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, dia tidak hanya meringankan beban fisik, tetapi juga memberikan support emosional kepada istrinya. Ini menunjukkan bahwa kerja sama tidak hanya menyelesaikan tugas lebih cepat, tetapi juga memperkuat rasa cinta dan saling menghormati dalam hubungan.
Selain itu, sikap ini menjadi teladan bagi umat Islam untuk mengedepankan adab mulia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalam rumah tangga. Rasulullah saw. tidak memandang pekerjaan rumah sebagai sesuatu yang merendahkan, tetapi sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawab.
Hal ini relevan untuk diterapkan dalam kehidupan modern, di mana kesibukan kerja sering kali menjadi argumen bagi salah satu pihak untuk tidak terlibat aktif di rumah. Dengan mengikuti teladan Rasulullah saw., family dapat membangun fondasi yang kokoh berasas cinta, pengertian, dan kerja sama.
- Berdiskusi dengan Pasangan
Ketika menghadapi masalah, Rasulullah saw. tidak segan untuk berbincang dengan istri-istrinya. Salah satu contohnya adalah saat perjanjian Hudaibiyah. Ketika para sahabat tidak segera melaksanakan perintah beliau untuk menggundul kepala dan menyembelih hewan kurban, Rasulullah saw. merasa buntu.
Beliau kemudian menceritakan kegundahannya kepada Ummu Salamah, salah satu istrinya. Ummu Salamah memberikan saran agar Rasulullah saw. memulai sendiri tindakan tersebut tanpa berbincang sepatah kata pun kepada para sahabat. Saran ini terbukti efektif. Melihat Rasulullah saw. bertindak, para sahabat pun segera mengikuti.
Hadis yang menggambarkan peristiwa ini menyatakan:
“Ketika tidak seorangpun melaksanakan perintah tersebut dari kalangan para sahabat, Rasulullah saw. pergi menjumpai dan berbicara kepada Ummu Salamah tentang masalahnya, lampau Ummu Salamah menyarankan, ‘Lakukan apa yang engkau perintahkan tanpa berbincang kepada mereka.’ Rasulullah saw. mengikuti saran tersebut, dan akhirnya para sahabat melaksanakan perintah beliau.” (HR Al-Bukhari).
Rasulullah saw. memberikan teladan luar biasa dalam menjalin komunikasi dan membangun hubungan yang selaras dengan pasangan. Peristiwa ini menunjukkan sungguh beliau menghargai pendapat istrinya dan tidak ragu untuk meminta masukan ketika menghadapi situasi sulit. Sikap ini menegaskan bahwa berbincang dengan pasangan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk dari kebijaksanaan dan penghormatan dalam rumah tangga.
Ummu Salamah, dengan kepintaran dan kebijaksanaannya, memberikan saran yang tepat di saat genting, menunjukkan pentingnya peran istri sebagai mitra dalam menyelesaikan masalah. Rasulullah saw. menerima saran tersebut dengan penuh kerendahan hati, yang akhirnya membawa hasil positif bagi seluruh umat.
Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, terlepas dari peran alias posisi seseorang. Dalam konteks rumah tangga modern, keterbukaan dalam berbincang dapat memperkuat hubungan suami-istri, menciptakan suasana saling percaya, dan membantu family menghadapi tantangan berbareng dengan lebih baik. Rasulullah saw. memberikan contoh bahwa pemimpin, baik dalam family maupun masyarakat, kudu bersedia belajar dan menerima masukan dari orang-orang di sekitarnya.
Penutup
Rumah tangga yang selaras bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Dibutuhkan usaha, pengertian, dan teladan yang baik untuk menciptakannya. Rasulullah saw. telah memberikan contoh gimana menjadi pasangan yang peduli, bekerja sama, dan selalu berkomunikasi dengan baik.
Semoga tiga tips di atas dapat menginspirasi setiap pasangan untuk membangun family yang penuh cinta dan keberkahan. Wallahu a’lam.