Apakah Persalinan Caesar Memengaruhi Kesuksesan Pemberian Asi Eksklusif?

Dec 24, 2024 08:40 AM - 1 bulan yang lalu 40304

Keberhasilan seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif dipengaruhi banyak hal, salah satunya metode persalinan. Apakah persalinan caesar mempengaruhi kesuksesan pemberian ASI eksklusif?

Dilansir Healthline, Dr. Debra Rose Wilson, seorang profesor, peneliti, dan praktisi perawatan kesehatan holistik, mengatakan bahwa banyak calon orang tua yang mempertimbangkan operasi caesar lantaran cemas dapat memengaruhi kemampuannya untuk menyusui. 

Kekhawatiran itu seperti apakah ASI-nya bakal keluar, gimana menemukan posisi yang nyaman saat menyusui, alias gimana pengaruh obat pereda nyeri dengan bayi yang disusui, serta tetap banyak lagi pertanyaan seorang ibu tentang menyusui setelah operasi caesar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Operasi caesar dan inisiasi menyusui dini 

Melansir BMC Pregnancy and Childbirth, dalam beberapa dasawarsa terakhir jumlah orang yang menjalani operasi caesar terus meningkat. Namun, ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan.

Secara global, nomor operasi caesar nyaris dua kali lipat dari 12 persen pada 2010 menjadi 21 persen pada 201, dan tren peningkatan ini diproyeksikan bakal terus bersambung selain dilaksanakannya intervensi yang efektif.

Operasi caesar dapat menjadi prosedur yang menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya jika diindikasikan secara medis, namun operasi caesar yang tidak perlu dapat menimbulkan komplikasi alih-alih memberikan manfaat.

Operasi caesar merupakan halangan untuk inisiasi menyusui awal (IMD). Ibu yang melahirkan melalui operasi caesar mungkin mengalami nyeri alias ketidaknyamanan yang mengganggunya untuk menyusui dengan nyaman, yang berpotensi menyebabkan keterlambatan dalam inisiasi menyusui. 

Prosedur pembedahan dan proses pemulihan menimbulkan tantangan untuk memulai menyusui dalam jam pertama yang kritis setelah melahirkan, yang krusial untuk mendorong pemberian ASI eksklusif dan berkelanjutan. 

Lebih jauh lagi, bayi yang lahir melalui operasi caesar sering kali lebih mini kemungkinannya untuk melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya, yang krusial untuk mendorong dimulainya menyusui dengan menstabilkan suhu tubuh bayi baru lahir, debar jantung, dan mendorong pelekatan dini. Penundaan ini sering kali disebabkan oleh beragam aspek yang mengenai dengan prosedur pembedahan dan anestesi serta protokol medis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar semua bayi memulai menyusui dalam jam pertama kelahiran dan disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama. Meskipun inisiasi menyusui awal penting, melanjutkan menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama sangat krusial untuk memberikan faedah penuh bagi bayi dan ibu. 

Dampak operasi caesar pada inisiasi menyusui telah dipelajari secara ekstensif, namun dampaknya pada pemberian ASI eksklusif tetap belum meyakinkan dan memerlukan eksplorasi lebih lanjut. 

Operasi caesar pengaruhi pemberian ASI eksklusif

Keterlambatan pemberian ASI dapat berakibat signifikan pada pembentukan pemberian ASI dan praktik pemberian ASI dini, sehingga ibu yang melahirkan caesar lebih susah memberikan ASI eksklusif kepada anak-anak mereka.  Kenapa?

Sebuah studi menggunakan informasi sekunder yang diperoleh dari Survei Demografi dan Kesehatan (DHS) yang dilakukan antara tahun 2016 dan 2022 di empat negara di Kawasan Asia Tenggara. 

Di antara 3.420 anak, nyaris setengahnya disusui secara eksklusif. Namun, anak-anak yang lahir melalui operasi caesar mempunyai kesempatan lebih rendah untuk disusui secara eksklusif, dibandingkan dengan anak-anak yang lahir melalui vagina.

Usia ibu, pendidikan ibu, paritas, perawatan antenatal dan postnatal, dan paparan media massa tidak dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif.

Dari penelitian itu menunjukkan bahwa bayi yang lahir melalui operasi caesar condong tidak disusui secara eksklusif. Ibu yang menjalani operasi caesar mungkin mengalami nyeri dan ketidaknyamanan pascaoperasi serta memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara normal. Ini dapat menunda dimulainya pemberian ASI setelah melahirkan.

Temuan ini semakin mendukung pernyataan WHO bahwa operasi caesar (SC) hanya boleh dilakukan jika diperlukan secara medis. Dukungan dan intervensi yang memadai kudu tersedia untuk memastikan bahwa ibu yang menjalani operasi caesar tetap dapat support agar sukses dalam praktik pemberian ASI eksklusif yang direkomendasikan. 

Lebih jauh, kebijakan memisahkan ibu dan bayi untuk beberapa waktu setelah SC kudu dicegah di semua fasilitas, dan kontak kulit ke kulit kudu segera dipromosikan terlepas dari langkah melahirkan, seperti yang direkomendasikan oleh WHO. 

Operasi caesar kudu menggunakan anestesi spinal alias epidural sebagai pengganti anestesi umum jika memungkinkan. Perempuan yang menerima anestesi umum untuk SC biasanya tetap mengantuk selama satu jam pertama setelah SC dibandingkan dengan ibu yang menerima anestesi spinal alias epidural. Hal ini membatasi kemungkinan dimulainya menyusui dalam satu jam pertama setelah melahirkan. 

Perempuan yang menikah alias tinggal dengan pasangannya condong memberikan ASI eksklusif kepada anak-anaknya. Memiliki pasangan yang mendukung dapat mempermudah pemberian ASI, dan lebih memungkinkan untuk berbagi tanggung jawab mengasuh anak dengan pasangannya, yang dapat meringankan beban ibu dan mendorong pemberian ASI eksklusif. 

Pasangan dapat berkedudukan krusial dalam memotivasi dan mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya