KincaiMedia – Dalam sebuah thread di platform X, seorang analis pasar mata duit digital berjulukan Rajat Soni membagikan pendapatnya mengenai pergerakan nilai Bitcoin (BTC) yang terus menerus mencetak rekor sejak awal Agustus.
Meski dirinya optimis bahwa Bitcoin bisa melampaui US$ 100.000, Soni juga meyakini kemungkinan adanya koreksi nilai sebelum lonjakan berikutnya.
“Pasar Bitcoin saat ini berbeda dari siklus sebelumnya. Dulu, lonjakan nilai banyak didorong oleh penanammodal ritel yang antusias dan sering bertindak emosional. Mereka membeli Bitcoin lantaran percaya bakal untung besar, apalagi hingga 10 kali lipat,” ungkap Soni, Minggu (1/12/2024).
Akan tetapi, kali ini lembaga mulai mengambil peran dominan. Menurut Soni, penanammodal institusional tidak mengejar untung fantastis. Sebaliknya, mereka puas dengan untung stabil, seperti 50 persen.
“Berapa banyak lembaga yang membeli Bitcoin di nilai US$ 50.000 hingga US$ 70.000?,” ujarnya, sembari menyoroti bahwasanya penanammodal besar condong konsentrasi pada strategi jangka panjang.
Dalam perihal ini, Soni juga mencatat penurunan dari minat penanammodal ritel berasas informasi Google Trends. Pencarian tentang Bitcoin terlihat semakin menurun, yang mengindikasikan berkurangnya antusiasme publik.
Ia pun membandingkan ini dengan puncak Bitcoin sebelumnya di US$ 73.000, yang terjadi lantaran dorongan besar dari pembelian ETF.
“Namun, ketika pembelian ETF mulai melambat, nilai Bitcoin pun kembali terkoreksi. Pola serupa bisa saja terjadi kali ini,” kata Soni.
Menurutnya, ada dua kemungkinan skenario untuk perjalanan nilai Bitcoin, yakni:
1. Langsung Naik ke Atas US$ 100.000
Dalam skenario ini, mengambil Bitcoin oleh negara-negara dan sentimen positif pasar bisa mendorong nilai melejit dalam waktu singkat.
Baca Juga: AI Grok Bicara Mengenai Mana yang Lebih Bagus Antara Solana dan XRP di 2025
2. Koreksi Sebelum Lonjakan
Skenario ini mengantisipasi adanya tekanan jual dari penanammodal institusional yang mencoba ‘mengguncang’ penanammodal mini dan emosional. Setelah koreksi ini selesai, Bitcoin baru bakal melanjutkan perjalanan ke nilai yang lebih tinggi.
“Perlu diingat juga bahwa pasar sering ‘menghukum’ penanammodal yang emosional,” paparnya.
Dia juga menambahkan, Bitcoin merupakan peralatan Veblen, yang semakin mahal harganya, semakin banyak orang mau membelinya. Sebaliknya, saat nilai turun maka orang condong panik dan menjual, yang menyebabkan anjloknya harga.
“Beberapa bulan lalu, ada tindakan jual besar-besaran dari pemain besar. Contohnya adalah Jerman yang menjual 50.000 Bitcoin saat harganya berkisar di US$ 55.000. Saya penasaran, siapa lagi yang bakal menjual BTC ketika harganya mencapai US$ 100.000,” urainya.
Soni juga menyebut bahwasanya ETF juga merupakan salah satu penggerak utama nilai Bitcoin mencapai puncaknya. Namun, jika penanammodal ritel tidak memandang untung yang signifikan dari ETF, arus pembelian ini bisa melambat, yang berpotensi memengaruhi harga.
“Di puncak US$ 73.000 pada Maret lalu, pembelian ETF menurun drastis setelah kegiatan pembelian yang tinggi pada awal tahun. Ini juga mungkin bakal terjadi lagi di masa depan,” tutur Soni.
Kendati analisa di pasar kripto yang dia lakukan sudah mendalam, namun dirinya tetap mengakui bahwa prediksinya tersebut bisa juga meleset.
“Saya bisa saja keliru. Namun, saya percaya bahwa Bitcoin bakal bergerak seperti tangga, naik secara berjenjang dan jarak konsolidasi di antaranya,” pungkas Soni.
Disclaimer: Semua konten yang diterbitkan di website KincaiMedia ditujukan sarana informatif. Seluruh tulisan yang telah tayang di KincaiMedia bukan nasihat investasi alias saran trading.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada mata duit kripto, senantiasa lakukan riset lantaran mata duit digital adalah aset volatil dan berisiko tinggi. KincaiMedia tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun untung anda.