Jakarta -
Tidak semua menantu wanita mempunyai hubungan yang baik dengan ibu mertua. Hal ini disebabkan lantaran beragam argumen tertentu. Bahkan, tak jarang juga seorang istri mungkin berprasangka dengan ibu mertua.
Berbakti kepada orang tua merupakan tanggungjawab seorang anak, termasuk anak laki-laki yang sudah menikah. Namun, terkadang sikap dan perlakuan sang suami terhadap ibu kandungnya membikin istri salah paham.
Bahkan, sering kali perihal tersebut dapat memicu bentrok dalam rumah tangga. Lantas, gimana norma istri berprasangka dengan ibu mertua?
Hukum istri cemburu dengan ibu mertua
Dilansir dari laman detikcom, Utaz Das’ad Latif mengungkap bahwa perihal itu termasuk corak hormat seorang anak laki-laki kepada ibundanya dengan ganjaran surga.
Ia pun menambahkan bahwa porsi berprasangka dari sang istri dalam konteks persoalan tersebut dinilai kurang tepat. Hal ini lantaran Allah SWT telah memberikan porsi berkhidmat masing-masing bagi istri maupun suami.
“Allah Maha Adil. Ibu, mau masuk surga? Bakti sama suami. Suami mau masuk surga? Bakti sama ibu. Itu putar saja. Jangan lagi ada yang cemburu,” ujarnya.
Daripada menanggapinya dengan cemburu, Bunda disarankan untuk mensyukuri sikap dan perilaku suami yang berkhidmat kepada orang tuanya. Sebab, perihal itu bisa menjadi teladan yang baik bagi anak laki-lakinya di masa depan kelak.
“Bersyukur suamimu begitu. Muda-mudahan kelak anakmu pun sudah menikah dengan wanita lain, dia tetap memperlakukan kau seperti ibunya sekarang,” tuturnya.
Hubungan menantu dan mertua
Memiliki hubungan yang baik dengan mertua sangat dianjurkan. Bahkan, dijelaskan juga bahwa hubungan mertua dan menantu wanita adalah perihal krusial lantaran termasuk berkhidmat kepada suami.
Hal ini juga tercantum dalam surat Luqman ayat 14 yang bersuara sebagai berikut:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar melakukan baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (Q.S Luqman:14)
Selain itu, tanggungjawab istri untuk menaati suami juga didukung dengan sabda yang ada di bawah ini:
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
"Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membikin suami benci". (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sabda ini hasan sahih)
Nah, itulah penjelasan tentang norma istri berprasangka dengan ibu mertua. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)