Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menerima pasukan Salib yang menyerah.
KincaiMedia, JAKARTA -- Kemenangan Muslimin dalam Perang Hattin pada Juli 1187 mengawali pembebasan Baitul Makdis. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap.
Ada sekitar 200 orang yang dieksekusi. Termasuk di antaranya adalah para Kesatria Templar. Merekalah yang sebelumnya menyarankan Raja Guy untuk menyongsong pasukan Muslimin di luar, alih-alih dalam, tembok Yerusalem. Imbas dari strategi itu, balatentara Salib justru mengalami kelelahan dan kemerosotan semangat tempur akibat jauhnya perjalanan dari kota tersebut ke Lembah Hattin. Apalagi, pasukan Kristen-Barat ini tidak membawa perbekalan logistik yang memadai.
Sultan Shalahuddin menginstruksikan agar para tawanan yang tidak dijatuhi balasan meninggal dibawa ke pusat pemerintahan Daulah Ayyubiyah, Damaskus. Ia juga menetapkan sejumlah penghasilan sebagai duit tebusan mereka. Maka yang kemudian di Lembah Hattin adalah si raja Yerusalem dan sahabatnya itu.
Dengan tegas, Shalahuddin memancung kepala Raynald Chatillon. Bangsawan Frank itu divonis meninggal lantaran beragam kejahatan yang telah dilakukannya terhadap Muslimin. Melihat mayit sahabatnya, Guy bertimpuh ketakutan. Sang sultan kemudian berbicara kepadanya, “Seorang raja tidak bakal membunuh sesama raja. Mengapa engkau tidak meneladani sosok pendahulumu?”
Sosok yang dimaksudkannya adalah raja Yerusalem sebelum Guy, Baldwin IV. Pemimpin Kristen yang meninggal akibat kusta itu memilih koeksistensi dengan daulah Islam di sekujur Tanah Palestina. Semasa hidupnya, kerabat kandung Sibylla—permaisuri Guy—tersebut meletakkan respek pada Shalahuddin. Sultan yang disebut Saladin oleh orang-orang Barat itu pun menghormatinya. Bahkan, raja Ayyubiyah itu pernah mengirimkan master pribadinya untuk mengobati penyakit sang mendiang.
Raja Guy lantas dibawa ke Damaskus. Shalahuddin kemudian memimpin pasukannya untuk bergerak ke arah selatan dengan tujuan utama membebaskan Baitul Makdis. Hingga pertengahan September 1187, dia sukses merebut sejumlah kota dari tangan musuh, semisal Askalon, Akre, Nablus, Toron, Sidon, Beirut, dan Jaffa. Muslimin yang menjadi tawanan di setiap kota tersebut kemudian dibebaskannya. Sementara itu, orang-orang Kristen berduyun-duyun mengungsi ke Tire (Tyre), satu-satunya kota-benteng di bawah kendali Salibis yang tersisa.