Doa istiftah adalah salah satu angan yang dibaca pada awal salat dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai beberapa angan istiftah yang beliau ajarkan kepada kita, umatnya. Salah satu angan yang sering beliau baca ketika memulai salat malam adalah sebagaimana dalam sabda dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu berikut ini,
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اِهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabbnya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui yang gaib dan nyata. Engkau yang menjatuhkan norma untuk memutuskan apa yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah saya pada kebenaran dalam perihal yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” (HR. Muslim no. 770)
Kandungan makna doa
Doa istiftah ini sarat bakal makna dan mengandung pelajaran krusial yang menyentuh beragam aspek keagungan Allah, pentingnya petunjuk dari-Nya, serta kedudukan spesial para malaikat. Melalui angan ini, kita diajarkan untuk mengakui dan menghormati kebesaran Allah dan para Malaikat-Nya yang mempunyai peran besar dalam menjalankan perintah-Nya. Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa diambil dari angan ini:
Pertama: Pengakuan bahwa Allah sebagai Rabb dari tiga malaikat besar: Jibril, Mikail, dan Israfil
Masing-masing dari malaikat ini mempunyai tugas krusial dalam Islam. Jibril ‘alaihis salam bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi, termasuk menyampaikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang menunjukkan bahwa semua aliran kepercayaan yang betul berasal dari wahyu Allah yang disampaikan melalui Jibril, menjadikannya sebagai perantara kebenaran ilahi.
Mikail ‘alaihis salam bekerja mengatur turunnya hujan serta pertumbuhan tanaman, yang menjadi sumber rezeki bagi seluruh makhluk. Mikail melambangkan kemurahan Allah yang memberikan rezeki dan keberkahan kepada makhluk-Nya, serta menjaga keseimbangan alam. Sedangkan Israfil ‘alaihis salam bekerja meniup sangkakala pada hari kiamat, yang menandakan dimulainya hari pembalasan. Tugas Israfil ini mengingatkan kita bakal akhir kehidupan bumi dan dimulainya kehidupan akhirat. Oleh karenanya, dengan menyebut nama-nama malaikat tersebut dalam doa, kita diajak untuk selalu mengingat peran besar para malaikat tersebut dalam menjalankan perintah Allah.
Menyebut mereka dalam angan juga merupakan corak penghormatan kepada para malaikat yang mempunyai kedudukan spesial di sisi Allah. Begitu pula, pengakuan terhadap mereka dalam angan ini membantu kita untuk memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di bumi ini, baik dalam perihal rezeki, wahyu, maupun kehidupan setelah mati, semuanya diatur oleh Allah melalui malaikat-malaikat-Nya yang mulia.
Kedua: Allah sebagai Pencipta langit dan bumi
Dalam lanjutan angan ini, kita mengakui Allah sebagai Pencipta langit dan bumi. Kalimat ini mengajarkan kepada kita tentang kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu, baik yang kita saksikan (syahadah) maupun yang tersembunyi (gaib). Allah menciptakan segala sesuatu dari tiada menjadi ada, sebagaimana firman-Nya,
خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
“Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang mukmin.” (QS. Al-‘Ankabut: 44)
Pengakuan ini memperkuat kepercayaan kita bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berada di bawah kekuasaan dan kendali Allah, sehingga kita selalu merasa rendah diri di hadapan-Nya dan senantiasa berjuntai kepada-Nya dalam setiap urusan kita.
Ketiga: Allah Mengetahui yang gaib dan nyata
Dalam angan ini, juga disebutkan bahwa Allah adalah ‘Alimul Ghaibi wasy Syahadah, yang berfaedah bahwa Allah mengetahui segala perihal yang tersembunyi (gaib) dan yang tampak (nyata). Maka, makna angan ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang luput dari pengetahuan Allah, baik yang tersembunyi dalam hati manusia, maupun yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Allah berfirman,
يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
“Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang Anda rahasiakan dan apa yang Anda nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. At-Taghabun: 4)
Dengan demikian, seorang hamba yang membaca angan ini diingatkan untuk selalu jujur dalam hati dan amal, lantaran Allah mengetahui segala sesuatu yang tersirat maupun yang tersurat.
Keempat: Memohon petunjuk di tengah perselisihan
Salah satu inti dari angan ini adalah permohonan agar Allah memberikan petunjuk kepada kita dalam hal-hal yang diperselisihkan. Manusia sering kali berbeda pendapat, baik dalam urusan kepercayaan maupun kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, kita kudu selalu memohon kepada Allah agar diberikan petunjuk yang betul (hidayah) dalam menghadapi perselisihan tersebut. Allah berfirman,
فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
“Dan jika Anda berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah dia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika Anda betul-betul beragama kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. An-Nisa: 59)
Jadi, sangatlah jelas bahwa angan ini menegaskan sungguh pentingnya hidayah Allah dalam menemukan kebenaran di tengah perbedaan yang ada. Hanya dengan izin Allah, kita bisa diarahkan menuju jalan yang benar.
Kelima: Jalan yang lurus (Shirathal mustaqim)
Bagian akhir dari angan ini adalah permohonan agar Allah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus. Ini mengingatkan kita pada angan yang kita baca dalam setiap rakaat salat, ialah surah Al-Fatihah,
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)
Jalan yang lurus adalah jalan yang mengantarkan kita kepada keridaan Allah dan keselamatan di bumi serta akhirat. Hanya Allah yang dapat memberi petunjuk ke jalan ini, dan kita kudu selalu memohon kepada-Nya agar tidak tersesat dari jalan tersebut.
Doa istiftah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini merupakan angan mulia yang sarat makna. Kita mengakui kekuasaan Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemberi petunjuk dengan angan ini. Kita memohon kepada-Nya agar selalu ditunjukkan jalan yang lurus dan diberi petunjuk dalam menghadapi beragam perselisihan. Mudah-mudahan, Allah memudahkan kita untuk selalu mengamalkan angan ini dalam setiap salat kita, terutama salat malam, dan mendapatkan hidayah dari Allah untuk selalu berada di jalan yang benar.
Wallahu a’lam.
***
Penulis: Fauzan Hidayat
Artikel: KincaiMedia