Di era modern ini, penggunaan smartphone oleh anak terlihat sangat masif. Tak heran jika ditemukan banyak anak yang begitu lihai memainkan ponsel mereka. Hal ini membikin segelintir orang menganggap smartphone bikin anak sigap pintar.
Sayangnya, smartphone tidak selalu memberi akibat yang sama dengan namanya. Ponsel pandai satu ini nyatanya berpotensi membikin Si Kecil mengalami persoalan berpikir dan bersosialisasi, lho Bunda.
Lantas gimana tanggapan para master terhadap kejadian satu ini, ya? Yuk simak jawabannya di bawah ini.
Pakar ilmu jiwa bantah dugaan smartphone bikin anak pintar
Bunda, penggunaan smartphone oleh anak sebaiknya kudu diawasi dan dibatasi. Hal ini tak hanya merujuk pada kegiatan Si Kecil saat di rumah tetapi juga di sekolah.
Dilansir CNN Health, sekolah di beberapa negara melarang siswa membawa smartphone ke lingkungan akademik. Kebijakan yang dibuat oleh National Center for Education Statistics ini menimbulkan pertanyaan di kalangan orang tua. Mereka merasa keberatan lantaran perihal tersebut justru mempersulit komunikasi antara orang tua dan anak andaikan terjadi keadaan darurat.
Penetapan patokan tersebut terjadi bukan tanpa alasan, ya. Ini berasas penelitian master ilmu jiwa dan komunikasi yang melaporkan penurunan minat belajar anak-anak.
Dalam survey yang dilakukan Pew Research pada Juni lalu, sebanyak 72 persen pembimbing mengaku bahwa smartphone adalah perihal yang paling mengganggu kegiatan belajar mengajar. Saat siswa diam-diam bermain ponsel, maka besar kemungkinannya mereka tidak memperhatikan pelajaran sama sekali.
Perilaku ini terjadi lantaran otak sebagian besar manusia tidak bisa multitasking sehingga hanya bisa melakukan satu kegiatan dalam satu waktu.
ACT, sebuah tes standarisasi sekolah, mencatat bahwa skor keahlian murid-murid di tahun 2023 mengalami penurunan paling besar dalam kurun waktu 30 tahun. Tes ini menguji keahlian Bahasa Inggris, membaca, matematika, dan keahlian sains dari murid-murid SMP dan SMA.
Hasil skor ACT tersebut selaras dengan pengakuan Kara Alaimo, seorang master komunikasi di Fairleigh Dickinson University. Ia menegaskan bahwa smartphone membawa akibat penurunan dalam keahlian belajar anak-anak.
“Selama saya 14 tahun mengajar, saya menyaksikan sendiri gimana smartphone memberi penurunan yang begitu besar terhadap minat dan konsentrasi anak-anak saat belajar. Sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan masa sebelum adanya smartphone,” ungkapnya.
Smartphone jadi salah satu aspek besar anak menjadi depresi
Tak hanya memengaruhi keahlian belajar, smartphone juga bikin anak-anak tidak pandai bersosialisasi hingga merasa depresi. Dampak ini merujuk pada kecenderungan anak menghabiskan waktu dengan bermain ponsel.
Ada banyak sekali kekhawatiran penggunaan ponsel terhadap perkembangan sosial dan kesehatan mental Si Kecil. Hal ini sangat diwanti-wanti oleh dr Hansa Bhargava, seorang master anak di Children’s Healthcare of Atlanta.
Ketika anak dapat dengan mudah mengakses internet, beragam akibat pun muncul membahayakan mereka. Sebagai contohnya adalah paparan konten yang tidak sesuai umur, cyberbullying, hingga termanipulasi orang asing.
Bhargava sangat menganjurkan para orang tua untuk lebih perhatian dalam mengawasi anak-anak bermain smartphone. Jika tidak dilakukan, hanya ada masalah baru yang mengganggu mental mereka.
“Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa memberikan smartphone untuk anak merupakan langkah yang menyebabkan waktu sosial mereka tersita. Berinteraksi secara langsung justru membantu otak anak berkembang dan terhindar dari depresi,” ungkapnya.
Bhargava juga menjelaskan bahwa smartphone mendorong lonjakan produksi dopamin dalam otak. Anak bakal terlalu nyaman dan ketergantungan terhadap keberadaan ponsel. Alhasil, ketika dijauhkan dari ponselnya, mereka bakal merasakan emosi resah yang berlebihan.
Langkah yang tepat untuk membikin smartphone bermanfaat bagi Si Kecil
Walaupun anak-anak cukup rentan untuk bisa memegang kendali atas smartphone, bukan berfaedah orang tua melarang keras mereka menggunakan ponsel.
Ketika Bunda memberikan Si Kecil bermain ponsel, pastikan untuk mengatur batas dan menunjukkan akibat smartphone. Langkah ini merupakan langkah yang kudu dipatuhi setiap orang tua sebelum memberikan anak berselancar di smartphone.
Phyllis Fagell, seorang konselor klinik berlisensi, menyarankan orang tua untuk mengerti terhadap kebutuhan anak dalam bermain ponsel. Apabila Si Kecil hanya mau berkomunikasi dengan teman, Bunda mungkin bisa manfaatkan ponsel jenis flip phone.
Selanjutnya, Fagell menyarankan patokan mengenai tidak bermain smartphone di bilik tidur. Tak hanya untuk menjaga jam tidur, tak bermain ponsel di bilik adalah perlindungan agar anak-anak terhindar dari sikap impulsif.
“Kemungkinan mereka bakal melakukan kesalahan di internet yang merusak reputasi, bakal jauh lebih tinggi pada larut malam, ialah saat mereka capek dan sendirian,” jelasnya.
Para master menekankan bahwa orang tua kudu sadar bahwa kehadiran mereka merupakan perihal paling krusial dalam penggunaan smartphone. Upayakan untuk senantiasa memberikan contoh penggunaan ponsel yang sehat ketika berhadapan dengan Si Kecil.
“Orang tua mempunyai peran krusial dalam menjadi panutan bagi anak-anak mereka. Seperti gimana mereka menggunakan media sosial serta kapan mereka kudu berakhir menggunakan media sosial,” kata dr Anita Everett, kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Mental di Maryland.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)