Besarnya Kasih Sayang Allah (bag. 8): Iman, Tanda Kasih Sayang Allah

May 06, 2025 11:00 AM - 1 minggu yang lalu 14531

Pernahkah diri kita merasa sunyi meskipun mempunyai segalanya? Pernahkah diri kita memandang orang yang terlihat bahagia, tetapi jauh di dalam hatinya, ada kehampaan yang tak bisa diisi oleh harta, jabatan, alias kesenangan dunia? Itu lantaran kebahagiaan sejati bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari apa yang ada di dalam hati; dan itu adalah iman.

Bayangkan sejenak, apa yang bakal terjadi jika seseorang hidup tanpa iman? Dunia mungkin terasa luas, tetapi hatinya terasa sempit. Harta bisa berlimpah, tetapi jiwanya tetap kosong. Ia mungkin terlihat senang di mata manusia, tetapi di dalam hatinya, dia tersiksa oleh kecemasan, kebingungan, dan ketakutan bakal masa depan yang tidak pasti.

Lihatlah bumi di sekitar kita. Betapa banyak orang yang mengejar kesenangan duniawi tanpa arah, terombang-ambing dalam kebingungan, dan kehilangan makna hidup? Mereka mempunyai segalanya, tetapi tetap merasa hampa. Itulah kehidupan tanpa iman. Iman adalah sinar yang menerangi jalan seorang hamba, menghilangkan kesedihan, dan memberikan angan di tengah gelapnya kehidupan.

Iman adalah bingkisan terbesar dari Allah. Tidak semua orang mendapatkannya. Banyak orang yang diberi kekayaan, kecerdasan, apalagi kekuasaan, tetapi tidak semua diberi iman. Jika hari ini kita tetap bisa bersujud, tetap bisa bermohon dengan penuh harapan, dan tetap bisa merasakan ketenangan saat mengingat Allah, itu tandanya Allah menyayangi kita. Dalam sebuah sabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ

“Sesungguhnya Allah memberi bumi pada orang yang Allah cintai maupun tidak. Sedangkan ketaatan hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai.” [1]

Iman adalah nikmat dari Allah

Iman bukan sesuatu yang bisa kita peroleh dengan upaya semata. Ia adalah hidayah terbesar dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tanpa iman, manusia bakal hidup dalam kegelapan, kehilangan arah, dan tak mempunyai tujuan hidup yang sejati. Iman adalah sinar yang menerangi hati, sumber ketenangan jiwa, dan kunci keselamatan di bumi serta akhirat. Allah menegaskan dalam Al-Quran bahwa ketaatan adalah nikmat yang diberikan kepada manusia sebagai tanda kasih sayang-Nya, Allah berfirman,

يَمُنُّونَ عَلَيكَ اَن اَسلَمُوا​  قُلْ لَّا تَمُنُّوا عَلَىَّ اِسلَامَكُم​  بَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيكُم اَن هَداكُم لِلاِيمَانِ اِن كُنـتُم صٰدِقِينَ‏

“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah Anda merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan Anda kepada keimanan, jika Anda orang yang benar.” [2]

Ayat ini menunjukkan bahwa ketaatan adalah karunia dari Allah, bukan semata-mata hasil upaya manusia. Allah menganugerahkan ketaatan sebagai corak kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya.

Iman membawa kebahagiaan dan ketenangan

Seseorang yang mempunyai ketaatan tidak mudah resah dalam menghadapi ujian hidup. Ketika kehilangan sesuatu, dia percaya bahwa Allah bakal menggantinya dengan yang lebih baik. Ketika ditimpa musibah, dia percaya bahwa di kembali itu ada pahala dan hikmah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan selain pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya, andaikan tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” [3]

Hadis ini menunjukkan bahwa kasih sayang Allah kepada orang beragama itu tampak dalam setiap keadaan yang mereka hadapi, baik dalam kesenangan maupun kesulitan.

Orang yang mempunyai ketaatan bakal merasakan ketenangan dalam hatinya, lantaran dia selalu berjuntai kepada Allah dalam segala urusannya. Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً

“Akan merasakan kelezatan (manisnya) iman, orang yang rida kepada Allah sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad sebagai rasulnya.” [4]

Manisnya ketaatan adalah ketenangan, kebahagiaan, dan kepercayaan bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kasih sayang Allah. Orang yang beragama tidak bakal mudah putus asa dalam menghadapi ujian lantaran dia percaya bahwa Allah selalu bersamanya.

Iman menjadi karena dicintai Allah dan masuk surga

Allah mencintai hamba-hamba yang beragama dan menjanjikan surga bagi mereka.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ لِأَهْلِ الْجَنَّةِ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُونَ لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ فَيَقُولُ هَلْ رَضِيتُمْ فَيَقُولُونَ وَمَا لَنَا لَا نَرْضَى وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ فَيَقُولُ أَنَا أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ قَالُوا يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ فَيَقُولُ أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا

Dari Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman kepada penunggu surga, ‘Wahai penunggu surga!’ Mereka pun menjawab, “Kami penuhi panggilan-Mu selalu dengan penuh suka cita.’ Lalu Allah berfirman, ‘Apakah kalian telah rida dan puas?’ Mereka menjawab, ’Mengapa pula kami tidak rida? Padahal Engkau telah memberikan kepada kami segala yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu?’ Allâh pun berfirman, ‘Aku berikan kepada kalian sesuatu yang lebih bagus dari itu semua.’ ‘Mereka menjawab, ‘Wahai Rabbi! Apakah sesuatu itu yang lebih utama dari itu semua?’ Allâh berfirman, ‘Aku tempatkan rida-Ku untuk kalian semua, sehingga Aku tidak bakal pernah murka kepada kalian setelah itu selama-lamanya!’” [5]

Ini adalah corak kasih sayang Allah yang paling besar. Bukan hanya memberikan surga, tetapi juga menjamin keridaan-Nya yang kekal bagi orang-orang yang beriman.

Iman adalah bukti cinta Allah kepada kita. Jika hari ini kita tetap bisa beriman, tetap bisa bersujud, dan tetap bisa merasakan nikmatnya ibadah, itu adalah tanda bahwa Allah tidak meninggalkan kita. Tapi ketaatan bukan sesuatu yang datang begitu saja; dia kudu dijaga, dipupuk, dan diperkuat dengan kebaikan saleh.

Jangan pernah menganggap remeh nikmat iman. Mintalah kepada Allah agar Dia selalu menjaga hati kita tetap teguh di atasnya. Sebab, hanya dengan ketaatan kita bisa merasakan kebahagiaan sejati, ketenangan hidup, dan angan yang tak pernah pudar. Semoga Allah selalu membimbing kita dan menutup hidup kita dalam keadaan beriman. آمين.

[Bersambung]

Kembali ke bagian 7

***

Ditulis di Jember, 3 Ramadan 1446/2 Maret 2025

Penulis: Gazzeta Raka Putra Setyawan

Artikel Kincai Media

Catatan kaki:

[1] HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 275 dan Imam Ahmad no. 3490.

[2] QS. Al-Hujurat: 17.

[3] HR. Muslim.

[4] HR. Muslim no. 34

[5] HR. Bukhari dan Muslim.

Selengkapnya