Jangan Jadi Orang Tua Durhaka

Mar 18, 2025 05:50 AM - 1 bulan yang lalu 49021

KincaiMedia, JAKARTA -- Islam mengajarkan bahwa anak wajib berkhidmat kepada kedua orang tua. Kepatuhan anak itu terutama ditekankan pada ibunya. Sebab, ibu telah mengandung dan menyapihnya dengan perjuangan yang banget besar.

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar melakukan baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku (Allah) kembalimu" (QS Luqman: 14).

Bagaimanapun, hormat anak itu kudu memandang pula pada situasi. Bila bapak alias ibunya justru menjerumuskannya pada maksiat, maka gugurlah kepatuhan si anak kepadanya.

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسَانَ بِوَالِدَيۡهِ حُسۡنًا‌ ؕ وَاِنۡ جَاهَدٰكَ لِتُشۡرِكَ بِىۡ مَا لَـيۡسَ لَـكَ بِهٖ عِلۡمٌ فَلَا تُطِعۡهُمَا ؕ

"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya" (QS al-Ankabut: 8).

Alkisah, pada masa khalifah Umar bin Khattab, ada seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di depan sahabat Nabi Muhammad SAW berjulukan al-Faruq itu, si bapak mengadukan perihal kelakuan anaknya.

Menurut dia, putranya itu sangat susah alim dan berkhidmat kepadany. "Mohon nasehati dia, wahai Amirul mukminin! Anak ini sudah sangat durhaka kepadaku!" kata orang tua itu.

Umar pun menasehati anak laki-laki itu. "Wahai anak muda, takutlah engkau kepada Tuhanmu. Ingat, ridha Allah tergantung pada ridha orang tua," kata al-Faruq.

Tiba-tiba, si anak bertanya kembali ke Umar. "Ya Amirul mukminin!" katanya, "bukankah Islam tidak hanya mengajarkan bahwa anak berkhidmat kepada orang tua, tetapi juga orang tua bertanggung jawab atas anaknya?"

"Benar," jawab Umar.

"Jika demikian,'" sahut si anak, "bagaimana mungkin saya berkhidmat kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tidak sayang kepada ibuku, yang diperlakukannya seolah-olah hamba sahaya. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik. Aku dinamainya 'Juala' (barang jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji Alquran, satu ayat pun!"

Selengkapnya