Jakarta -
Setiap Bunda yang menyusui mempunyai kebiasaan berbeda satu sama lain ya, Bunda. Termasuk soal lama waktu menyusui. Lantas, benarkah lama menyusui memengaruhi perkembangan sistem pernapasan bayi?
Menyusui dan sistem pernapasan bayi banyak dikaitkan satu sama lain ya, Bunda. Katanya, menyusui berangkaian dengan akibat mengi yang lebih rendah pada anak usia dini, tetapi efeknya di kemudian hari tetap belum jelas.
Dalam sebuah studi longitudinal observasional yang melibatkan 110 anak prapubertas, info tentang lama menyusui, mengi, dan asma dikumpulkan melalui kuisioner.
Pada usia 11 tahun, diukurlah parameter spirometri, volume paru-paru, kapabilitas paru-paru yang terdifusi, dan oksida nitrat fraksional yang dihembuskan.
Dalam studi tersebut digunakan model regresi ogistik dan linier untuk memeriksa hubungan antara lama menyusui dengan kemungkinan asma dan pengukuran kegunaan paru-paru. Semua kajian multivariabel disesuaikan dengan jenis kelamin, merokok selama kehamilan, usia kehamilan saat lahir, anak kembar, dan langkah persalinan.
Hasilnya, lama menyusui dikaitkan dengan skor z FEV1 [β = 0,04, CI 95% (0,02–0,09)], skor z FEF75 [β = 0,06, CI 95% (0,03–0,09)], dan skor z FEV1/FVC [β = 0,03, CI 95% (0,00–0,07)], tetapi tidak dengan kapabilitas paru-paru yang menyebar dan oksida nitrat fraksional yang dihembuskan. Tidak ada hubungan antara lama menyusui dengan mengi pada anak usia prasekolah, pernah mengalami asma, dan asma saat ini yang terdokumentasi seperti dikutip dari laman Ncbi.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang disusui dalam jangka waktu yang lebih lama menunjukkan nilai z-skor FEV1, FEV1/FVC, dan FEF75 yang lebih tinggi pada usia 11 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang disusui dalam jangka waktu yang lebih pendek, yang menunjukkan pengaruh perlindungan dari menyusui pada saluran napas, dan bukan pada parenkim paru-paru (volume paru-paru dan membran kapiler alveolar) alias peradangan saluran napas akibat alergi. Efek positif dari lama menyusui pada kegunaan paru-paru menjadi dasar untuk semakin mempromosikan menyusui sebagai tindakan pencegahan yang efektif.
Ketahui faedah menyusui
Dalam literatur, faedah menyusui pada perkembangan psikofisik, nutrisi, dan sistem kekebalan anak telah banyak dibuktikan. Oleh lantaran itu, Organisasi Kesehatan Dunia dan the American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan pemberian ASI parsial selama tahun pertama dan seterusnya.
Saat ini, akibat menyusui pada kesehatan pernapasan tetap kurang jelas. Dugaan hubungan antara menyusui dan kegunaan paru-paru dapat dijelaskan oleh pengaruh epigenetik dan modulasi mikrobiota usus, pertumbuhan paru-paru, dan sistem imun.
Secara umum diketahui bahwa bayi yang disusui mempunyai jangkitan pernapasan yang lebih jarang dan kurang parah daripada bayi yang tidak disusui. Memang, ASI memberikan faedah imunologis melalui perlindungan langsung terhadap komponen-komponen tertentu (laktoferin, lisozim, defensina, dan sitokin lainnya), dan melalui stimulasi sistem imun lantaran kandungan aspek pertumbuhan dan nukleotidanya yang tinggi.
Baru-baru ini, diduga bahwa menyusui juga dapat mempunyai pengaruh langsung pada pertumbuhan paru-paru. Diketahui bahwa pengaruh menyusui pada sistem pernapasan mungkin merupakan hasil hubungan kompleks antara aspek imunoaktif pelindung dan pengaruh mekanis. Yang terakhir terdiri dari isapan yang lebih lama di tetek dibandingkan dengan botol, yang dapat menentukan peningkatan kapabilitas paru-paru pada anak-anak yang disusui dibandingkan dengan anak-anak yang diberi susu botol.
Tingkat menyusui yang lebih rendah didokumentasikan pada bayi prematur dibandingkan dengan anak-anak yang lahir cukup bulan, dan usia gestasi saat lahir dianggap sebagai prediktor kuat untuk inisiasi menyusui.
Di Italia, the Italian Health Institute melibatkan 3.235 bayi prematur dari 56 Unit Perawatan Intensif Neonatal, mengonfirmasi bahwa pemberian ASI eksklusif berjuntai pada usia gestasi.
Selain itu, dalam penelitian sebelumnya, kami menunjukkan tingkat skor-z kapabilitas difusi paru yang lebih rendah pada anak-anak yang sebelumnya prematur dibandingkan dengan anak-anak yang lahir cukup bulan di kemudian hari di masa kanak-kanak. Oleh lantaran itu, hubungan antara pemberian ASI dan hasil pernapasan lebih susah diselidiki pada bayi prematur daripada kontrol yang sehat.
Sampai saat ini, penelitian yang menunjukkan pengaruh pemberian ASI pada kegunaan paru-paru telah melaporkan hasil yang kontras. Sebagian besar dari penelitian tersebut menemukan Forced Vital Capacity (FVC) alias volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang lebih tinggi pada anak-anak usia sekolah yang sebelumnya disusui.
Di sisi lain, dilaporkan juga adanya penurunan rasio FEV1/FVC pada 1.246 bayi yang disusui, khususnya pada anak-anak yang lahir dari ibu penderita asma, yang menunjukkan pengaruh negatif dari pemberian ASI pada subkelompok ini.
Namun, belum ada penelitian yang meneliti hubungan lama pemberian ASI dengan Diffusing capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO) di kemudian hari pada masa kanak-kanak. Selain itu, beberapa penelitian dibatasi oleh beberapa masalah metodologis, seperti beragam aspek pengganggu alias pengubah yang dipertimbangkan dan heterogenitas populasi penelitian.
Pemberian ASI dan parameter kegunaan paru-paru
Dalam studi tersebut juga ditemukan bahwa pemberian ASI dikaitkan dengan parameter kegunaan paru-paru di kemudian hari pada masa kanak-kanak, tergantung dosis. Hal terpenting bahwa anak-anak yang disusui dalam waktu yang lebih lama menunjukkan nilai z-skor FEV1, FEV1/FVC, dan FEF75 yang lebih tinggi pada usia 11 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang disusui dalam waktu yang lebih singkat.
Selain itu, peneliti juga mengawasi pengaruh perlindungan dari pemberian ASI pada saluran napas, dan bukan pada parenkim paru-paru (volume paru-paru dan membran kapiler alveolar) alias peradangan saluran napas akibat alergi.
Efek positif dari lama pemberian ASI pada kegunaan paru-paru menjadi dasar untuk semakin mempromosikan pemberian ASI sebagai tindakan pencegahan yang efektif.
Temuan tersebut menegaskan bahwa pemberian ASI merupakan paparan di awal kehidupan yang dapat memengaruhi program perkembangan hasil pernapasan. Oleh lantaran itu, pemberian ASI kudu didorong pada semua bayi untuk mencegah akibat penurunan kegunaan paru-paru di kemudian hari.
Namun, beberapa masalah metodologis dan variabilitas biologis dalam ASI membatasi generalisasi hasil studi yang ada. Karenanya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki lebih baik mengenai pengaruh perlindungan dari menyusui terhadap kegunaan paru-paru dan parenkim, serta peradangan saluran napas akibat alergi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)