Cerita Bidan Ita Muswita Jadi Relawan Di Gaza, Sebut Kondisi Lebih Parah Dari Di Berita

Dec 23, 2024 08:10 PM - 1 bulan yang lalu 41264

Ita Muswita memutuskan menjadi relawan di Gaza, Palestina, lantaran mau memandang langsung kondisi di sana. Perempuan yang berprofesi sebagai perawat ini juga mau menggunakan keahliannya untuk menolong orang-orang terdampak perang.

Ita memasuki daerah Gaza pada 18 Maret 2024. Selama 72 hari, dia bekerja di rumah sakit dan klinik di sana, Bunda.

"Saya masuk Gaza 18 Maret, minggu kedua Ramadan. Keluar menjelang Idul Adha. Jadi saya Lebaran di Gaza," kata Ita dalam kegiatan FYP, dikutip dari YouTube TRANS7 OFFICIAL.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Ita, situasi di Gaza lebih parah dari yang diberitakan di media selama ini. Suara peledak dan senjata tak berakhir terdengar, begitupun korban yang berjatuhan.

"Jauh lebih jelek dari yang kita saksikan di televisi (TV). Kalau di TV kan korban sudah datang ke rumah sakit, yang aslinya itu kita dengar ledakan, bunyi bom, senjata, itu setiap saat, dan drone 24 jam sehari enggak ada berhentinya," ungkapnya.

Setiap hari menjadi momen yang mencekam bagi Ita dan orang-orang di Gaza. "Jadi jika orang Gaza itu bilangnya hari ini mungkin kita bisa tertawa dan ini hari terakhir kita tertawa. Jadi mereka itu menganggap ini adalah hari terakhir kita," ujar Ita.

Kondisi bayi baru lahir di Gaza

Dalam kesempatan ini, Ita juga mengungkap kondisi bayi baru lahir di Gaza. Dalam salah satu foto yang ditunjukkan, Ita tampak menggendong bayi baru lahir.

Menurutnya, berat badan bayi lahir (BBLR) di Gaza menurun seiring terjadinya perang. Penyebabnya lantaran ibu mengandung di sana kekurangan nutrisi, Bunda.

"(Foto itu) Dua minggu pertama saya berdinas di Rumah Sakit Emirat di bilik bedah. Itu bayi yang baru dilahirkan," katanya.

"Di sana itu ibu-ibu melahirkan anak (dengan berat) 3,5 sampai 4 kilogram (kg) itu normal lantaran memang besar posturnya. Ketika perang, penurunan berat badan bayi lahir itu terasa sekali, jadi rata-rata 2,3 sampai 2,7 itu sudah bagus, yang krusial mereka bisa survive, bisa napas, paru-paru berfaedah itu sudah cukup. Kekurangan gizi ibu selama mengandung salah satu faktornya (penyebab)," sambungnya.

Selama bekerja di Gaza, Ita setidaknya menangani 50 hingga 60 pasien persalinan. Padahal, dia hanya berdinas separuh hari, Bunda.

"Selama dinas pagi sampai dinas siang, kita menangani persalinan totalnya 50 sampai 60. Jadi yang untuk shift sore itu teman-teman lokal yang menangani," ungkap Ita.

Selain di rumah sakit, Ita juga membantu di klinik besar yang menangani pasien korban akibat perang. Di sana, dia berjumpa dengan banyak anak-anak Gaza. Mereka terlihat begitu senang menyambut Ita dan para relawan lainnya.

Ita sudah siap menerima akibat apa pun selama di Gaza

Ita Muswita

Ita Muswita/ Foto: YouTube TRANS7 OFFICIAL

Ita pergi ke Gaza sebagai relawan dari MER-C Indonesia. Ia berbareng beberapa relawan lain ditugaskan untuk membantu korban perang.

Sebelum ke Gaza Ita mengaku sudah menerima apa pun akibat yang bakal dihadapinya. Ita apalagi siap bertaruh nyawa menolong orang-orang di Gaza.

Keputusan Ita untuk ke Gaza juga mendapatkan support dari keluarganya. Mendiang orang tua Ita apalagi memberikan support penuh atas keputusan putrinya ini.

"Ya menerima kondisi apa pun, lantaran ketika kita berangkat kan kita ibaratnya deal kondisi terburuk apa pun siap menerima. Keluarga juga siap menerima. Kebetulan orang tua sebelum meninggal selalu bilang, support. Kemudian kakak dan adik support," ujar Ita.

Banner Anak Perempuan Tidak Dekat dengan Ayah

Ita tetap merasa takut selama menjalankan tugas di Gaza. Tetapi, di satu sisi dia mesti berani hingga terbiasa menerima keadaan. Begitu pun ketika dia mendengar berita orang yang dikenalnya meninggal.

"Iyalah (takut) itu manusiawi. Tapi pada akhirnya kita bakal terbiasa dengan keadaan. Yang paling sedih itu ketika kita menerima berita orang yang kita kenal meninggal saat itu. Tapi itu tidak bisa berlarut-larut, ya bisa jadi kita berikutnya," ujarnya.

Meski telah berada ke Tanah Air, Ita mengaku mau kembali lagi ke Gaza. Ia tak pernah sekalipun menyesali keputusannya untuk menjadi relawan di Gaza.

Demikian kisah Ita Muswita tentang pengalamannya menjadi relawan di Gaza. Semoga kisahnya bisa menjadi inspirasi ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

SImak juga profil Bidan Laili, Founder jasa pijat bayi langganan Bunda Seleb, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/ank)

Loading...

Selengkapnya