Jakarta -
Di sebuah rimba belantara di pelosok Kalimantan, hiduplah sepasang sahabat, JJ si anak jerapah dan Mopi si monyet pintar. Hutan itu penuh dengan beragam hewan liar yang dilindungi, menciptakan kehidupan yang selaras di dalamnya.
JJ adalah jerapah muda yang ceria, sementara Mopi si monyet lincah selalu menemani JJ dengan bergelantungan dari satu pohon ke pohon lainnya.
Suatu hari, JJ tampak tidak bersemangat. Ia melangkah lesu, apalagi tidak menyentuh satu pun daun dari pepohonan yang mereka lewati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"JJ, kenapa Anda tidak makan? Apa Anda tidak lapar?" tanya Mopi heran.
"Entahlah, Mopi. Aku bosan! Bunda selalu menyuruhku makan tanaman yang itu-itu saja. Memangnya Anda tidak bosan? Coba saya bisa seperti singa yang kuat lantaran menyantap daging."
Mopi berpikir sejenak, lampau berbicara dengan bijak, "JJ, sepertinya Anda kurang bersyukur. Tuhan menciptakan kita dengan tujuan, begitu juga dengan makanan yang kita konsumsi."
"Maksudmu bagaimana, Mopi?" tanya JJ penasaran.
"Kamu mau kuat seperti singa lantaran dia makan daging, kan? Tapi apakah Anda lupa jika gajah jauh lebih kuat daripada singa? Dengan belalainya, dia bisa mengangkat pohon besar, padahal makanannya sama sepertimu-tumbuhan!".
JJ terdiam sejenak, lampau berkata, "Iya juga, sih. Tapi singa tetap lebih hebat! Dia bisa melawan banyak hewan dan menjadi raja hutan."
Mopi tersenyum dan menjelaskan, "Benar! Tapi justru lantaran itu Tuhan memberi singa ceker dan gigi tajam agar bisa berburu dan memperkuat hidup. Namun, hidup mereka tidak mudah, JJ. Mereka kudu mengintai mangsa, mengejarnya, lampau berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Sedangkan kita? Kita cukup makan tumbuhan dan buah yang sudah tersedia. Semua nutrisi yang kita butuhkan ada di sana, dan kita bisa tumbuh besar tanpa kudu mencelakai hewan lain."
JJ mulai mengangguk-angguk, memahami apa yang dikatakan Mopi. Ia akhirnya mengerti bahwa makanan yang diberikan ibundanya adalah yang terbaik untuknya.
"Wah, Mopi, saya jadi malu pada Bunda. Aku sering membantah saat disuruh makan daun."
Mopi tertawa kecil. "Tidak apa-apa, JJ. Yang krusial sekarang Anda paham. Mulai sekarang, jangan membantah Ibu lagi, ya? Dan jangan lupa untuk lebih banyak bersyukur!"
"Kamu benar, Mopi! Kalau begitu, mari kita makan!".
Akhirnya, JJ dan Mopi kembali menikmati perjalanan mereka, sembari menyantap dedaunan dan buah-buahan yang mereka temui di sepanjang hutan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)