Indonesia Jadi Sasaran Utama Serangan Siber Di 2024

Mar 14, 2025 01:21 PM - 1 hari yang lalu 1963

Indonesia menjadi salah satu negara yang paling sering menjadi sasaran serangan siber canggih pada tahun 2024. Menurut laporan High-Tech Crime Trends Report 2025 yang dirilis oleh Group-IB, perusahaan keamanan siber terkemuka, terjadi peningkatan signifikan dalam serangan Advanced Persistent Threat (APT) di area Asia-Pasifik. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa serangan APT meningkat sebesar 58% antara tahun 2023 dan 2024, dengan lebih dari 20% menargetkan daerah Asia-Pasifik.

Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara dengan serangan APT tertinggi di Asia Pasifik dan pertama di Asia Tenggara. Negara ini menyumbang 7% dari total kejadian serangan siber di area ini, hanya kalah dari India yang mencapai 10%. Sementara itu, Malaysia menyumbang 5% dari total serangan.

Mekanisme Serangan APT

Serangan APT, yang sering disebut sebagai “bug” dalam jaringan, merupakan corak serangan siber yang sangat canggih dan terorganisir. Pelaku kejahatan siber biasanya mendapatkan akses ke jaringan korban melalui Initial Access Broker. Mereka memperoleh dan menjual akses tidak sah ke jaringan korban melalui pasar web gelap.

Pada tahun 2024, tercatat 3.055 daftar akses korporat yang dijual oleh Initial Access Broker di pasar web gelap. Angka ini meningkat 15% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 427 kasus terjadi di area Asia Pasifik, dengan Indonesia, Thailand, dan Singapura masing-masing menyumbang 6% dari kejadian ini.

Ransomware: Ancaman yang Semakin Mengkhawatirkan

Selain serangan APT, ransomware juga menjadi ancaman serius bagi keamanan siber di Indonesia. Serangan ransomware meningkat 10% secara dunia pada tahun 2024, didorong oleh model Ransomware-as-a-Service (RaaS). Model ini memungkinkan pelaku kejahatan siber untuk menyewa jasa ransomware tanpa perlu mempunyai skill teknis yang tinggi.

Di area Asia Pasifik, tercatat 467 serangan ransomware pada tahun 2024. Industri yang paling sering menjadi sasaran antara lain real estate, manufaktur, dan jasa keuangan. Selain itu, upaya perekrutan hubungan ransomware di pasar bawah tanah meningkat sebesar 44%, menunjukkan semakin industrialisasinya pemerasan siber.

BACA JUGA:

  • Ini Dia Serangan Siber Terparah Sepanjang Sejarah Indonesia

Dampak Serangan Ransomware

Serangan ransomware tidak hanya menakut-nakuti keamanan finansial, tetapi juga sering kali mengakibatkan pembobolan informasi yang signifikan. Pada tahun 2024, 5.066 kejadian ransomware menyebabkan kebocoran informasi di Dedicated Leak Sites (DLS), yang mengekspos informasi upaya dan lembaga yang sensitif.

Dmitry Volkov, CEO Group-IB, menegaskan bahwa kejahatan siber bukanlah serangkaian kejadian acak, melainkan reaksi berantai di mana setiap serangan memperkuat serangan berikutnya. “Organisasi kudu mengangkat strategi keamanan proaktif, memperkuat ketahanan siber, dan menyadari bahwa setiap ancaman siber menjadi bagian dari pertempuran yang lebih besar dan saling terkait,” ujarnya.

Pentingnya Kerja Sama Global

Untuk mengurangi ancaman siber, Volkov menekankan pentingnya kerja sama dunia dalam membangun kerangka kerja yang efektif untuk memerangi kejahatan siber. “Kita kudu memutus siklus serangan siber dengan meningkatkan kerja sama dan membangun kerangka kerja global,” tuturnya.

Laporan ini juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran dan kesiapan organisasi dalam menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Dengan meningkatnya industrialisasi kejahatan siber, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi menjadi kunci untuk melindungi informasi dan prasarana digital.

Kesimpulan

Indonesia terus menjadi sasaran utama serangan siber canggih, terutama serangan APT dan ransomware. Lonjakan serangan ini menunjukkan perlunya langkah-langkah keamanan yang lebih proaktif dan kerja sama dunia untuk memerangi kejahatan siber. Organisasi di Indonesia kudu meningkatkan ketahanan siber mereka dan mengangkat strategi keamanan yang komprehensif untuk melindungi informasi dan prasarana mereka dari ancaman yang terus berkembang.

Selengkapnya