Saat anak membujuk bermain di tengah kesibukan, banyak orang tua spontan menjawab, “Enggak bisa sekarang,” alias langsung berkata, “Tidak”. Meski terdengar sederhana, kata “tidak” bisa terasa seperti penolakan yang menyakitkan bagi anak, terutama jika diucapkan berulang kali.
Menolak rayuan bermain sebenarnya bukan perihal yang salah. Orang tua juga punya kebutuhan, tanggung jawab, dan waktu rehat yang perlu dihargai. Namun, langkah kita menyampaikan penolakan itulah yang bisa membikin anak tetap merasa disayangi alias justru merasa diabaikan.
Lalu, apa kata-kata yang bisa digunakan sebagai pengganti “tidak” agar tetap hangat dan empatik? Yuk, simak saran dari para master parenting berikut ini!
3 Alternatif untuk menolak rayuan anak bermain
Melansir dari Life Hacker, dua mahir parenting dan perkembangan anak dari Parenting Center, Katie Dilzell dan Mariel Benjamin, membagikan tips pengganti bagi orang tua untuk mengatakan “tidak” saat anak membujuk bermain. Berikut beberapa kalimat yang bisa Ayah dan Bunda coba sampaikan kepada Si Kecil.
1. Tawarkan waktu pengganti untuk bermain
Menolak rayuan anak bermain bukan berfaedah menolak anak itu sendiri, ya. Justru ini adalah kesempatan untuk mengajarkan bahwa setiap orang, termasuk orang tua, punya waktu, kebutuhan, dan minat pribadi.
Anak perlu tahu bahwa orang tuanya juga punya kegiatan yang disukai, seperti membaca, memasak, alias sekadar mau beristirahat. Jadi, tak kudu selalu menunggu anak tidur baru bisa punya waktu sendiri.
Contohnya, saat anak membujuk bermain, Bunda bisa berkata, "Bunda mau baca kitab dulu 20 menit, ya. Nanti jika sudah selesai, kita main bersama. Oke?" alias "Ayah lagi selesaikan kerjaan sebentar. Setelah itu, kita bisa main pesawat-pesawatan, ya."
Di awal, anak mungkin kecewa alias rewel lantaran belum terbiasa. Itu wajar. Tanggapilah dengan tenang dan penuh empati, seperti, "Kamu terlihat sedih, ya. Kamu pingin main sekarang. Tapi membaca juga krusial buat Bunda. Setelah 15 menit, kita main bareng, ya."
Jika dilakukan secara konsisten, anak bakal belajar bahwa mereka tetap diperhatikan, hanya saja waktunya kudu bergiliran. Bunda juga bisa membujuk mereka memilih secara adil. Contohnya, "Hari ini Anda pilih permainannya, besok giliran Bunda, ya."
Dengan begitu, anak bakal belajar tentang kesabaran dan menghargai batas orang lain.
2. Ajak anak berasosiasi dalam kegiatan orang tua
Daripada langsung berkata, “Main sana dulu”, coba ajak anak ikut dalam kegiatan yang sedang orang tua lakukan. Ini bukan menolak, tapi mengganti corak kebersamaan.
Contohnya, saat sedang memasak, "Bunda lagi masak nih, Anda mau bantu kupas wortel alias atur sendok di meja?"
Atau saat sedang membaca, "Ayah lagi baca buku. Mau duduk bareng dan baca juga?"
Dengan langkah ini, anak diberi dua pilihan positif: ikut berbareng orang tua alias bermain sendiri. Hal ini jauh lebih baik daripada menyuruh mereka pergi bermain sendiri, yang kadang terasa seperti ditolak.
Selain itu, orang tua memerlukan waktu untuk sendiri alias merasa jenuh untuk bermain perihal yang sama dengan anak. Ini sangat wajar untuk dirasakan ya. Orang tua tak kudu selalu mengiyakan dan berasosiasi untuk main robot alias boneka setiap kali Si Kecil meminta.
Sebagai gantinya, coba tawarkan kegiatan yang Ayah dan Bunda sukai, "Bunda mau beresin dapur. Kamu mau bantu alias baca kitab favorit dulu?” alias “Ayah belum bisa main dinosaurus sekarang, tapi mau bantu Ayah sapu halaman?"
Olah kata ini mendorong anak tetap merasa dekat dan diperhatikan. Tak hanya itu, mereka juga secara tak langsung diajarkan tentang kebersamaan bisa datang lewat kegiatan sederhana bersama.
3. Tetapkan batas dengan jelas
Jujur pada anak adalah corak kasih sayang. Orang tua mau dekat dengan anak, tapi terkadang tidak sedang mau bermain. Dan itu boleh saja. Anak-anak bisa merasakan jika Ayah dan Bunda tidak menikmati permainan, meskipun berupaya terlihat antusias.
Daripada memaksakan diri, lebih baik tetapkan pemisah dengan jelas. Contohnya, "Bunda bisa main dandan-dandanan 10 menit, ya. Setelah itu Bunda kudu lipat baju," alias “Ayah belum mau main dinosaurus sekarang, tapi Ayah senang lihat Anda main sembari Ayah kerja."
Cara ini mengajarkan anak bahwa setiap orang punya pemisah tenaga dan waktu. Kalaupun anak kesulitan bermain sendiri, mainlah berbareng mereka selama 10–15 menit, lampau perlahan beri ruang agar mereka bisa mandiri.
Misalnya, "Bunda temani dulu ya sebentar. Setelah itu, Anda main sendiri, lantaran Bunda mau setrika baju."
Mengapa orang tua perlu ucapkan 'tidak' pada anak
Banyak orang tua merasa bersalah saat kudu berbicara “tidak” pada anak. Namun, krusial untuk diketahui bahwa berbicara “tidak” merupakan bagian dari mendidik anak jadi pribadi yang berdikari dan tangguh, lho.
Dilansir Motherly, saat orang tua mengatakan “tidak” yang disertai hubungan emosional, anak justru belajar keahlian krusial untuk hidupnya kelak, seperti:
- Mengelola emosi (belajar menghadapi kekecewaan)
- Memahami batas orang lain
- Mengembangkan kemandirian dan kreativitas
- Menghargai waktu dan prioritas
Misalnya, Ayah berkata, "Ayah pingin banget main, tapi sekarang Ayah kudu kerja. Nanti malam, kita bisa main bareng, ya."
Kalau anak tantrum alias rewel, jangan langsung menyerah. Tanggapi perasaannya dengan penuh empati, tetapi tetap jaga batasan, seperti, "Bunda tahu Anda kecewa. Kamu pingin main sekarang, tapi sayangnya Ayah kudu pergi sekarang."
Sikap tenang dan konsisten ini mengajarkan anak bahwa orang tua bisa menghadapi emosi mereka tanpa marah alias panik. Ini membantu mereka merasa kondusif dan belajar mengatur emosinya sendiri.
Nah, agar anak enggak merasa terus-menerus ditolak, krusial sekali untuk orang tua meluangkan waktu unik berbareng mereka. Cukup 15 menit sehari tanpa distraksi (gadget) bisa bikin Si Kecil merasa dicintai dan diperhatikan, lho.
Biarkan anak memilih aktivitasnya, seperti main board game bersama, mengobrol, baca buku, alias sekadar pelukan sembari bercanda. Untuk anak yang berumur lebih dewasa, waktu spesial ini bisa dilakukan seminggu sekali. Misalnya jalan-jalan ke taman, beli es krim, alias nonton movie bersama.
Apabila anak sudah merasa punya hubungan yang kuat dengan orang tuanya, mereka bakal lebih mudah menerima ketika Ayah alias Bunda kudu berbicara “tidak” di lain waktu.
Itulah beberapa langkah pengganti untuk menolak alias katakan "tidak" ketika anak membujuk bermain bersama. Semoga bermanfaat, ya!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi Kincai Media Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)