Ada Unsur Riba, Haram Jasa Tukar Uang Di Pinggir Jalan

Mar 24, 2025 04:05 PM - 1 bulan yang lalu 40893

ILUSTRASI Penukaran duit baru di pinggir jalan.

KincaiMedia, JAKARTA -- Setiap hari raya Idul Fitri, umumnya orang Indonesia doyan membagi-bagikan duit kepada sanak famili, khususnya anak-anak. Karena itu, kebutuhan bakal duit pecahan mini kian meningkat dalam hari-hari menjelang Lebaran.

Tingginya minat terhadap penukaran duit baru pun memunculkan buahpikiran bisnis, ialah berupa "jual beli" uang-uang baru. Kini, tidak jarang orang-orang menjajakan jasa penukaran duit tersebut di pinggir jalan.

Islam mengajarkan, praktik jual beli pada dasarnya dibolehkan. Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat ke-275, Allah berfirman.

وَاَحَلَّ اللّٰهُ الۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا‌

"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

Lengkapnya, ayat di atas memaparkan perbedaan mendasar antara praktik jual-beli dan riba. Yang satu dihalalkan, sedangkan yang lain dilarang alias diharamkan.

Adapun dalam kejadian jasa penukaran duit mini di pinggir jalan, sejatinya tidak ada praktik jual-beli. Justru yang muncul di sana adalah unsur riba.

Jika jasa penukaran duit mini dipandang sebagai jual-beli, maka tidak memenuhi syarat sahnya jual-beli. Sebab, peralatan yang diperjualbelikan pada faktanya tidak ada. Yang seakan-akan dijual malahan adalah uang, yang semestinya menjadi perangkat tukar.

Jika penyedia jasa penukaran duit di pinggir jalan berkilah bahwa mereka hanya menawarkan jasa, maka argumen ini tetap tidak bisa dibenarkan. Sebab, ada pihak yang berkuasa dalam perihal penukaran uang, ialah semisal Bank Indonesia (BI) alias bank-bank lain. Lembaga itu telah menyediakan penukaran duit secara cuma-cuma.

Dalam fikih, jual beli mata duit diistilahkan sebagai tijarah an-naqd alias al-sharf. Praktik ini dibolehkan dalam Islam dengan beberapa syarat yang kudu dipenuhi.

Selengkapnya