https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivmbLF_CWQZ_kZ8jS803aKj_LLoVoEDmrBn3XtjzahSi1jS2jRXTux53K0w_dbIOi4IWkZpWcFJ-mt6_FM1_IK_Fl2TcGTdqTxmYWJTL39XMkpTPqKzrEK4qU2YVGuFULGOO2KxPdSAVE/s1600/Beutler_Google_Giftwrap_-v2TW.png -->
(ki-ka) Arianne Santoso dari Google, Maxime Aubert dari Griffith University, Laksana Tri Handoko dari BRIN, Herry Yogaswara dari BRIN, dan Adhi Agus Oktaviana dari BRIN
Melalui kemitraan dengan para peneliti dari Griffith University, Australia, tim kami telah mengungkap sesuatu yang bisa jadi merupakan bukti lukisan naratif tertua yang pernah ditemukan di dunia. Penemuan ini terjadi dalam sebuah gua di Pulau Sulawesi, Indonesia.
Adegan berburu tertua di bumi pada tembok Leang Bulu Sipong 4 disempurnakan secara digital.
Lukisan yang terletak di gua batu kapur Leang Karampuang, Kawasan Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, ini menggambarkan tiga sosok mirip manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan.
Teknologi baru merevolusi pemahaman kita tentang asal mula kesenian purba
Sebuah tim intelektual yang dipimpin oleh peneliti dari Griffith University dan Southern Cross University telah menemukan dan memperkirakan usia lukisan gua di Pulau Sulawesi, Indonesia, tersebut dan temuan mereka dipublikasikan di jurnal Nature.
Foto udara situs gua Karampuang Bukit
Dengan usia minimal 51.200 tahun, lukisan gua Leang Karampuang membawa pesan tertua yang pernah tercatat di dunia. Sebagai konteks, Piramida di Giza berumur 4.500 tahun, sehingga usia lukisan pada batu yang dibuat nenek moyang kita ini 46.700 tahun lebih tua. Bahkan, lukisan gua tertua yang ditemukan di Eropa pun jauh lebih muda.
Salah satu bagian dari gambar yang disempurnakan dengan DStretch, menunjukkan seekor babi rimba di langit-langit Leang Karampuang
Kawasan gua di Sulawesi ini juga mempunyai lukisan segmen perburuan hewan tertua di dunia, yang sekarang diperkirakan berumur setidaknya 48.000 tahun berkah metode penanggalan revolusioner menggunakan pengambilan sampel ablasi laser yang dikombinasikan dengan kajian seri uranium.
Kolaborasi dengan Google Arts & Culture telah memungkinkan kami menyajikan temuan sejarah kita ini secara digital dengan gambar pemandangan pertama dari area gua tersebut, yang diambil baru beberapa minggu lalu. Kolaborasi kami memungkinkan orang-orang di seluruh bumi mengakses situs kami dan juga ikut berkontribusi dalam upaya pelestarian kami.
Melestarikan gua sebagai sumber pengetahuan generasi berikutnya
Dengan gambar panorama Leang Karampuang ini dan cerita yang disertakan tentang gua-gua di sana, generasi mendatang dapat melihat, mengeksplorasi, dan apalagi mungkin mendapatkan pengetahuan lebih lanjut dari sejarahnya. Sementara tim arkeolog kami telah menggunakannya saat menyampaikan seminar dan ceramah, pengalaman online ini juga mendukung misi kami untuk menjelaskan asal muasal kita semua sebagai umat manusia.
Cobalah berpetualang sendiri di susunan karst gua ini melalui link ini.