Kapan Waktu Akhir Itikaf?

Mar 25, 2025 05:52 AM - 1 bulan yang lalu 40691

KincaiMedia,DEPOK -- Itikaf adalah salah satu ibadah yang sudah menjadi tradisi dan kekhasan di bulan suci Ramadhan. Saat melaksanakan itikaf, umat Islam akan berdiam diri di masjid dalam waktu tertentu untuk mencari ridha Allah.

Namun, kapan sebenarnya kita bisa mulai melakukan itikaf di masjid dan kapan mengakhirinya? Para ustadz berbeda pendapat mengenai waktu untuk memulai itikaf di masjid.

Mayoritas ustadz berpendapat, orang yang mau melakukan itikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan dianjurkan masuk masjid sebelum mentari terbenam di hari puasa ke-20 Ramadhan.

Hal ini didasarkan pada hadits yang menjelaskan Nabi SAW melakukan itikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Dari Aisyah radhiyallahu anha, dia berbicara bahwasanya Nabi SAW biasa beritikaf di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun alaih.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).

Riwayat ini menunjukkan itikaf dimulai malam hari pada hari ke-20 Ramadhan. Karena, pergantian tanggal dalam hitungan almanak Islam dimulai sejak terbenamnya mentari alias waktu Maghrib.

Sementara itu, ustadz lain beranggapan baha orang yang hendak itikaf, disyariatkan memulai itikafnya setelah subuh di hari ke-21. Hal ini berasas riwayat dari Aisyah yang mengatakan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ

“Rasulullah SAW andaikan hendak itikaf, beliau sholat subuh kemudian masuk ke tempat unik untuk itikaf beliau.” (HR. Bukhari Muslim)

Di antara ustadz yang memilih pendapat ini adalah al-Auzai, ats-Tsauri, dan al-Laits dalam salah satu pendapatnya. Ini juga yang dipilih fatwa Lajnah Daimah (Majmu’ fatawa Lajnah Daimah, 10:411) dan Imam Ibnu Baz (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15:442).

Namun, pendapat yang lebih mendekati kebenaran dalam perihal ini adalah pendapat kebanyakan ulama. Karena, riwayat Aisyah di atas tidaklah menunjukkan Nabi SAW memulai melakukan itikaf di pagi hari.

Artinya, Nabi SAW sudah mulai itikaf di malam hari. Hanya saja, beliau belum masuk tempat unik untuk itikaf beliau (seperti bilik di dalam masjid). Nabi baru memasuki bilik itu setelah sholat subuh di pagi harinya.

An-Nawawi mengatakan:

وَأَوَّلُوا الْحَدِيث عَلَى أَنَّهُ دَخَلَ الْمُعْتَكَف , وَانْقَطَعَ فِيهِ , وَتَخَلَّى بِنَفْسِهِ بَعْد صَلَاته الصُّبْح , لا أَنَّ ذَلِكَ وَقْت اِبْتِدَاء الاعْتِكَاف , بَلْ كَانَ مِنْ قَبْل الْمَغْرِب مُعْتَكِفًا لابِثًا فِي جُمْلَة الْمَسْجِد , فَلَمَّا صَلَّى الصُّبْح اِنْفَرَد

“Mayoritas ustadz memahami hadits di atas bahwa Nabi SAW masuk ke bilik itikaf, memisahkan diri, dan menyendiri setelah beliau melakukan sholat subuh. Bukan lantaran itu waktu mulai itikaf, namun beliau sudah tinggal di masjid sebelum maghrib. Setelah sholat subuh, beliau menyendiri.” (Syarh Shahih Muslim an-Nawawi, 8:69).

Penjelaskan di atas dilansir dari tulisan yang ditulis Dewan Pembina Konsultasi Syariah, Ustadz Ammi Nur Baits. Maka, waktu yang tepat menjalankan itikaf di bulan Ramadhan sebaiknya dimulai pada 10 hari terakhir Ramadhan. Umat Islam bisa masuk ke masjid sebelum waktu maghrib di malam ke-20 bulan Ramadhan dan keluar dari masjid pada malam Idul Fitri.

Selengkapnya