Jakarta -
Sebagai orang tua, Bunda perlu menjaga serta mengawasi anak-anak ketika mereka berselancar di internet. Jika tidak diawasi dengan baik, anak bisa saja menjadi korban child grooming.
Mengutip dari laman Kemenpppa.go.id, child grooming merupakan salah satu corak pemanfaatan seksual anak secara online. Tahapan child grooming sendiri bermulai saat oknum mencari anak yang rentan dan kemudian mengumpulkan informasi.
Setelah mendapatkan korban, oknum tersebut bakal membangun komunikasi dengan anak. Setelah merasa nyaman, mereka bakal membikin perjanjian dan anak pun mengalami perubahan perilaku.
"Ketika anak sudah merasa nyaman dengan oknum tersebut, mereka melakukan perjanjian dengan anak tersebut, sehingga anak menjadi tertutup dengan lingkungan sekitarnya, dan hanya berkomunikasi secara menyendiri dengan oknum tersebut (fase rahasia dan isolasi). Lalu, secara berjenjang oknum meningkatkan komunikasinya ke arah seksual," ungkap Koordinator Advokasi dan Layanan Hukum ECPAT (End Child Prostitution, Child Pornography, and Trafficking Of Children For Sexual Purposes) Indonesia, Rio Hendra.
Tanda anak mengalami child grooming
Melansir dari laman Raising Children, ada beberapa tanda yang terlihat ketika anak mengalami child grooming. Berikut deretannya:
- Berbicara banyak tentang orang dewasa alias anak yang lebih besar
- Ingin menghabiskan banyak waktu berbareng alias mau berjumpa orang dewasa sendirian
- Menjalin hubungan dengan orang yang jauh lebih tua
- Bolos sekolah alias melakukan kegiatan olahraga
- Menghabiskan lebih sedikit waktu dengan teman
- Menghabiskan banyak waktu sendirian di kamar
- Memiliki mainan, pakaian, alias perhiasan baru yang tidak mau dibicarakan asalnya
- Tidak mau membicarakan apa yang telah mereka lakukan
- Sering berbohong
- Berhenti bercerita tentang diri mereka
- Tidak lagi meminta nasihat dari Ayah alias Bunda
Siapapun dapat mengalami child grooming, Bunda. Kondisi ini pun tidak berjuntai pada jenis kelamin anak.
Anak-anak yang mengalami pelecehan ini bisa saja berumur lebih besar, orang asing, apalagi anak yang berada di tempat ibadah, alias tempat umum lainnya.
Meski umumnya dilakukan secara online, child grooming juga bisa dilakukan secara tatap muka. Mereka mungkin bakal menemukan langkah untuk mengenal anak maupun family anak. Oknum juga mungkin bakal menawarkan anak untuk jalan-jalan, Bunda.
Jika dilakukan secara online, oknum mungkin bakal menyamar sebagai selebriti alias anak-anak seusianya. Mereka bakal menggunakan teks, pesan instan, obrolan online, dan sebagainya, untuk membangun hubungan dengan anak.
Tips agar anak terhindar dari child grooming
Rio memberikan beragam tips agar anak terhindar dari child grooming ini. Hal pertama yang krusial adalah anak diharapkan bisa mengatakan 'tidak' ketika mereka diminta alias diajak dalam situasi yang dapat diindikasikan sebagai grooming.
Tidak hanya itu, Rio juga menyarankan agar anak keluar dari grup alias lingkungan yang membikin mereka terjebak dalam situasi tersebut. Lalu, anak pun diharap bisa bercerita kepada orang yang mereka percayai.
"Diharapkan anak bisa menceritakan perihal tersebut kepada orang yang mereka percayai ketika mereka alias temannya menghadapi situasi tersebut," ungkapnya.
Mengutip dari IG @dp3ap2kb.solo milik Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surakarta, jika tidak diatasi, child grooming ini bisa sangat rawan dan berakibat panjang. Mulai dari trauma psikologi, kerusakan kepercayaan, keterasingan sosial, hingga masalah kesehatan.
Demikian penjelasan tentang child grooming, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/rap)