Bagamana Sikap Para Imam Mazhab Saat Berbeda Pendapat?

Dec 02, 2024 09:16 PM - 1 bulan yang lalu 65572

KincaiMedia, MAKKAH -- Perbedaan pandangan dalam permasalahan fikih menjadi perihal yang biasa di kalangan para ustadz sejak dulu. Meski begitu mereka tetap saling menghormati, mengedepankan adab dan menjaga setiap tutur kata satu sama lain.

Mereka tidak menjelek-jelekkan ulama-ulama, alias orang lain yang berbeda pandangan dengannya, apalagi sampai mengintimidasi orang-orang berbeda pandangan dengannya. Sebab sejatinya perbedaan pandangan di tengah-tengah umat Muslim adalah rahmat. Dengan keragaman pandangan terhadap suatu masalah, maka orang bakal saling mengenal satu sama lainnya. 

Misalnya saja Imam Syafi'i yang menghormati Imam Abu Hanifah yang berbeda pandangan prihal membaca qunut dalam sholat subuh. Dalam pandangan Imam Syafi'i membaca qunut salah satu sunnah ab’adl dalam shalat Subuh. Maka jika seseorang lupa tak membaca qunut maka sunnah baginya untuk melakukan sujud sahwi di akhir shalat. Namun demikian diriwayatkan ketika Imam Syafi'i sholat  subuh di Masjid Agung Abu Hanifah di dekat makam Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i justru tidak membaca qunut. Hal tersebut untuk menghormati Imam Abu Hanifah dan masyarakat setempat. Sebagaimana dijelaskan Syekh Thaha Jabir Fayyadl al Alwani dalam Adabul Ikhtilaf fil Islam, Imam Syafi'i pun lampau ditanya tentang alasannya tak membaca qunut. 

اُخَالِفُهُ وَ اَنَا فِيْ حُضْرَتِهِ. رُبَمَا انْحَدَرْنَا اِلَى مَذْهَبِ اَهْلِ الْعِرَاقِ

Bagaimana) saya mempertentangkannya, sementara saya berada di hadapannya. Terkadang, kami mengikuti madzhabnya masyarakat Irak.

Maka dari itu di tengah keragaman pandangan di antara umat Islam, perlunya kebesaran jiwa untuk saling menghormati. Imam Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam Mizanul Kubra mengatakan: 

لايسمى أحمد عالما إلا أن بحث عن منازع أقوال العلماء، وعرف من أين أخذوها: من الكتاب والسنة، لا من ردها بطريق الجهل والعدوان 

Tidak dinamakan Ahmad sebagai orang berilmu selain dia menelusuri perbedaan pendapat ustadz dan mengerti dari mana sumbernya, baik dari Al-Qur’an maupun hadits, dan tidak menolaknya dengan langkah tolol ataupun menentang.”

Orang-orang yang berilmu pasti mengerti, menghargai, dan menghormati perbedaan pendapat di antara para ulama. Bahkan mereka mengerti argumentasi dari para ulama. Sedangkan orang-orang yang tolol bakal menolak apalagi menentang adanya perbedaan pendapat dikalangan ustadz yang sama-sama mempunyai rujukan kuat bersandar pada Alquran dan hadits nabi Muhammad SAW. 

Sebagaimana norma fiqih:

 لا ينكر المختلف فيه وإنما ينكر المجمع عليه 

Tidak boleh mengingkari perkara yang tetap diperdebatkan, tetapi yang kudu diingkari adalah perkara yang sudah disepakati.

Oleh lantaran itu sebagai Muslim kudu bijak dalam menyikapi perbedaan pendapat. Jangan sampai menjadi Muslim yang mencaci maki muslim lainnya lantaran perbedaan pandangan dalam perihal furu'iyah alias cabang. Apalagi menebar ancaman membunuh orang-orang yang berbeda pandangan. Hal tersebut justru bukanlah langkah orang-orang berilmu dalam menyikapi perbedaan. 

 photo

Infografis Wasiat Ali bin Abi Thalib - (Dok Republika)

Selengkapnya