Jakarta -
Botox menjadi salah satu prosedur kecantikan yang semakin digemari oleh kaum perempuan. Tetapi, gimana jika kondisinya Bunda tetap aktif mengASIhi ya, Bunda. Bolehkah Bunda lakukan perawatan wajah botox saat menyusui?
Botox adalah salah satu perawatan kosmetik yang paling dicari yang membantu mengurangi munculnya garis-garis lembut dan kerutan di wajah. Tak mengherankan, teknik ini jadi pilihan para wanita untuk menjaga kecantikan wajahnya.
Mengenal prosedur botox
Botox (onabotulinumtoxin A) adalah obat resep yang terbuat dari kuman Clostridium botulinum jenis A. Racun botulinum yang dihasilkan oleh kuman ini disebut neurotoksin.
Racun tersebut adalah racun yang sama yang menyebabkan botulisme, penyakit serius dan terkadang fatal. Neurotoksin adalah jenis racun yang memengaruhi sistem saraf. Racun tersebut dapat menyerang saraf dan jaringan saraf dalam tubuh.
Botox biasanya digunakan dalam banyak prosedur medis. Umumnya, botox digunakan oleh master kulit dan mahir bedah plastik untuk argumen kosmetik seperti dikutip dari laman Parents.
Manfaat dari suntikan botox sendiri ialah ketika botox disuntikkan ke wajah, prosedur ini bakal menghaluskan garis-garis lembut dan memperbaiki tampilan kerutan.
Botox juga digunakan untuk mengobati cerebral palsy, migrain kronis, tegang leher parah, fisura anus, keringat berlebih, strabismus (mata juling), gtemporomandibular joint(TMJ) disorder, dan kondisi medis lainnya.
Bagaimana langkah kerja botox?
Mengenai langkah kerjanya, botox sendiri diberikan melalui suntikan langsung ke otot. Botox bekerja dengan langkah menghalangi kegiatan saraf di area yang disuntik, yang menyebabkan kelumpuhan otot. Efek botox berkarakter sementara, dan suntikan perlu diulang dalam beberapa bulan untuk mempertahankan hasilnya.
Suntikan botox menyebabkan kelumpuhan sementara pada otot dengan menghalangi sinyal dari saraf ke otot yang dituju. Otak kita mengirimkan sinyal ke sel saraf untuk memulai kontraksi otot.
Sebagai respons, sel saraf melepaskan neurotransmitter yang disebut asetilkolin, yang menyampaikan pesan ke otot yang dituju, sehingga terjadi kontraksi otot. Botox menghalang pelepasan asetilkolin, sehingga otot tidak dapat menerima pesan tersebut. Akibatnya, otot menjadi rileks, menghentikan aktivitas alias kontraksi apa pun.
Karena botox merelaksasi otot, obat ini sering digunakan untuk mengobati kondisi yang melibatkan tegang otot alias kontraksi otot yang tidak normal alias tidak diinginkan.
Kelumpuhan sementara pada otot-otot di sekitarnya yang disebabkan oleh suntikan botox adalah pengaruh dari toksin. Kelumpuhan ini biasanya lenyap dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung pada letak dan kekuatan suntikan.
Apakah kondusif menggunakan botox saat menyusui?
Saat ini belum ada penelitian tentang keamanan perawatan botox selama menyusui. Secara umum, toksin botulinum A dapat masuk ke dalam ASI melalui darah. Namun, perihal ini mungkin terjadi ketika seseorang mengalami botulisme, jangkitan parah yang disebabkan oleh kuman botulinum.
Karena hanya sejumlah mini toksin kuman murni yang disuntikkan menggunakan jarum suntik selama prosedur, kemungkinan toksin tersebut masuk ke dalam ASI sangat kecil. Namun, lantaran tidak adanya penelitian konklusif, sebaiknya hindari suntikan botox saat menyusui.
Dokter mungkin tidak meresepkan perawatan botox jika Bunda sedang menyusui, dan perawatan ini mungkin hanya dilakukan dalam kasus yang jarang terjadi. Dalam kebanyakan kasus, pengganti untuk botox mungkin tersedia. Sebaiknya hindari botox lantaran argumen kosmetik saat menyusui.
Efek samping botox bagi ibu menyusui
Tidak ada info tentang sekresi toksin botulinum jenis A dalam ASI. Oleh lantaran itu, pengaruh samping pada bayi yang disusui tidak diketahui. Seorang ibu yang menjalani perawatan Botox dapat mengalami pengaruh samping berikut ya, Bunda:
1. Memar, kemerahan di tempat suntikan
2. Kelelahan
3. Mulut kering
4. Botox saat menyusui dapat menyebabkan mulut kering
5. Pusing
6. Ruam kulit
7. Gejala mirip flu
8. Kesulitan bernapas, menelan, alias berbicara
9. Masalah penglihatan seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, alias kelopak mata terkulai
10. Kehilangan alias perubahan bunyi (suara mungkin menjadi serak, parau, alias lemah)
11. Kelemahan otot
12. Inkontinensia urine (kehilangan kontrol kandung kemih)
13. Ucapan tidak jelas (masalah dengan pengucapan kata-kata yang jelas)
Bisakah memompa dan membuang ASI mengurangi pengaruh botox?
Memompa dan membuang ASI adalah teknik memeras dan membuangnya alih-alih memberikannya kepada bayi. Banyak ibu yang memompa dan membuang ASI jika mereka percaya telah menelan unsur yang dapat masuk ke dalam ASI dan mencapai bayi. Namun, memompa dan mengeluarkannya tidak dapat menghilangkan unsur tersebut dari ASI. Zat tersebut bakal terus dikeluarkan melalui ASI hingga sepenuhnya dimetabolisme oleh tubuh.
Waktu metabolisme botox yang tepat di dalam tubuh tidak diketahui. Efeknya dapat berjalan sekitar 8-12 minggu. Selain itu, keluarnya botox melalui ASI belum diteliti. Oleh lantaran itu, metode memompa dan mengeluarkannya mungkin tidak sukses dalam kasus ini.
Pedoman untuk mencegah pengaruh serius botox
Mengambil tindakan pencegahan tertentu dapat membantu mencegah pengaruh samping serius Botox. Berikut adalah beberapa perihal yang perlu diingat ya, Bunda:
1. Jika Bunda sedang menyusui dan memerlukan botox untuk kondisi medis tertentu, mintalah saran dari master berilmu yang mahir dalam masalah medis. Pahami faedah dan risikonya untuk membikin keputusan yang tepat.
2. Sebaiknya hindari akibat mendapatkan Botox untuk tujuan kosmetik jika Bunda sedang menyusui. Konsultasikan dengan master untuk alternatifnya.
3. Beri tahu master tentang obat lain yang Bunda konsumsi. Pastikan untuk menyertakan obat resep, nonresep, multivitamin, alias obat herbal.
4. Beri tahu master jika Bunda telah mengonsumsi obat alergi, termasuk untuk asma, pil tidur, pelemas otot, obat flu, alias baru-baru ini disuntik antibiotik.
5. Beri tahu master jika Bunda telah mendapatkan toksin botulinum dalam empat bulan terakhir. Bagikan juga perincian suntikan botox Bunda sebelumnya.
6. Jika Bunda mempunyai riwayat alergi terhadap obat apa pun alias baru-baru ini mengalami reaksi alergi, bagikan cerita tersebut juga dengan dokter.
7. Bagikan juga riwayat mengenai operasi Bunda di masa lalu. Sebab, master kudu tahu jika Bunda berencana menjalani operasi alias pernah menjalani operasi di masa lampau seperti dikutip dari laman Mom Junction.
Alternatif kondusif untuk botox bagi ibu menyusui
Alternatif untuk botox dapat bervariasi berasas masalah, intensitas kondisi, dan kesehatan Bunda secara keseluruhan. Diskusikan pilihan lain dengan master mengenai perihal tersebut ya, Bunda.
Berikut ini adalah beberapa pengganti yang dapat dipertimbangkan untuk beberapa kondisi yang sering diobati dengan suntikan botox ya, Bunda:
1. Bunda dapat mempertimbangkan akupunktur kosmetik wajah (FCA) sebagai pengganti botox untuk mengurangi kerutan dan meningkatkan elastisitas kulit. Metode ini melibatkan penyisipan jarum akupunktur di kepala, wajah, dan leher
2. Produk kosmetik topikal yang dijual bebas, seperti krim, juga dapat membantu mengurangi kerutan dan memperbaiki warna kulit Bunda.
3. Mengonsumsi makanan yang sehat, tidur selama tujuh hingga sembilan jam di malam hari, dan minum air yang cukup juga dapat meremajakan kulit.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)