Jakarta -
Bunda dan Ayah pasti mau anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Meski begitu, beberapa anak mungkin mengalami kondisi yang disebut dengan disabilitas intelektual.
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, disabilitas intelektual (DI) merupakan suatu kondisi yang membatasi kepintaran dan mengganggu keahlian yang diperlukan untuk hidup mandiri. Ketika anak mengalami ini, kecerdasan, pembelajaran, dan keahlian kehidupan bakal terpengaruh.
Beberapa orang mungkin mengalami pengaruh ringan dan tetap menjalani kehidupan secara mandiri. Namun, beberapa yang lainnya turut mempunyai akibat yang parah dan memerlukan support serta support seumur hidupnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara mengetahui disabilitas intelektual lewat tes IQ
Menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial di RS Hermina Bekasi, dr. Rita Andriyani, Sp.A(K), salah satu langkah untuk mengetahui apakah anak mengalami disabilitas intelektual adalah dengan melakukan tes intelligence quotient (IQ). Biasanya, anak yang mengalami DI mempunyai skor di bawah 70.
"Hasil tes bakal menetapkan bahwa anak yang mempunyai IQ di bawah 70 disebut dengan disabilitas intelektual. Hal ini berasas skor normal IQ anak di nomor 90 sampai 110. Ketika IQ mencapai 110 s/d120, maka anak dikategorikan sebagai IQ di atas rata-rata, sedangkan IQ di atas 120 dikategorikan sebagai superior," ujarnya pada HaiBunda beberapa waktu lalu.
Tes IQ sendiri bisa dilakukan ketika anak sudah berumur di atas enam tahun. Jika usianya tetap kurang, Bunda bisa memilih tes lain ialah tes Griffith.
Tanda anak mengalami disabilitas intelektual
Ada beberapa tanda yang mungkin terlihat ketika anak mengalami disabilitas intelektual, Bunda. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Tahapan perkembangan tidak sesuai usia
Dokter Rita menyebut Bunda bisa memandang anak mengalami DI melalui milestone alias tahapan perkembangan anak. Umumnya, anak DI mempunyai perkembangan yang sangat jauh dan tidak sesuai dengan usianya.
Terdapat beberapa perihal yang perlu Bunda perhatikan dalam memandang tanda DI pada anak. Deretannya adalah sebagai berikut:
- Cara bicara alias komunikasi anak
- Motorik kasar anak
- Motorik lembut anak
- Kognitif alias kepintaran anak
"Ketika anak mengalami disabilitas intelektual, maka keempat ranah tersebut mengalami keterlambatan alias delay. Contohnya saja, milestone anak yang berumur empat tahun tetap seperti dua tahun. Ini sudah bisa disebut sebagai indikasi alias tanda DI," jelas dr. Rita.
2. Anak sering tantrum
Sering tantrum juga menjadi salah satu tanda anak mengalami DI. Bukan tanpa alasan, perihal ini terjadi lantaran anak tidak bisa mengutarakan apa yang mereka inginkan.
"Anak yang sering tantrum juga bisa menjadi salah satu tanda Si Kecil mengalami DI. Hal ini terjadi lantaran anak tidak bisa mengutarakan apa yang mereka inginkan Anak susah memahami keadaan dan situasi di sekitarnya sehingga mereka tantrum. Namun, bukan berfaedah semua anak yang tantrum menderita DI," tuturnya.
3. Proses belajar yang melambat
Menilik dari laman Cleveland Clinic, anak yang mengalami DI umumnya mempunyai pembelajaran yang tertunda alias melambat dalam corak apapun. Misalnya pelajaran di sekolah maupun dari pengalaman kehidupan.
4. Kesulitan membaca
Anak dengan DI biasanya mempunyai kecepatan membaca yang sangat lambat, Bunda. Tidak hanya itu, mereka juga susah dalam penalaran, logika, penilaian, serta pemikiran yang kritis.
5. Perkembangan sosial yang lambat
Tidak hanya dari segi akademis, anak yang mengalami DI juga lambat dalam mengembangkan keahlian sosialnya. Mereka apalagi susah belajar toilet training dan kegiatan perawatan diri lainnya seperti mandi dan berpakaian.
6. Speech delay
Dikutip dari laman WebMD, anak-anak yang DI biasanya juga mempunyai tanda terlambat dalam berbincang (speech delay) alias kesulitan dalam bicara. Meski begitu, tidak semua anak yang speech delay mengalami disabilitas intelektual.
7. Kejang dan gangguan suasana hati
Pada anak-anak yang mengalami DI yang parah alias berat, mereka bisa saja mempunyai masalah kesehatan lainnya. Masalah ini juga termasuk kejang, gangguan suasana hati, gangguan penglihatan, hingga masalah pada pendengaran.
Cara mengatasi anak dengan disabilitas intelektual
Dokter Rita turut membagikan beberapa langkah yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasi anak dengan DI. Berikut ini Bubun bagikan deretannya:
1. Masukkan ke sekolah yang sesuai
Ketika Bunda mengetahui bahwa anak mengalami DI, perihal pertama yang perlu dilakukan adalah memasukkan mereka ke sekolah yang sesuai. Dengan begitu, keahlian anak bakal berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
"Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh orang tua dengan anak disabilitas intelektual adalah memasukkan ke sekolah yang salah. Jika anak jelas mempunyai kondisi dan terdiagnosis dengan DI, sebaiknya anak masuk ke sekolah unik agar kemampuannya berkembang sesuai potensinya," tuturnya.
2. Kembangkan keahlian lain
Meski anak DI tidak mempunyai keahlian dalam bagian akademik, mereka tetap mempunyai talenta lainnya yang bisa diasah. Misalnya saja menari, bernyanyi, hingga berolahraga.
"Anak dengan DI dapat memahami beragam kegiatan seperti menari, bernyanyi, memasak, olahraga, dan sebagainya. Ada baiknya Bunda membantu Si Kecil mengembangkan bakatnya tersebut. Hal ini dapat dikembangkan di sekolah unik alias ikut kegiatan di luar sekolah yang berasosiasi dengan talenta alias minat anak," ujar dr. Rita.
3. Berikan terapi yang tepat
Disabilitas intelektual umumnya bisa mendapatkan terapi seperti sensori integrasi, okupasi, hingga terapi perilaku. Namun, Bunda perlu pastikan keadaan Si Kecil terlebih dulu dengan memeriksakannya ke dokter.
"Sebelum memberikan terapi, Bunda tentu kudu memeriksakan Si Kecil ke master terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka bakal mendapatkan terapi yang tepat sesuai dengan kondisinya. Tentunya pemeriksaan pada saat anak usia lebih awal alias balita lebih baik dibandingkan jika anak baru diperiksakan setelah usia 6 tahun."
"Ada beberapa terapi yang bisa diberikan untuk anak dengan DI, Bunda. Jenis terapi yang diberikan antara lain terapi sensori integrasi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi perilaku yang tentunya disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak," lanjut dr. Rita.
Demikian tanda disabilitas intelektual pada anak, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)