KincaiMedia,JAKARTA -- Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI, Mokhamad Mahdum menegaskan komitmen Baznas dalam mengoptimalkan pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) untuk mendukung pembangunan nasional serta pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Mahdum mengatakan, Ziswaf bukan sekadar instrumen pengedaran kekayaan, tetapi juga mempunyai peran strategis dalam mendorong pemberdayaan ekonomi umat secara berkelanjutan.
"Optimalisasi pengelolaan Ziswaf dengan pendekatan inovatif dan ahli bakal meningkatkan efektivitas dalam memberdayakan mustahik menjadi muzakki, serta mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkepanjangan berbasis prinsip syariah," ujar Mahdum dalam kegiatan Talkshow Economic Challenges Special Ramadan: Pembangunan Sosial Berbasis Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf (ZISWAF) di Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Mahdum menjelaskan, Baznas menerapkan standar pertimbangan pengelolaan zakat, salah satunya adalah Indeks Zakat Nasional (IZN) ialah perangkat ukur keahlian pengelolaan zakat, guna memastikan perbaikan berkelanjutan.
"Indeks Literasi Zakat di Indonesia saat ini berada di nomor 74,83 alias kategori menengah. Oleh lantaran itu, kami terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya zakat," ucap Mahdum.
Mahdum menambahkan, Baznas juga mengoptimalkan pembayaran amal secara digital dengan bekerja sama dengan 24 perbankan, 24 aplikasi platform komersial, tujuh platform non-komersial, serta beragam media sosial dan e-commerce.
Selain itu, Baznas telah mengembangkan Zakat Virtual Assistant dan Voice Command Zakat Assistant berbasis Artificial Intelligence (AI).
"Digitalisasi pengelolaan amal telah meningkatkan efisiensi dan transparansi. Pengumpulan amal secara digital mengalami kenaikan rata-rata 202,5 persen dalam 10 tahun terakhir," kata Mahdum.
Mahdum mengatakan, biaya ZIS tidak hanya digunakan untuk support konsumtif, tetapi juga dialokasikan ke beragam program pemberdayaan ekonomi, seperti UMKM, ekonomi kreatif, dan pertanian.
"Selama tahun 2024, Baznas menyalurkan Rp68,3 miliar kepada 26.778 mustahik UMKM. Program ini bermaksud untuk mengubah mustahik menjadi muzakki dalam jangka panjang," ucap Mahdum.
"Sinergi dengan pemerintah dan sektor swasta sangat krusial untuk memastikan program berbasis ZIS lebih tepat sasaran, terintegrasi dengan kebijakan daerah, serta berkelanjutan," jelas Mahdum.
Mahdum menuturkan, seluruh program Baznas berkontribusi terhadap pencapaian SDGs, dengan alokasi biaya 30 persen untuk sosial kemanusiaan, 23,5 persen untuk pendidikan, 20 persen untuk ekonomi, 17,4 persen untuk kesehatan, 5,1 persen untuk pembelaan dan dakwah, 3,5 persen untuk pemberdayaan kesehatan.
Sebagai langkah peningkatan kepercayaan publik, Baznas menerapkan audit independen setiap tahun, memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI, serta mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Baznas (SIMBA) untuk memonitor penerimaan dan pengedaran biaya secara real-time.
Pada 2025, Baznas mempunyai 10 program prioritas, termasuk Beasiswa dan Pendidikan, Baznas Microfinance, Zmart, ZChicken, Santripreneur, Rumah Layak Huni Baznas (RLHB), Rumah Sehat Baznas, serta pengentasan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Dalam kesempatan itu, Mahdum juga mengimbau kepada masyarakat untuk mensucikan hartanya dengan menunaikan zakat, tidak hanya amal fitrahnya, tetapi juga amal mal, amal profesi, amal perusahaan, amal pertanian, dan lain sebagainya.
“Tentunya kami mengimbau agar masyarakat menunaikan zakat, infak, dan sedekahnya melalui lembaga-lembaga resmi yang mendapatkan izin dari pemerintah melalui Kemenag, dalam perihal ini adalah Baznas," ujar dia.