Flexing Artinya – Pernah nggak sih Anda memandang seseorang yang sering pamer peralatan mewah, style hidup glamor, alias pencapaian pribadi di media sosial? Atau mungkin Anda sendiri pernah merasa mau menunjukkan keberhasilan alias barang-barang yang Anda miliki? Fenomena ini dikenal dengan istilah flexing.
Di era digital seperti sekarang, flexing sudah menjadi perihal yang cukup lumrah dan sering kita temui di beragam platform media sosial. Meskipun terlihat seperti perihal yang biasa, flexing sebenarnya mempunyai makna dan argumen tertentu di baliknya. Tapi, apa sih sebenarnya makna dari flexing, gimana langkah orang menunjukkannya, dan kenapa mereka merasa perlu melakukannya? Yuk, kita telaah lebih dalam di tulisan ini agar Anda bisa lebih mengerti tentang kejadian yang satu ini, serta akibat dan pengaruhnya dalam kehidupan kita sehari-hari!
Arti Flexing
Flexing artinya ialah, sebuah istilah untuk suatu perilaku yang menunjukkan alias memamerkan sesuatu dengan tujuan untuk menarik perhatian orang lain alias menunjukkan status sosial. Dalam konteks yang lebih luas, flexing sering kali berangkaian dengan pamer kekayaan, pencapaian, alias barang-barang mewah. Misalnya, seseorang yang memposting foto mobil baru yang mahal, arloji mewah, alias apalagi perjalanan ke tempat-tempat eksklusif di media sosial, biasanya ini dianggap sebagai corak flexing.

Pada dasarnya, flexing bisa dilihat sebagai langkah seseorang untuk memberi tahu bumi bahwa mereka mempunyai sesuatu yang spesial alias lebih baik daripada orang lain. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun flexing sering dikaitkan dengan pamer materi, bisa juga dalam corak pamer pencapaian, kemampuan, alias apalagi penampilan. Fenomena ini biasanya lebih sering terjadi di media sosial, di mana orang berlomba-lomba menunjukkan sisi terbaik alias paling mengesankan dari diri mereka.
Namun, tak jarang pula flexing mendapat kritik, lantaran dianggap sebagai corak kesombongan alias upaya untuk mengekspos diri secara berlebihan. Yang jelas, flexing merupakan sebuah kejadian sosial yang cukup banyak diperbincangkan di era modern ini.
Bisakah kita hidup terbebas dari uang? Bisakah kita melalui hari-hari dengan senang tanpa menggunakan uang? Ya, kita memang tidak bisa hidup tanpa uang. Happiness Without Money pun bukan berfaedah tidak punya duit alias miskin dalam makna harfiah. Ini tentang gimana mengurangi kemauan berlebihan kita, membeli peralatan berbobot bagus sesuai keperluan, dan menginvestasikan duit untuk keberlangsungan kehidupan. Koike Ryunosuke membagikan gimana dia menggunakan duit dalam hidupnya dan membujuk kita gimana menggunakan duit dengan irit (bukan pelit) agar mendatangkan kebahagiaan. Buku ini bakal memberikan tips dan trik seputar mengatur keuangan. Ada banyak untung yang bakal didapatkan jika kita menggunakan duit dengan irit sesuai dengan kebutuhan, salah satunya ialah kita dapat mempunyai tabungan yang bakal digunakan untuk kepentingan darurat alias lainnya. Buku ini juga bakal membujuk kita mengetahui pentingnya hidup irit dan tidak boros, lantaran hidup royal bakal merugikan kita dan membikin duit kita habis. Mulai sekarang, belilah barang-barang yang sesuai dengan kebutuhanmu sembari menyisihkan duit untuk masa depan yang lebih baik!
Tanda-tanda Kamu Suka Flexing
Ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seseorang condong suka flexing, alias memamerkan kekayaan, pencapaian, alias hal-hal yang mereka anggap bisa meningkatkan status sosialnya. Jika Anda merasa sering melakukan beberapa perihal ini, mungkin saja Anda sedang berada dalam fase flexing, apalagi tanpa sadar. Berikut adalah beberapa tanda yang bisa Anda perhatikan:
Sering Memamerkan Barang Mewah alias Mahal Secara Sengaja
Salah satu tanda yang paling umum adalah kecenderungan untuk memamerkan barang-barang mewah alias mahal, seperti tas desainer, gadget terbaru, alias mobil mewah. Kamu merasa perlu untuk menunjukkan bahwa Anda mempunyai barang-barang ini untuk mendapatkan pengakuan alias perhatian orang lain.
Sering Mengunggah Foto alias Cerita tentang Pencapaian Pribadi
Jika Anda sering mengunggah foto alias cerita tentang pencapaian pribadi, seperti kesuksesan di karier, pendidikan, alias kehidupan sosial, bisa jadi itu merupakan corak flexing. Ini adalah langkah untuk memberi tahu orang lain sungguh suksesnya Anda dan bahwa Anda lebih baik dibandingkan yang lain.
Menggunakan Media Sosial untuk Memperlihatkan Kehidupan Mewah
Jika Anda sering memperlihatkan kegiatan yang dianggap mewah alias istimewa, seperti makan di restoran mahal, berpiknik ke destinasi eksklusif, alias menghadiri acara-acara bergengsi, bisa jadi itu adalah corak flexing. Tujuannya untuk menunjukkan style hidup yang luar biasa alias lebih unggul dibandingkan orang lain.
Mengungkapkan Kelebihan dengan Cara yang Memaksa
Tanda lainnya adalah kecenderungan untuk selalu mengungkapkan kelebihanmu, baik itu dalam perihal keahlian, kemampuan, alias pengetahuan. Kamu merasa bangga dan mau dilihat lebih pintar, lebih berbakat, alias lebih sukses daripada orang lain di sekitarmu apalagi dengan langkah memaksa dan merendahkan orang lain.
Membandingkan Diri dengan Orang Lain Secara Terbuka
Jika Anda sering membandingkan diri dengan orang lain, baik itu dalam perihal penampilan, pencapaian, alias kekayaan, itu adalah indikasi bahwa Anda mungkin suka flexing. Hal ini seringkali dilakukan secara lembut melalui percakapan alias postingan di media sosial untuk menegaskan posisi alias status Anda yang lebih tinggi.
Merasa Perlu Mendapatkan Pengakuan Orang Lain
Jika Anda merasa kudu mendapatkan pengakuan dari orang lain untuk hal-hal yang Anda miliki alias capai, dan itu membuatmu merasa lebih baik tentang diri sendiri, maka itu bisa menjadi tanda Anda suka flexing. Kamu mungkin tidak hanya mencari perhatian, tetapi juga pengesahan sosial yang datang dari hal-hal yang Anda tunjukkan.
Jika Anda menemukan diri Anda dalam beberapa tanda ini, mungkin sudah saatnya untuk berakhir sejenak dan merenungkan apakah perilaku ini membantu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain alias justru membuatmu lebih terfokus pada gambaran diri.
Mulanya kita bakal diajak untuk memahami keberadaan diri kita sendiri sebagai manusia yang ada di dunia. Perubahan demi perubahan kebudayaan manusia di tiap masanya, hingga kondisinya menjadi seperti sekarang ini. Apa pun dapat diukur dengan duit dan orang-orang berkompetisi untuk mempunyai kekayaan yang lebih banyak. Terlepas dari masalah tersebut kita bakal mencari tahu mengenai awal mula gairah manusia untuk memiliki. Kenapa manusia suka mempunyai benda-benda dan berlomba-lomba mendapatkannya? Kita bakal membicarakan hubungan laki-laki dan wanita, konsep uang, dan konsep modal yang tak bisa lepas dari kehidupan. Semuanya bakal bermuara pada besarnya gairah kita untuk mempunyai banyak harta. Nah, pada akhirnya kelak kita bakal mengetahui bahwa sebenar-benar dan sebahagia-bahagianya hidup adalah hidup dengan style pas-pasan.
Karakteristik Sifat Flexing
Sifat flexing sering kali terlihat dalam perilaku seseorang yang merasa perlu menunjukkan status sosial, kekayaan, alias pencapaian pribadinya kepada orang lain. Karakteristik dari orang yang suka flexing ini bisa beragam, namun umumnya mempunyai beberapa karakter unik yang bisa dikenali. Berikut adalah beberapa karakter yang umum dimiliki oleh orang dengan sifat flexing:
Selalu Ingin Menonjol
Orang yang suka flexing condong mempunyai kemauan kuat untuk selalu menonjolkan diri. Mereka mau dilihat dan dikenali lebih dari orang lain, baik itu melalui penampilan fisik, barang-barang mewah, alias pencapaian dalam hidup. Hal ini sering terlihat dalam hubungan sosial, di mana mereka berupaya agar perhatian tertuju pada diri mereka.
Bergantung pada Pengakuan Orang Lain
Karakteristik utama dari flexing adalah ketergantungan pada pengakuan eksternal. Seseorang dengan sifat ini merasa dihargai alias diakui jika orang lain mengomentari alias memuji pencapaian, kekayaan, alias style hidup mereka. Tanpa pengakuan tersebut, mereka bisa merasa tidak puas dengan hidup mereka.
Mengutamakan Penampilan di Depan Orang Lain
Salah satu karakter lainnya adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan penampilan di depan orang lain. Mulai dari langkah berpakaian, style hidup, hingga barang-barang yang mereka miliki, semuanya bakal diperhatikan untuk menunjukkan kesan mewah dan sukses. Penampilan ini menjadi gambaran dari gimana mereka mau dilihat oleh orang lain.
Fokus pada Materi dan Kekayaan
Orang yang mempunyai sifat flexing seringkali sangat terfokus pada materi dan kekayaan. Bagi mereka, mempunyai barang-barang mewah, uang, alias kekuasaan adalah langkah untuk menunjukkan bahwa mereka lebih unggul daripada orang lain. Ini bisa terlihat dalam langkah mereka berbincang tentang apa yang mereka miliki alias kegiatan yang mereka lakukan.
Merasa Takut Kehilangan Status Sosial
Karakteristik lain dari orang yang suka flexing adalah ketakutan yang mendalam terhadap penurunan status sosial. Mereka merasa resah jika tidak lagi bisa mempertahankan gambaran mereka yang mewah alias sukses. Ketakutan ini sering kali mendorong mereka untuk terus-menerus menunjukkan hal-hal yang bisa menegaskan posisi mereka di masyarakat.
Memiliki Keinginan untuk Mempengaruhi Persepsi Orang Lain
Orang dengan sifat flexing sering kali berupaya mempengaruhi langkah pandang orang lain tentang diri mereka. Mereka mau orang lain memandang mereka sebagai seseorang yang sukses, kaya, alias lebih berprestasi. Oleh lantaran itu, mereka sering berbagi info alias pengalaman yang mengesankan untuk membangun gambaran tersebut.
Karakteristik-karakteristik di atas menggambarkan bahwa flexing bukan hanya tentang memamerkan peralatan alias pencapaian, tetapi lebih pada gimana seseorang mau dilihat oleh orang lain dan gimana mereka mengukur nilai diri mereka berasas pengakuan eksternal.
Penyebab Orang Suka Flexing
Orang yang suka flexing condong mempunyai motivasi tertentu di kembali perilaku mereka. Penyebab dari perilaku ini bisa sangat bervariasi, namun seringkali mengenai dengan kebutuhan emosional dan sosial yang mendalam. Berikut adalah beberapa penyebab kenapa seseorang mungkin suka flexing:
Kebutuhan untuk Diperhatikan dan Diakui
Salah satu penyebab utama seseorang suka flexing adalah kebutuhan untuk diperhatikan dan diakui oleh orang lain. Dalam banyak kasus, seseorang merasa bahwa dengan menunjukkan kekayaan, status, alias pencapaian mereka, mereka bakal mendapatkan perhatian yang mereka cari. Pengakuan ini bisa memberi mereka rasa nilai diri yang lebih tinggi dan membantu mereka merasa lebih dihargai dalam lingkungan sosial.
Keinginan untuk Meningkatkan Status Sosial
Banyak orang yang suka flexing melakukannya lantaran mereka mau meningkatkan status sosial mereka di mata orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa mempunyai barang-barang mewah, style hidup yang glamor, alias pencapaian yang mengesankan dapat memberi mereka kedudukan yang lebih tinggi dalam golongan sosial. Status sosial ini sering dianggap sebagai simbol keberhasilan dan pengaruh dalam masyarakat.
Ketidakamanan dan Kebutuhan untuk Mencari Validasi
Beberapa orang yang suka flexing mungkin melakukannya sebagai langkah untuk menutupi rasa ketidakamanan mereka. Dengan menunjukkan kekayaan alias kesuksesan, mereka berambisi bisa menutupi kekurangan alias ketakutan mereka bakal penilaian negatif dari orang lain. Mereka merasa bahwa dengan memperoleh pengesahan eksternal, mereka bisa merasa lebih kondusif dan diterima dalam lingkungan sosial.
Budaya Konsumerisme dan Pengaruh Media Sosial
Di era media sosial saat ini, budaya konsumerisme dan pamer menjadi sangat kuat. Banyak orang merasa terdorong untuk memamerkan apa yang mereka miliki lantaran memandang orang lain melakukan perihal yang sama di platform seperti Instagram, TikTok, alias Facebook. Media sosial seringkali menampilkan kehidupan yang tampak sempurna, dan ini dapat memotivasi orang untuk mengikuti tren dan menunjukkan pencapaian mereka agar tidak merasa tertinggal.
Pengaruh Lingkungan dan Teman Sejawat
Lingkungan sosial di sekitar seseorang bisa sangat mempengaruhi perilaku mereka. Jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang sangat kompetitif alias materialistis, mereka mungkin lebih condong untuk terjebak dalam perilaku flexing. Teman-teman alias rekan kerja yang terus-menerus menunjukkan barang-barang mahal alias pencapaian besar dapat menciptakan tekanan untuk ikut serta dalam perilaku serupa untuk merasa diterima.
Perasaan Kekuasaan dan Kontrol
Beberapa orang merasa bahwa dengan memamerkan kekayaan alias status mereka, mereka memperoleh kontrol atas situasi alias hubungan sosial. Flexing menjadi langkah untuk menunjukkan kekuasaan alias dominasi, baik itu dalam konteks pekerjaan, keluarga, alias pertemanan. Ini memberikan rasa kontrol atas gimana orang lain memandang dan memperlakukan mereka.
Pencarian Kebahagiaan dan Pemenuhan Diri
Meskipun tidak selalu disadari, beberapa orang suka flexing lantaran mereka merasa bahwa pencapaian eksternal seperti kekayaan alias peralatan mewah adalah tanda kebahagiaan dan pemenuhan diri. Mereka menganggap bahwa semakin banyak yang bisa mereka pamerkan, semakin senang mereka bakal merasa. Hal ini seringkali menunjukkan bahwa kebahagiaan mereka berjuntai pada hal-hal material dan pengakuan dari orang lain, bukan pada kebahagiaan internal yang lebih mendalam.
Membangun Identitas Diri
Seringkali, perilaku flexing juga mengenai dengan upaya membangun identitas diri. Bagi beberapa orang, peralatan alias pencapaian tertentu bisa menjadi bagian dari siapa mereka alias gimana mereka mau dilihat oleh dunia. Memiliki barang-barang mewah alias status sosial yang tinggi bisa dianggap sebagai langkah untuk membentuk dan menegaskan identitas diri yang diinginkan.
Penyebab dari perilaku flexing ini menunjukkan bahwa kebutuhan emosional dan sosial yang mendalam sering menjadi argumen utama di kembali tindakan tersebut. Perasaan mau diakui, diterima, alias apalagi merasa lebih baik dari orang lain bisa mendorong seseorang untuk terus menerus memamerkan apa yang mereka miliki.
Berhemat itu bukanlah sebuah perkara yang mudah. Meski demikian, berhemat juga bukan perihal yang mustahil. Pengalaman selama beberapa tahun bekerja mengajarkan penulis banyak hal, terutama yang berangkaian dengan perencanaan finansial dan dengan kitab ini penulis membagikannya kepada pembaca.
Cita-cita untuk mencapai kemerdekaan finansial bagi kebanyakan orang adalah ilusi. Serapi dan seteliti apa pun perencanaan pengeluaran finansial yang dibuat dalam praktiknya, banyak orang yang bakal mengalami kejutan demi kejutan yang berkapak pada posisi finansial individual yang sering kali tidak sesuai dengan harapan. Oleh lantaran itu, style hidup hemat, gimana pun, mempunyai peranan yang bukan sekadar style hidup, tetapi juga corak kesadaran penuh atas kondisi gimana seseorang memandang materi, dalam perihal ini: uang.
Ada banyak tulisan serta kitab mengenai style hidup irit yang dapat dibaca untuk mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun kitab ini menawarkan lebih dari itu. Ada landasan filosofis yang dapat diambil sehingga dapat menggugah kesadaran kita semua atas pentingnya untuk menjadi hemat. Pro dan kontra mengenai kitab ini juga ikut dibahas sehingga siapa pun yang mau menerapkan style hidup ini dapat dengan penuh kesadaran ketika menerapkannya.
Cara Mengurangi Sikap Suka Flexing
Sikap flexing, meskipun dapat memberikan emosi sementara tentang kebanggaan dan pengakuan, seringkali tidak sehat jika dilakukan berlebihan. Ini bisa menciptakan kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain secara tidak realistis, dan apalagi bisa merusak hubungan sosial. Jika Anda merasa sikap flexing ini mulai mengganggu kehidupanmu alias mau menguranginya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki pola pikir dan sikap tersebut.
Fokus pada Kesehatan Mental dan Kebahagiaan Internal
Salah satu langkah paling efektif untuk mengurangi sikap flexing adalah dengan konsentrasi pada kebahagiaan yang datang dari dalam. Alih-alih mencari pengesahan eksternal, belajarlah untuk merasa puas dengan diri sendiri tanpa kudu membandingkan diri dengan orang lain. Berlatih untuk menghargai pencapaian pribadi yang lebih dalam, seperti perkembangan diri, hubungan yang sehat, dan pencapaian non-material, dapat membantu mengalihkan perhatian dari kebutuhan untuk selalu memamerkan barang-barang alias kesuksesan.
Bangun Rasa Percaya Diri yang Sehat
Flexing sering kali berasal dari ketidakamanan alias rasa kurang percaya diri. Untuk menguranginya, krusial untuk bekerja pada membangun rasa percaya diri yang sehat. Ini bisa dimulai dengan mengakui kelebihan dan kekurangan diri sendiri tanpa merasa perlu untuk selalu membuktikan sesuatu kepada orang lain. Ingat, rasa percaya diri yang sejati datang dari menerima diri apa adanya, bukan dari apa yang Anda miliki alias tunjukkan kepada orang lain.
Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Salah satu pemicu utama dari flexing adalah komparasi sosial. Jika Anda sering merasa perlu untuk memamerkan kekayaan alias pencapaian untuk merasa setara dengan orang lain, ini mungkin lantaran Anda terus-menerus membandingkan dirimu dengan mereka. Cobalah untuk menghentikan kebiasaan ini dan konsentrasi pada perjalanan pribadimu. Setiap orang mempunyai jalannya masing-masing, dan pencapaian orang lain tidak kudu menjadi tolak ukur keberhasilan alias kebahagiaanmu.
Berlatih Rasa Syukur
Salah satu langkah terbaik untuk mengurangi sikap flexing adalah dengan berlatih rasa syukur. Fokus pada apa yang Anda miliki dan nikmati dalam hidupmu, baik itu hubungan, kesehatan, alias pengalaman yang membentukmu. Dengan menghargai hal-hal yang tidak selalu terlihat di luar, Anda bakal lebih condong merasa senang tanpa merasa perlu untuk memamerkan kekayaan alias status. Rasa syukur ini bisa membantu menyeimbangkan perspektif hidupmu dan mengurangi dorongan untuk terus menunjukkan apa yang Anda punya.
Fokus pada Pengembangan Diri dan Pencapaian Pribadi
Alih-alih memamerkan hal-hal material, berusahalah untuk mengembangkan diri secara pribadi. Pencapaian dalam aspek kehidupan seperti pendidikan, keterampilan, dan pengembangan pekerjaan bisa menjadi corak pencapaian yang lebih berarti dan mendalam. Jika Anda lebih konsentrasi pada diri sendiri dan pencapaian yang tidak berjuntai pada barang-barang mewah, Anda bakal merasa lebih puas dan percaya diri tanpa perlu mencari pengakuan eksternal.
Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Dalam banyak kasus, flexing berfokus pada hasil—barang mewah, pencapaian besar, alias style hidup glamor. Padahal, perihal yang lebih krusial adalah proses yang dilalui untuk mencapai hasil tersebut. Belajar menikmati perjalanan dan pencapaian mini yang Anda raih sepanjang jalan bisa membantu mengurangi dorongan untuk terus memamerkan hasil akhirnya. Dengan menghargai setiap langkah, Anda bakal menemukan kebahagiaan yang lebih otentik.
Kenali Pengaruh Media Sosial
Media sosial sering kali menjadi tempat di mana banyak orang terjebak dalam budaya flexing. Banyak orang merasa terdorong untuk memamerkan kehidupan mereka yang tampak sempurna lantaran memandang orang lain melakukan perihal yang sama. Jika Anda merasa terpengaruh oleh perihal ini, cobalah untuk lebih selektif dalam mengonsumsi media sosial. Kurangi waktu yang dihabiskan di platform yang memicu emosi mau flexing dan konsentrasi pada akun alias konten yang menginspirasi dan memberdayakan dirimu secara positif.
Bersikap Rendah Hati
Salah satu langkah untuk mengurangi flexing adalah dengan bersikap rendah hati. Menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari apa yang bisa dipamerkan, tetapi dari gimana kita berinteraksi dengan orang lain, bisa membantu mengalihkan konsentrasi dari materialisme. Dengan lebih menghargai orang lain dan menunjukkan empati, Anda bakal lebih merasa terhubung dengan lingkungan sekitar tanpa kudu merasa perlu untuk selalu menunjukkan kelebihanmu.
Dengan menerapkan cara-cara ini, Anda bisa mengurangi kebiasaan flexing dan mulai konsentrasi pada pencapaian yang lebih berarti serta hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain. Ingat, kebahagiaan yang sesungguhnya bukan berasal dari barang alias status yang kita tunjukkan, tetapi dari kedamaian dalam diri dan langkah kita berinteraksi dengan dunia.
Kesimpulan
Nah, itu dia pembahasan tentang flexing—mulai dari arti, tanda-tanda, hingga penyebabnya. Sebenarnya, yang perlu diingat adalah bahwa setiap orang berkuasa merasa bangga dengan pencapaian mereka, namun tetap krusial untuk menjaga keseimbangan. Ketika kita terlalu sering memamerkan apa yang kita miliki alias raih, kita bisa saja melupakan makna kebahagiaan sejati yang berasal dari dalam diri kita sendiri.
Jadi, jika Anda merasa sikap flexing mulai berlebihan, cobalah untuk lebih menghargai diri sendiri tanpa kudu selalu mencari pengakuan dari orang lain. Fokuslah pada hal-hal yang lebih berarti dalam hidup dan ingatlah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang apa yang kita tampilkan di depan orang lain, tapi gimana kita merasa puas dan senang dengan diri kita sendiri.
Yuk, langsung saja dapatkan kitab ini dan kitab best seller lainnya di Gramedia.com! Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan info dan produk terbaik untuk kamu.
Penulis: Yasmin
ePerpus adalah jasa perpustakaan digital masa sekarang yang mengusung konsep B2B. Kami datang untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."
- Custom log
- Akses ke ribuan kitab dari penerbit berkualitas
- Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
- Tersedia dalam platform Android dan IOS
- Tersedia fitur admin dashboard untuk memandang laporan analisis
- Laporan statistik lengkap
- Aplikasi aman, praktis, dan efisien