Jakarta -
Melahirkan menjadi pengalaman yang menantang baik secara bentuk dan emosional terutama ketika seorang ibu kehilangan bayi baru lahir. Lantas, jika bayi meninggal saat lahir, apakah ada perubahan tetek yang terjadi pada ibu menyusui?
Kematian bayi dan kesedihan yang mengikutinya merupakan kondisi yang tidak mudah dilalui para ibu. Selain bersungkawa atas kematian bayi mereka, orang tua bersungkawa atas hilangnya kehidupan yang mereka bayangkan berbareng Si Kecil, selain bersungkawa atas hilangnya peran yang mereka harapkan untuk dijalani sebagai orang tua.
Selain itu, bagi ibu baru tentu rasa sakit emosional yang dialami diperparah oleh sakit bentuk yang mengenai dengan laktasi yang berkepanjangan dengan tidak ada lagi ruang untuk menyusui Si Kecil yang sebelumnya sudahdi angan-angankan.
Semua gambaran tersebut merupakan perihal rumit yang susah dilalui para orang tua. Dengan banyaknya tugas yang perlu diselesaikan di tengah kesedihan yang melanda, para ibu yang bersungkawa tetap perlu mendapatkan pedoman dan edukasi yang kerap terabaikan. Termasuk mungkin tak sedikit Bunda yang belum memahami langkah menghentikan laktasi dengan betul pasca kehilangan bayi.
Perubahan pada tetek setelah bayi meninggal
Sejak kehamilan akhir, sedianya tubuh Bunda memang sudah memproduksi kolostrum yang siap dikonsumsi bayi setelah lahir. Biasanya, ASI bakal keluar kemudian beberapa hari setelah Bunda melahirkan. Tetapi, pada kondisi bayi meninggal dalam minggu-minggu pertama kehidupannya, tentu ASI tersebut tidak dapat diberikan.
Kondisinya, tetek mungkin membengkak, keras, dan nyeri saat terisi penuh ASI. Hal ini biasanya disebut dengan pembengkakan, yang dapat lenyap dengan sendirinya. Jika Bunda sudah mulai menyusui bayi, cobalah untuk tidak menghentikan produksi ASI secara tiba-tiba. Karena, perihal ini dapat meningkatkan akibat pembengkakan tetek yang parah dan mastitis (radang payudara).
Cara mengurangi tetek bengkak lantaran ASI setelah bayi meninggal
Ada beberapa perihal yang dapat Bunda lakukan untuk mengurangi pembengkakan dan produksi ASI, termasuk di antaranya beberapa langkah berikut:
1. Mengonsumsi obat pereda nyeri secara teratur.
2. Mengenakan bra penyangga sepanjang waktu.
3. Menggunakan breast pad untuk menyerap ASI yang bocor.
4. Menggunakan kompres dingin alias gel pada payudara.
5. Mengeluarkan sedikit ASI dengan tangan jika tetek terasa sangat penuh.
6. Mengoleskan daun kubis yang sudah dicuci dan didinginkan pada payudara.
7. Mandi alias berendam air hangat agar tetek mengeluarkan ASI secara alami.
8. Tidur dalam posisi separuh tegak untuk menghindari tekanan dari tetek yang berat.
Oh iya, Bunda, mengeluarkan ASI dengan tangan dapat membantu meredakan nyeri. Hal ini tentunya bakal membantu mengurangi produksi ASI secara bertahap. Selain itu, mengonsumsi obat penekan ASI juga bisa menjadi pilihan.
Ada obat yang disebut dopamine agonists yang dapat Bunda konsumsi untuk mengurangi produksi ASI. Obat ini dapat membantu Bunda merasa lebih baik secara emosional, tetapi tidak cocok jika Bunda menderita preeklamsia. Bicarakan dengan master alias perawat yang merawat Bunda di rumah sakit tentang apakah obat tersebut cocok untuk Bunda alias tidak, seperti dikutip dari laman Tommys.
Langkah lain yang bisa diupayakan saat ASI tetap memproduksi sementara bayi sudah tidak ada ialah dengan menyumbangkan ASI tersebut ke bank ASI. Hal ini biasanya sedikit melegakan lantaran mengetahui bahwa Bunda dapat membantu ibu lain dan bayi prematur alias bayi sakit di luar sana.
Perubahan yang dirasakan ibu menyusui pasca bayi meninggal
Selain perubahan pada payudara, Bunda mungkin juga merasakan kondisi lain yang bisa muncul ketika bayi meninggal dan Bunda tidak bisa menyusuinya. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:
1. Sakit perut dan kram
Merasakan nyeri di perut setelah melahirkan adalah perihal yang wajar. Nyeri ini mungkin terasa mirip dengan kontraksi, kram, alias nyeri menstruasi yang hebat. Hal ini terjadi lantaran rahim berkontraksi kembali ke ukuran normalnya. Bunda dapat mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti parasetamol, untuk membantu mengatasinya.
2. Perdarahan setelah melahirkan
Kemungkinan, Bunda bakal mengalami pendarahan dari memek setelah melahirkan secara normal alias melalui operasi caesar, yang awalnya bakal cukup banyak. Perdarahan ini bakal berjalan selama beberapa minggu dan secara berjenjang bakal berubah menjadi warna kecokelatan dan berkurang hingga akhirnya berhenti.
Gunakan pembalut bersalin selama 6 minggu pertama setelah melahirkan. Jangan gunakan tampon lantaran dapat meningkatkan akibat terkena infeksi. Kemudian, beri tahu perawat alias petugas kesehatan jika Bunda kehilangan banyak darah alias perlu mengganti pembalut bersalin setiap jam alias lebih lantaran Bunda mungkin memerlukan perawatan.
3. Inkontinensia urine
Beberapa wanita mungkin mengalami kebocoran urine (dikenal sebagai inkontinensia urin) setelah melahirkan. Hal ini lebih mungkin terjadi jika Bunda melahirkan secara normal, tetapi beberapa wanita yang menjalani operasi caesar juga dapat mengalaminya.
Bunda lebih mungkin mengalami inkontinensia jika Bunda juga mengalami masalah dalam mengendalikan kandung kemih saat hamil, saat Bunda mengalami persalinan lama alias persalinan dengan bantuan.
Perawatan tetek saat bayi meninggal
Merawat tetek sangatlah krusial ya, Bunda. Dan, perawatan tetek yang baik setelah keguguran bakal membantu membikin tetek lebih nyaman dan mengurangi akibat saluran susu tersumbat dan mastitis (radang jaringan payudara).
Penggunaan obat cabergoline dapat digunakan untuk menekan produksi ASI jika diminum dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Ada baiknya, bicarakan dengan master mengenai konsumsi obat yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ya, Bunda.
Bunda juga perlu mengingat bahwa dalam kondisi pasca bayi meninggal, tidak disarankan bagi Bunda untuk membatasi cairan, alias mengikat tetek dengan bra ketat lantaran dapat meningkatkan akibat saluran susu tersumbat dan mastitis.
Apa yang kudu dilakukan ibu menyusui pasca bayi meninggal?
Pilihan tentang langkah mengelola laktasi dan memutuskan apakah bakal menyumbangkan ASI adalah keputusan pribadi. Terpenting, Bunda kudu melakukan apa pun yang menurut Bunda bakal membantu selama masa yang sangat menyedihkan ini. Para ibu mempunyai emosi yang berbeda tentang pilihan terbaik bagi mereka. Penting bagi Bunda untuk memprioritaskan kesejahteraan diri sendiri dan family saat membikin keputusan.
Mengenai penghentian produksi ASI saat produksi sudah stabil dan bayi meninggal, sebaiknya Bunda secara berjenjang mengurangi jumlah Bunda dalam memompa ASI dan jumlah ASI yang dikeluarkan dari payudara.
Volume yang dikeluarkan kudu membikin tetek Bunda nyaman. Ingat ya, Bunda, menjaga tetek tetap nyaman krusial bagi para ibu yang telah memompa ASI dengan pompa selama lebih dari dua minggu. Bergantung pada keadaan, pengurangan produksi ASI dapat dilakukan di rumah sakit alias di rumah.
Jika Bunda tidak percaya dengan situasi unik tersebut, carilah petunjuk dari ahli kesehatan alias konselor laktasi guna mendapatkan solusi lebih lanjut seperti dikutip dari laman Health.nsw.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)