Apa itu jenjang pria? Konsep “hierarki sosial pria” akhir-akhir ini makin populer, tetapi apa artinya? Cobalah memperhatikan gambaran ini: sebuah piramida yang mengategorikan laki-laki dalam beragam kategori sosial berasas kualitas pribadi, nilai, dan level pengaruhnya. Meski tidak mempunyai dasar ilmiah sama sekali, banyak orang yang berasumsi bahwa jenjang ini benar. Kenapa? Karena istilah “alfa” digunakan dalam ekologi dan dipakai untuk menggambarkan pemimpin dalam kawanan serigala. Walaupun jenjang laki-laki didasarkan pada struktur kawanan serigala, belum ada penelitian murni yang mengaitkan kedua pendapat ini. Susunan jenjang laki-laki adalah Alfa, Sigma, Beta, Delta, Gama, dan Omega (berdasarkan urutan dari atas ke bawah). Jenis laki-laki yang terdapat di urutan atas piramida (Alfa, Sigma, dst.) hanya berjumlah sedikit, sedangkan kebanyakan laki-laki berada di bagian bawah piramida (Gama, Omega).
Sigma. Sigma berada di puncak piramida, yang dianggap sebagai salah satu dari 2 jenis laki-laki paling kuat dan berpengaruh. Mereka kuat, rajin, mandiri, setia, berprinsip, dan siap memihak kebenaran. Jika alfa adalah pemimpin dalam golongan pria, Sigma lebih suka tidak berkumpul dalam kelompok. Sebaliknya, Sigma bakal bergerak sendiri.
Alfa. Bersama dengan Sigma, Alfa berada di puncak piramida. Alfa adalah pemimpin yang energik, pekerja keras, ambisius, ekstrover, karismatik, dan kuat. Alfa bertindak di dalam sistem jenjang pria, tetapi punya pengaruh dan kekuatan yang lebih besar daripada jenis laki-laki lain. Merekalah bosnya.
Beta. Beta menempati urutan selanjutnya dalam piramida. Mereka orang nomor 2 di bawah komando Alfa, dan biasanya orang yang dipercaya Alfa. Mereka berbagi kualitas tertentu yang memberi kontribusi terhadap ketenaran dan kekuatan Alfa (pesona, keahlian dalam kepemimpinan, dan sebagainya). Meskipun begitu, beta sangat setia kepada Alfa.
Delta. Delta merupakan orang yang cerdas, konsisten, kompeten, dan stabil. Mereka mengikuti perintah Alfa dan Beta. Secara umum, mereka mahir dalam bagian yang dikerjakan. Mereka mempunyai pekerjaan yang normal, menjalani kehidupan biasa, dan condong sukses.
Gama. Gama dianggap sebagai sosok intelek dalam jenjang pria. Mereka peka dengan perasaannya sendiri dan menghargai kerentanan. Gama condong imajinatif dan idealis, yang sering dikritik dalam jenjang laki-laki lantaran menyebabkan masalah dan melanggar patokan sistem.
Omega. Mereka berada di urutan terbawah pada piramida jenjang pria. Omega dipandang dalam lensa 2 dimensi yang tidak adil, dan dilabeli “tidak berhasil” secara permanen dalam jenjang pria. Namun, pada kenyataannya pendapat ini tidak mempunyai nuansa dan konteks. Tidak ada orang yang terus-menerus gagal, dan orang yang sukses pasti pernah kandas dalam suatu waktu. Jadi, apakah kegagalan secara otomatis membikin seseorang menjadi “Omega”? Tidak. Kami bakal menjelaskan alasannya di bagian bawah.
Apa yang membikin jenjang sosial bermasalah? Dunia penuh dengan kerumitan. Ketika orang-orang merasa susah memahami kerumitan ini, mereka tergoda untuk menyederhanakan beberapa perihal dalam corak hierarki, label, dan struktur seperti yang dijelaskan di atas. Pada kenyataannya, konsep jenjang laki-laki tidak didukung bukti ilmiah, dan alasannya adalah: lantaran manusia tidak selalu cocok dengan pembagian “hierarki” yang tegas seperti ini.
Sigma, Delta, Alfa, alias apa pun tidak bakal menimbulkan masalah asalkan Anda mau menghormati orang lain, mengikuti prinsip yang Anda miliki, dan tetap jadi diri sendiri. Mungkin Anda tertarik dengan “kekuatan” dan “pengaruh” yang dikaitkan dengan label “Sigma”. Namun, yakinlah bahwa: jujur kepada diri sendiri (dan menyingkirkan label tersebut!) adalah tindakan terbaik yang bisa Anda lakukan.