Kapan Hari Baik Itu?

Jan 01, 2025 05:28 PM - 3 minggu yang lalu 28192

KincaiMedia, JAKARTA -- Mencari dan menetapkan "hari baik" menjadi sebuah kejadian yang dapat ditemui di tengah masyarakat. Untuk sebuah hari yang baik itu, kadang-kadang ada orang yang merasa perlu menunda pekerjaan. Bahkan, ada pula yang sampai menunggu penyelenggaraan sebuah kegiatan berbulan-bulan lamanya.

Fenomena mencari "hari baik" bukan semata-mata milik masyarakat tradisional kita. Dalam suatu kondisi psikologis tertentu, kalangan terpelajar, akademis, pejabat, dan lain-lain yang sehari-hari apriori dengan hal-hal yang logis rupanya mengamalkan tradisi itu juga.

Almarhum KH Ilyas Syarqawi, bapak dari para kyai dan pengasuh Pondok Pesantren an-Nuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura, misalnya, pernah menghadapi orang yang tampaknya resah mencari "hari baik."

Suatu kali, dia kehadiran keponakannya yang lampau menanyakan pendapatnya perihal kapan sebaiknya berangkat mondok.

Beliau kembali bertanya, "Kamu sendiri merencanakan kapan berangkat?"

Sang ponakan menjawab hari Senin, tetapi ragu dan hendak berangkat hari Rabu alias Jumat.

"Hari Senin baik. Hari Rabu baik. Jumat juga baik," jawab KH Ilyas singkat.

Sang ponakan, rupanya orang cerdik, sembari menyelidik kembali dia menyebut hari-hari lain dan menanyakan pendapat beliau kembali. ''Semua hari baik untuk melakukan kebaikan,'' jelas beliau.

Jawaban Kiai Ilyas itu termasuk sikap modern pada zamannya. Lebih-lebih, beliau menyatakannya di lingkungan masyarakat tradisional pada saat Indonesia baru merdeka.

Sekali lagi membuktikan, sungguh seorang kyai tradisional yang hidup di lingkungan kampung terpencil bisa menyikapi persoalan secara modern.

***

sumber : Hikmah Republika oleh Syarqawi Dhofir

Selengkapnya