KincaiMedia, BAGHDAD -- Numan bin Tsabit alias yang lebih dikenal dengan Imam Hanafi atau Imam Abu Hanifah adalah salah seorang ustadz terkemuka dalam Islam. Ajarannya dikenal dengan nama ajaran Hanafi.
Selain master dalam bagian fikih, Imam Hanafi juga master dalam berdebat. Bahkan, dia bisa mengalahkan argumen dari orang ateis dalam sebuah debat.
Dikisahkan, suatu hari, seorang ateis menanyai Imam Hanafi, "Apakah Anda memandang Tuhanmu?"
Imam Hanafi menjawab, "Maha Suci Allah."
Lalu sang pemimpin mengutip ayat Alquran:
لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
lâ tudrikuhul-abshâru wa huwa yudrikul-abshâr, wa huwal-lathîful-khabîr
'Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat memandang segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus, Maha Teliti,' (QS: Al-An'am: 103)
"Apakah Anda menyentuhnya? Menciumnya? Atau merasakannya?"
Imam Hanafi kembali menjawab,
"Maha Suci Allah, ' seraya mengutip ayat Alquran:
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
laisa kamitslihî syaî', wa huwas-samî‘ul-bashîr
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'(QS: As-Syura:11),"
"Jika Anda tidak melihat-Nya, menyentuh-Nya, mencium-Nya, dan merasakan-Nya, gimana caramu membuktikan keberadaan-Nya?" tanya orang atheis tadi.
"Kamu ini betul-betul tak bisa berpikir! Apakah Anda memandang akalmu?"
"Tidak," jawab orang ateis.
"Apakah Anda menyentuh akalmu?"
"Tidak," jawab orang ateis itu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apakah Anda mencium akalmu?"
"Tidak," jawab ateis.
"Apakah Anda merasakan akalmu?"
"Tidak," kata ateis.
"Kamu berakal alias gila?"
"Berakal," jawab ateis.
"Jika Anda betul-betul berakal, di mana akalmu?"
"Tidak tahu. Tapi dia ada," jawab ateis.
"Demikian pula Allah Tabaraka wa Ta'ala," kata Imam Hanafi.