Hakikat Takut Kepada Allah

Dec 22, 2024 04:29 PM - 4 minggu yang lalu 35536

KincaiMedia, KAIRO -- Dikisahkan, ada seorang laki-laki yang hatinya tertambat pada seorang perempuan. Suatu ketika wanita itu keluar untuk suatu keperluan. Laki-laki itu ikut pergi bersamanya. Ketika mereka berduaan di padang Sahara, sementara orang lain sudah tertidur, laki-laki itu mengungkapkan isi hatinya. Perempuan itu berkata, "Lihatlah, semua orang sudah tertidur".

Laki-laki itu senang mendengar kata-kata itu. Dia mengira bahwa wanita itu telah memberikan jawaban kepadanya. Lalu, dia berdiri dan mengelilingi kafilah. Dia mendapati orang-orang sudah tertidur. Lalu, dia kembali kepada wanita itu dan berkata, "Benar, mereka telah tidur'.

Namun, wanita itu bertanya, "Apa pendapatmu tentang Allah, apakah Dia tidur pada saat ini?" Ia menjawab, "Allah SWT tidak tidur. Dia tidak pernah terserang kantuk dan tidur". Perempuan itu berkata, "Dzat yang tidak tidur dan tidak bakal tidur. Dia selalu memandang kita walaupun orang lain tidak memandang kita. Karena itu, Allah lebih layak untuk ditakuti".

Akhirnya, laki-laki itu pun meninggalkan wanita tadi karena takut kepada Allah. Dia bertobat dan kembali ke kampung halamannya. Ketika dia meninggal, orang-orang bermimpi melihatnya. Ditanyakan kepadanya, "Apa tindakan Allah kepadamu?" Dia menjawab, "Dia mengampuniku lantaran ketakutanku itu. Dengan demikian, terhapuslah dosa tersebut".

Hakikat takut kepada Allah

Karena khauf alias rasa takut kepada Allah, laki-laki itu mengurungkan niatnya untuk bermaksiat. Itulah tanda keimanan. Sama seperti Nabi Yusuf yang menolak rayuan Siti Zulaikha; istri majikannya untuk berzina, padahal dia pun menyukainya.

Para ustadz sepakat bahwa tingkat keagamaan manusia tertinggi adalah seberapa jauh rasa khauf dan keikhlasan dalam ibadah. Imam Ibnu Taimiyah mengungkapkan, "Apa saja yang menghalangimu dari melakukan dosa, maka itulah khauf yang kita cari. Islam tidak pernah menuntut lebih dari itu. Begitulah para sahabat, mereka menjadi manusia spesial dengan ketakutan mereka kepada Allah yang Mahahidup dan Mahakuasa".

Ulama lain mendefinisikan khauf dengan: "Ketika engkau duduk sendirian, maka engkau membayangkan seakan Allah SWT menampakkan Dzat-Nya kepada manusia dari atas 'Arasy-Nya."

Khauf tumbuh seiring dengan tumbuhnya cinta seseorang kepada Allah SWT. Ketika seseorang mencintai Allah, dia bakal takut melakukan perbuatan yang dimurkai-Nya. Ia pun takut dijauhi-Nya sebagaimana seorang kekasih yang takut ditinggal orang yang disayanginya.

Khauf bakal memunculkan sikap berpikir ke depan, bukan hanya bumi tetapi juga akhirat. Ia bakal berhati-hati dalam bertindak lantaran setiap tindakannya mengandung konsekuensi, disukai alias dimurkai Allah. Khauf juga bakal motivasi untuk terus beramal dan terus meningkatkan amalnya. Dengannya dia bakal terus mendekati Allah.

Allah SWT menjanjikan surga kepada orang yang takut kepada-Nya. Difirmankan, "Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan (diri) dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka sungguh, syurgalah tempat tinggalnya." (QS An-Nazi'at [79]: 40-41).

Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliaulah manusia yang paling takut kepada Allah. Sabdanya, "Sesungguhnya orang yang paling tahu dan takut kepada Allah di antara kalian adalah aku." (HR Bukhari, Ahmad, Abu Daud dan Imam Malik). Dalam beberapa kesempatan Rasulullah SAW menampakkan rasa takut yang luar biasa kepada Allah. Ibnu Mas'ud menceritakan, "Rasulullah berbicara kepadaku, 'Bacakanlah Alquran untukku'. Aku menjawab, 'Ya Rasul gimana saya bakal membacakannya untukmu, sedangkan engkaulah yang diberi Alquran?' Beliau bersabda, 'Bacalah, lantaran sesungguhnya saya senang mendengarkannya dari orang lain'. Kemudian saya membaca ayat yang ada dalam surat An-Nisaa sampai pada ayat, Maka bagaimanakah andaikan Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan Anda sebagai saksi atas mereka itu (QS An-Nisaa [4]: 41). Beliau berkata, 'Cukup!' Aku memandang kedua matanya berlinang air mata" (HR Muttafaq 'alaih)

Tanda-tanda khauf

Menurut Dr 'Aidh Abdullah Al-Qarny ada empat tanda khauf. Pertama, adanya kesesuaian antara lahir dan batin. Artinya, perbuatan dan hati seseorang tidak saling bertentangan. Amal lahirnya tidak lebih baik daripada batinnya. Kedua, jujur kepada Allah SWT dalam ucapan, perbuatan dan sikapnya. Allah Maha Mengetahui atas segala yang diperbuat oleh manusia, terlihat maupun tidak, sehingga tidak ada kesempatan untuk berdusta.

Kejujuran ini tidak sebatas pada hati saja. Para ustadz berkata, "Ada tiga tingkatan kejujuran, ialah kejujuran dalam bersikap, kejujuran dalam perbuatan dan kejujuran dalam ucapan". Ketiga, menyesali kejelekan dan berbahagia atas kebaikan baik yang telah diperbuat. Tanda ini terungkap dalam QS Ali Imran [3] ayat 135-136, Dan orang-orang yang andaikan mengerjakan perbuatan biadab alias menganiaya diri sendiri, mereka ingat bakal Allah, lampau memohon maaf terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Keempat, hari ini lebih baik dari kemarin. Khauf bakal memacu seseorang untuk senantiasa berburu amal. Yang ada dipikirannya adalah gimana dia terus menambah dan memperbaiki amalnya. Ia berupaya agar kebaikan hari ini lebih baik dan lebih banyak daripada sebelumnya.

Khauf berada dalam hati. Untuk menumbuhkannya perlu proses. Hati perlu dilatih agar bisa merasakan kekuasaan Allah SWT. Ada beberapa corak latihan untuk mendapatkannya. Pertama, membaca dan menghayati ayat-ayat Alquran yang berkenaan dengan hari hariakhir dan adzab Allah SWT. Kedua, mengingat kematian dengan berkunjung kubur. Rasulullah SAW bersabda, "Berziarahlah kalian ke kubur lantaran sesungguhnya kubur bakal mengingatkan kalian bakal kematian" (HR Muslim).

Ketiga, selalu merasa diawasi Allah SWT. Ibnu Taimiyah berkata, "Hati adalah rumah Allah SWT, dan hati tidak bakal mungkin baik, alias jujur alias tetap hidup berbareng Allah SWT, selain jika dia merasa bahwa Allah SWT. senantiasa mengawasinya". Keempat, berasosiasi berbareng orang-orang yang selalu mengingat Allah, Bersabarlah dirimu berbareng orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan petang hari (QS Al-Kahfi [18]: 28).

Hikmah khauf

Kisah di atas, secara sederhana memperlihatkan hikmah takut kepada Allah SWT. Orang yang mempunyai rasa khauf, bakal senantiasa berhati-hati dalam bertindak. Seorang pengadil misalnya, sebelum memutuskan sebuah perkara dia bakal beristikharah terlebih dahulu, cemas putusannya itu tidak adil. Demikian pula seorang pemimpin, beragam kebijakan yang bakal dijalankannya dipikir terlebih dahulu, Allah ridha alias tidak?

Khauf juga bakal menumbuhkan sikap istikamah dalam beramal. Bukan saja mempertahankan kebaikan ibadahnya, dia juga bakal berupaya dengan optimal meningkatkan mutu ibadahnya itu. Kalau khauf sudah tertanam di jiwa, maka bakal terbentuk generasi yang jujur, giat, dan teguh dalam beramal. Wallahu a'lam.

sumber : Dok Republika

Selengkapnya