Dialog Para Wali Allah Tentang Ujian Hidup

Mar 04, 2025 07:57 PM - 1 minggu yang lalu 8534

KincaiMedia, JAKARTA -- Dahulu kala, tiga orang ustadz yang masyhur saleh dan bijak mengunjungi kediaman seorang wanita sufi, Rabi'ah al-Adawiyah. Ketiga laki-laki berilmu itu adalah Syekh Hasan al-Bashri, Malik bin Dinar, dan Syaqiq al-Balkhi.

Mereka berjamu lantaran Rabiah saat itu sedang sakit keras. Sesampainya di tujuan, sang tuan rumah mempersilakan mereka untuk masuk dan menemuinya.

Ketiganya masuk dengan takzim. Setelah mengucapkan salam, Syekh Hasan al-Bashri memulai pembicaraan, "Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika dia tidak sabar menanggung 'cambukan' Allah."

Hasan bermaksud mengingatkan Rabi'ah agar sabar dalam menghadapi musibah atau ujian yang sedang dialaminya. Namun, sang wanita sufi membalas pernyataan tersebut. Baginya, perkataan sang syekh tetap kurang tajam.

"Kata-katamu itu tetap berbau egoisme," kata Rabiah.

Kemudian, Syaqiq al-Balkhi menimpali, "Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika dia tidak berterima kasih lantaran 'cambukan' Allah."

Menyadari bahwa al-Balkhi mengaitkan antara musibah dan rasa sabar, Rabiah seketika tersenyum. Namun, dia lampau berkata, "Ada yang lebih baik daripada itu."

Sesudah itu, para tamu pun termenung. Mereka merenungkan, sesungguhnya apa yang hendak dimaksud oleh Rabiah.

Malik bin Dinar lampau berkata, "Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika dia tidak merasa senang ketika menerima 'cambukan' Allah."

Ketiga tamu itu mengira bahwa pernyataan Malik-lah yang paling tepat, ialah paling mewakili isi hati dan pikiran Rabiah mengenai makna musibah. Namun, perkiraan ini meleset.

"Masih ada yang lebih baik dari itu," ujar Rabi'ah.

Setelah merenung, akhirnya mereka sepakat menanyakan perihal ini pada Rabi'ah sendiri.

Berkatalah sang wanita sufi, "Seorang manusia tidak dapat dipercaya kata-katanya jika dia tidak lupa kepada 'cambukan' Allah, ketika dia merenungkan-Nya."

"Subhanallah...." Mereka bertiga tertunduk diam.

Dalam hati terdalam, mereka mengakui kehebatan Rabi'ah al-Adawiyah tentang makna kepasrahan total seorang hamba Allah kepada Sang Mahapencipta.

Dari perbincangan tersebut, sekurang-kurangnya ada tiga langkah menyikapi "cambukan Allah", yakni ujian hidup atau musibah yang sedang datang. Masing-masing langkah merepresentasikan level keagamaan yang berbeda.

sumber : Pusat Data Republika

Selengkapnya