Doa Setelah Membaca Yasin Di Malam Nisfu Sya’ban

Feb 11, 2025 11:24 AM - 1 bulan yang lalu 26724

KincaiMedia– Berikut angan setelah membaca Yasin di Malam Nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah seorang ustadz besar dari Makkah yang dikenal lantaran keilmuannya dalam beragam disiplin pengetahuan Islam. Beliau merupakan salah satu ustadz Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang banyak menulis kitab-kitab penting, termasuk Madza fi Sya’ban.

Dalam kitab tersebut, Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan keistimewaan bulan Sya’ban dan beragam ibadah yang dianjurkan, khususnya pada malam Nisfu Sya’ban. Salah satu ibadah yang beliau sebutkan adalah membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali dengan niat yang berbeda-beda.

Bacaan Yasin pertama diniatkan untuk memohon panjang umur dalam ketaatan kepada Allah. Hal ini menunjukkan pentingnya hidup yang diberkahi dengan keberlanjutan ibadah dan ketaatan.

Dengan umur yang panjang dalam ketaatan, seseorang dapat terus meningkatkan kebaikan shaleh dan mendekatkan diri kepada Allah. Nisfu Sya’ban yang disebut sebagai malam penuh keberkahan menjadi momen yang tepat untuk memohon perihal tersebut kepada Allah.

Bacaan Yasin kedua diniatkan untuk keselamatan dan perlindungan dari beragam bala dan musibah. Doa ini mencerminkan angan agar Allah menjauhkan hambanya dari segala corak bencana, baik yang berkarakter bentuk maupun spiritual.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari beragam ujian dan cobaan, sehingga memohon perlindungan kepada Allah adalah suatu perihal yang sangat dianjurkan, terutama pada malam-malam yang mempunyai keistimewaan seperti Nisfu Sya’ban.

Sedangkan referensi Yasin ketiga diniatkan agar seseorang tidak berjuntai kepada manusia dalam kehidupannya. Ini mengajarkan pentingnya tawakal kepada Allah dalam segala urusan. Ketergantungan kepada manusia sering kali membikin seseorang kecewa, sementara bersandar kepada Allah memberikan ketenangan dan kepercayaan yang lebih kuat dalam menghadapi hidup.

Lebih lanjut, setelah membaca Yasin dianjurkan membaca angan setelah membaca Yasin di malam Nisfu Sya’ban berikut;

اللَّهُمَّ يَا ذَا المَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالإِنْعَامِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، ظَهْرَ اللَّاجِئِينَ، وَجَارَ المُسْتَجِيرِينَ، وَمَأْمَنَ الخَائِفِينَ.

اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي، وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الكِتَابِ سَعِيدًا مَرْزُوقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الحَقُّ فِي كِتَابِكَ المُنَزَّلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ: يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.

إِلَهِي بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ، فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ المُكَرَّمِ، الَّتِي يُفْرَقُ فِيهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ البَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ. وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Allāhumma yā ẓal-manni wa lā yumannu ‘alayh, yā ẓal-jalāli wal-ikrām, yā ẓat-ṭawli wal-in‘ām, lā ilāha illā anta, ẓahra al-lājī’īn, wa jāra al-mustajīrīn, wa ma’manal-khā’ifīn.

Allāhumma in kunta katabtani ‘indaka fī ummil-kitābi shaqiyyan aw maḥrūman aw maṭrūdan aw muqattaran ‘alayya fir-rizq, famḥu allāhumma bi faḍlika shaqāwatī wa ḥirmānī wa ṭardī wa iqtāra rizqī, wa athbitnī ‘indaka fī ummil-kitābi sa‘īdan marzūqan muwaffaqan lil-khairāt, fa innaka qulta wa qawluka al-ḥaqqu fī kitābikal-munazzal, ‘alā lisāni nabiyyikal-mursal: “Yamḥu-llāhu mā yashā’u wa yuthbitu wa ‘indahū ummul-kitāb.”

Ilāhī bit-tajallīl-a‘ẓam, fī laylatin-niṣfi min Sha‘bān al-mukarram, allatī yufraqu fīhā kullu amrin ḥakīmin wa yubram, as’aluka an takshifa ‘annā minal-balā’i mā na‘lamu wa mā lā na‘lamu, wa mā anta bihi a‘lam, innaka anta al-a‘azzu al-akram. Wa ṣallallāhu ta‘ālā ‘alā sayyidinā Muḥammad wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi wa sallam.

Artinya; Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Memberi anugerah, yang tidak ada seorang pun dapat memberi hidayah kepada-Nya. Wahai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai Dzat yang mempunyai karunia dan kenikmatan, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkaulah sandaran bagi orang-orang yang berlindung, pelindung bagi mereka yang mencari perlindungan, dan tempat kondusif bagi mereka yang ketakutan.

Ya Allah, jika Engkau telah menetapkan saya di sisi-Mu dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka, terhalang (dari rahmat-Mu), terusir, alias disempitkan dalam rezekiku, maka hapuskanlah, ya Allah, dengan keutamaan-Mu segala kesengsaraanku, keterhalanganku, keterusiranku, dan kesempitan rezekiku.

Tetapkanlah saya di sisi-Mu dalam Ummul Kitab sebagai orang yang berbahagia, diberi rezeki, serta mendapat taufik untuk melakukan kebaikan, lantaran sesungguhnya Engkau telah berfirman—dan firman-Mu adalah kebenaran—dalam kitab-Mu yang diturunkan melalui lisan Nabi-Mu yang diutus:

“Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Ar-Ra’d: 39)

Ya Ilahi, dengan tajalli-Mu yang agung, pada malam pertengahan bulan Sya’ban yang mulia, malam di mana ditetapkan segala urusan yang penuh hikmah dan diputuskan ketetapan-ketetapan, saya memohon kepada-Mu agar Engkau mengangkat dari kami segala bala (musibah), baik yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, serta yang hanya Engkau yang lebih mengetahuinya. Sungguh, Engkaulah Dzat yang Maha Perkasa dan Maha Mulia.

Semoga shalawat Allah senantiasa tercurah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta family dan para sahabatnya.

Selengkapnya