KincaiMedia– Artikel ini bakal membahas hidayah orang masuk Islam, segala dosa mualaf bakal diampuni Allah. Islam adalah kepercayaan yang penuh dengan kasih sayang dan ampunan.
Salah satu corak kasih sayang Allah adalah memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Bagi orang yang sebelumnya berada dalam kekafiran, Islam menjadi jalan pembuka menuju pembebasan yang sempurna. Allah bakal mengampuni dosa orang yang masuk Islam, alias mualaf.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ يَّنْتَهُوْا يُغْفَرْ لَهُمْ مَّا قَدْ سَلَفَۚ وَاِنْ يَّعُوْدُوْا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّتُ الْاَوَّلِيْنَ ٣٨
Artinya; “Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, (Abu Sufyan dan kawan-kawannya) ‘Jika mereka berakhir (dari kekafirannya), niscaya Allah bakal mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh bakal bertindak (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).” (QS. Al-Anfal: 38).
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa jika seseorang yang kafir berakhir dari kekufurannya dan masuk Islam [mualaf], maka seluruh dosa dan kesalahannya yang telah lampau bakal diampuni.
Ini merupakan bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh manusia dan memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang mau memperbaiki diri. Hal ini juga menunjukkan sungguh besarnya kasih sayang Allah terhadap hamba-hamba- yang mau kembali ke jalan yang benar.
Lebih jauh lagi, Imam Thabari dalam Tafsir Jamiul Bayan, ayat ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, apalagi bagi mereka yang sebelumnya berada dalam kekafiran dan permusuhan terhadap Islam. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan kepada orang-orang kafir bahwa pintu taubat selalu terbuka.
Jika mereka berakhir dari kekafiran dan peperangan melawan kaum Muslimin, lampau beragama kepada Allah dan Rasul [mualaf], maka Allah bakal mengampuni dosa mereka yang telah lalu. Ini adalah corak rahmat dan keadilan Allah, di mana keagamaan dan taubat yang tulus dapat menghapus segala kesalahan masa lalu.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa Islam bukan kepercayaan yang membalas dendam, melainkan menawarkan kesempatan bagi siapa saja yang mau kembali kepada kebenaran.
Namun, ayat ini juga memberikan peringatan tegas bagi mereka yang tetap dalam permusuhan dan kembali memerangi kaum Muslimin. Allah mengingatkan bahwa sunnah-Nya telah bertindak terhadap umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul dan menolak nasihat kebenaran. Seperti yang terjadi dalam Perang Badar, di mana kaum musyrikin mengalami kekalahan besar sebagai akibat dari kesombongan dan keingkaran mereka.
Jika mereka kembali kepada sikap permusuhan, maka mereka bakal menghadapi balasan yang sama seperti umat-umat terdahulu yang menentang kebenaran. Ayat ini menjadi peringatan bahwa setiap kezaliman dan pelanggaran terhadap ketentuan Allah pasti bakal berujung pada jawaban yang setimpal.
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: ” قل “، يا محمد، ” للذين كفروا “، من مشركي قومك= ” إن ينتهوا “، عما هم عليه مقيمون من كفرهم بالله ورسوله، وقتالك وقتال المؤمنين، فينيبوا إلى الإيمان (48) = يغفر الله لهم ما قد خلا ومضى من ذنوبهم قبل إيمانهم وإنابتهم إلى طاعة الله وطاعة رسوله بإيمانهم وتوبتهم (49) = ” وإن يعودوا “، يقول: وإن يعد هؤلاء المشركون لقتالك بعد الوقعة التي أوقعتها بهم يوم بدر= فقد مضت سنتي في الأولين منهم ببدر، ومن غيرهم من القرون الخالية، (50) إذ طغوا وكذبوا رسلي ولم يقبلوا نصحهم، من إحلال عاجل النِّقَم بهم, فأحلّ بهؤلاء إن عادوا لحربك وقتالك، مثل الذي أحللت بهم.
Artinya; Abu Ja’far berkata: Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad, “Katakanlah, wahai Muhammad, kepada orang-orang yang kafir dari kaummu yang musyrik:
‘Jika mereka berakhir dari kekafiran mereka kepada Allah dan Rasulullah, serta berakhir dari memerangimu dan kaum mukminin, lampau mereka kembali kepada keimanan, maka Allah bakal mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lampau sebelum mereka beragama dan kembali kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya melalui keagamaan dan taubat mereka.
Namun, jika mereka kembali (memerangimu),’ ialah jika orang-orang musyrik itu kembali untuk memerangimu setelah kekalahan yang mereka alami pada Perang Badar, ‘maka telah berlalu sunnah-Ku terhadap orang-orang terdahulu dari mereka di Badar, serta terhadap umat-umat yang telah lalu,’ ialah ketika mereka melampaui batas, mendustakan para rasul-Ku, dan tidak menerima nasihat mereka, maka Aku timpakan kepada mereka balasan yang segera. Maka, demikian pula Aku bakal menimpakan balasan kepada mereka jika mereka kembali memerangimu dan memerangi kaum mukminin.” [Imam Thabari, Jamiul Bayan, [Mesir: Darul Ma’arif, tt] Jilid XIII, laman 536]
Hadis yang diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu semakin menguatkan makna dari ayat ini. Ketika dia hendak masuk Islam, dia meminta agunan kepada Rasulullah SAW agar dosa-dosanya diampuni. Rasulullah kemudian bersabda,
“Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?” (HR. Muslim).
Fenomena ini telah terjadi acapkali dalam sejarah Islam. Banyak sahabat yang sebelum masuk Islam pernah melakukan kesalahan besar, apalagi memusuhi Rasulullah SAW. Namun, setelah mereka menerima Islam, seluruh dosa mereka dihapus, dan mereka menjadi orang-orang yang dicintai Allah. Contoh nyata adalah Abu Sufyan, Khalid bin Walid, dan ‘Ikrimah bin Abu Jahal, yang sebelumnya menentang Islam, tetapi kemudian menjadi pembela kepercayaan ini.
Penghapusan dosa bagi orang yang masuk Islam bukan hanya sekadar anugerah, tetapi juga merupakan dorongan agar mereka menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih bertakwa. Islam tidak hanya menghapus kesalahan masa lalu, tetapi juga memberikan pedoman bagi kehidupan yang lebih lurus dan penuh kebaikan. Oleh lantaran itu, Islam bukan sekadar perubahan keyakinan, tetapi juga transformasi menuju pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah.
Dengan demikian, Islam menawarkan kesempatan bagi siapa saja yang mau kembali kepada Allah dengan hati yang bersih. Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni jika seseorang betul-betul bertaubat dan menerima Islam dengan tulus.
Islam adalah kepercayaan yang penuh ampunan, dan setiap orang mempunyai kesempatan untuk memperbaiki masa depannya, tanpa terbebani oleh kesalahan di masa lalu.