Jakarta -
Bunda mungkin pernah menemukan anak yang mengamuk di kasir, menghentakkan kaki, dan berteriak untuk mendapatkan permen. Banyak orang yang menyebut perilaku tersebut sebagai tingkah manja, merasa berhak, alias anak nakal.
Apa pun istilahnya, menurut Robert Taibbi L.C.S.W. seorang psikoterapis dan terapis keluarga, anak-anak yang belajar bahwa amukan dan tuntutan mereka dapat memengaruhi kehidupannya di masa depan. Hal ini juga berpengaruh dalam hubungan Si Kecil dengan orang-orang sekitar.
"Percaya bahwa bumi berputar di sekitar mereka membikin orang lain memandang mereka sebagai orang yang egois, mudah berubah, menuntut, dan tidak peduli pada orang lain," ungkapnya, dikutip dari Psychology Today.
"Anak yang manja kelak bisa sering mendapat masalah di tempat kerja, dan kehidupan di rumah. Mereka menciptakan pertikaian terus-menerus alias membikin semua orang berhati-hati," imbuhnya.
Sebagai orang tua, kita tentu berhati-hati dalam mengasuh anak agar kelak mereka tidak menjadi anak yang manja. Ya, anak manja bukan bawaan dari lahir, tapi terbentuk dari pola asuh, Bunda. Bagaimana kita bisa mengetahui ciri-ciri anak bakal tumbuh menjadi anak manja?
Ciri-ciri Si Kecil bakal tumbuh jadi anak manja
Peneliti dan praktisi parenting di Amerika Serikat, Reem Raouda, mempelajari lebih dari 200 anak. Ia menemukan bahwa perilaku manja terkadang dapat menunjukkan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Berikut empat tanda anak yang sangat manja:
1. Mereka kesulitan mendengar kata 'tidak'
Dikutip dari CNBC Make It, seorang anak mungkin menolak patokan bukan lantaran patokan itu sulit, tetapi lantaran batas yang tidak jelas terasa membingungkan dan membikin frustrasi. Jika patokan terasa tidak dapat diprediksi alias jika seorang anak merasa tidak berkekuatan dalam keputusan yang memengaruhi mereka, Si Kecil mungkin bertindak untuk mendapatkan kembali rasa kendali.
2. Mereka terus-menerus mencari perhatian
Ketika anak-anak menuntut perhatian terus-menerus, itu sering kali menandakan keterputusan emosional alias ketidakpastian tentang tempat mereka dalam keluarga. Seorang anak yang tidak merasa kondusif dalam ikatan mereka mungkin meminta lebih banyak waktu, lebih banyak validasi, dan lebih banyak kepastian.
3. Mereka mengamuk untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan
Menurut Raouda, amukan bukanlah manipulasi, melainkan langkah Si Kecil untuk berkomunikasi. Anak-anak yang mengalami mode marah biasanya kewalahan dan tidak mempunyai keahlian untuk memproses emosi yang besar.
Sering kali, perihal itu terjadi lantaran seorang anak merasa tidak didengarkan ketika emosinya diabaikan, tidak berkekuatan ketika mereka tidak mempunyai suara, alias terlalu terstimulasi oleh terlalu banyak kebisingan, aktivitas, alias perubahan.
4. Mereka menolak tanggung jawab
Seorang anak yang menolak untuk membersihkan, menghindari pekerjaan rumah, alias mudah menyerah bukanlah anak yang susah alias malas. Sebaliknya, mereka mungkin terlalu sering terlindungi dari tantangan alias didorong untuk berdikari sebelum mereka merasa siap.
Cara mencegah anak jadi manja
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan
Jika Bunda mau membesarkan anak-anak yang santun, maka perlu menetapkan beberapa patokan dasar. Berikut langkah mencegah anak menjadi manja:
1. Tetapkan batas yang jelas dan sederhana
Batasan yang jelas dan sederhana perlu ditetapkan. Contohnya seperti ini, beda maknanya antara, "Oh oke, Anda boleh minta kue..." dan "Kamu boleh minta satu kue, tapi jangan minta kue kedua. Ini saja."
2. Patuhi batas tersebut apa pun yang terjadi
Menyambung dari langkah sebelumnya, konsisten dan patuhi batas apapun yang terjadi. Triknya di sini adalah mengambil pandangan jangka panjang. Mungkin kue kedua tidak apa-apa kali ini saja, tetapi apakah permintaan itu bakal berulang?
Jangan pernah menyerah jika Si Kecil memelas. Begitu Bunda menyerah, secara tidak langsung telah mengajari anak bahwa meminta-minta itu berhasil.
3. Buat anak yakin
Jika Si Kecil menginginkan sesuatu yang tidak diyakini, mintalah dia untuk menjelaskannya. Misalnya anak mau menonton kegiatan TV favorit. Apabila anak menjelaskan bahwa dia telah membereskan semua mainannya alias bakal tidur siang terlebih dahulu, Bunda dapat dengan nyaman mengatakan ya.
4. Mintalah anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum bersenang-senang
Penelitian menunjukkan bahwa bersikap tegas dalam perihal pekerjaan rumah dan tanggung jawab membantunya mengembangkan keahlian untuk mengatasi rasa frustrasi. Bahkan balita dapat melakukan pekerjaan rumah sederhana di sekitar rumah, seperti membereskan mainannya alias membantu membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
5. Jangan takut mengecewakan
Orang tua pasti tidak suka memandang anak kita sedih, tetapi ingat lagi bahwa segala sesuatu dicapai dengan tidak instan. Tidak selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Belajar menerima kekecewaan bakal memberi anak keahlian mengatasi stres emosional yang krusial di kemudian hari.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)