Jakarta -
Ketika mengucapkan ijab kabul, kebutuhan lahir dan jiwa istri ditanggung oleh suami. Namun, banyak orang yang tetap mempertanyakan, apakah suami juga menanggung dosa-dosa sang istri?
Dikutip dari kitab Obat Putus Asa karya Muclas Al-Farbi, dosa adalah perbuatan yang dibenci Allah SWT, pelakunya bakal mendapatkan hukuman baik di bumi dan akhirat, lantaran dia corak dari pembangkangan terhadap perintah Sang Pencipta.
Namun, gimana dengan pernyataan dosa istri ditanggung oleh suami dalam pernikahan Islam?
Benarnya dosa istri ditanggung suami?
Dikutip dari laman Bimas Islam Kemenag, pernyataan tersebut tidak benar. Hal ini lantaran bertentangan dengan nash Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surat Al Najm ayat 38: “Orang yang berdosa tidak bakal memikul dosa orang lain”.
Salah satu mufassir ternama, Al-Hafidz Ibnu Katsir, menjelaskan yang dimaksud ayat tersebut adalah yang berdosa, maka dia bakal menanggungnya sendiri. Tidak ada siapa pun yang menanggungnya, Bunda.
"Kelak di hari kiamat, seorang yang berdosa tidak bakal bisa menanggungkan dosanya kepada orang lain. Bahkan, meski jika dilimpahkan ke kerabatnya, ialah semisal anak ke bapaknya. Sebab pada hari tersebut, semuanya sudah disibukkan dengan mempertanggungjawabkan dirinya masing-masing." (Tafsir Ibnu Katsir surat Fatir ayat 18)
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dosa istri tetap ditanggung oleh istri sendiri. Namun, suami perlu mengambil peran, agar istrinya tidak terjerumus dalam lubang dosa.
Adapun yang dimaksud dari sabda dari Ibnu Umar dan Sayyidah Aisyah yang bersuara sebagai berikut:
“Masing-masing kalian adalah pemimpin dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang pemimpin (kepala negara) adalah pemimpin dan bakal ditanyai tentang kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bakal ditanyai tentang kepemimpinannya. Setiap wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bakal ditanyai tentang kepemimpinannya. Setiap asisten rumah tangga adalah pemimpin pada kekayaan majikannya dan bakal ditanyai tentang kepemimpinannya. Setiap laki-laki juga pemimpin pada kekayaan orangtuanya dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan bakal ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR al-Bukhari)
Salah satu syarah sabda ini menjelaskan bahwa maksud suami bertanggung jawab pada keluarganya adalah amanah dalam memberikan nafkah dan menciptakan lingkungan yang positif.
Dikutip dari kitab 21 Dosa Pasutri Yang Seringkali Diabaikan karya Eva Nur Khofifah, jika yang terjadi, suami bisa menafkahi, tetapi memaksa istrinya untuk tetap bekerja dengan argumen menambah penghasilan saja, dan istri merasa terpaksa, suami bisa berdosa karenanya.
Nah, itulah penjelasan yang dapat Bunda pahami mengenai pertanyaan seputar dosa istri yang ditanggung suami. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/fir)