Kasih Sayang Adalah Pondasi Agama Islam

Dec 11, 2024 06:00 AM - 1 bulan yang lalu 43016

Islam, yang berakar dari kata salam, mempunyai makna keselamatan alias kedamaian. Jalan keselamatan ini adalah apa yang ditawarkan oleh Islam. Dalam pandangan para ulama, prinsip dari jalan keselamatan tersebut adalah tauhid dan kasih sayang. Syekh Nawawi Al-Bantani rahimahullah berkata,

فان جميع أوامر الله تعالى ترجع الى خصلتين التعظيم لله تعالى والشفقة لخلقه

“Sesungguhnya semua perintah-perintah Allah kembali kepada dua hal: mengagungkan Allah Ta’ala dan berkasih sayang terhadap makhluk-Nya.” (Nasha’ihul ‘Ibad, hal. 9)

Para ustadz terdahulu juga mengaitkan keagamaan dengan sifat kasih sayang. Abu Khairah Al-Aqtha’ dalam Tarikh Dimasyqi, 66:161, mengatakan,

فقلب مملوء إيمانًا، فعلامته الشَّفَقَة على جميع المسلمين والاهتمام بما يهمُّهم، ومعاونتهم على أن يعود صلاحه إليهم

“Hati yang penuh dengan keimanan, tandanya adalah kasih sayang kepada semua umat muslim, perhatian terhadap apa yang menjadi kepentingan mereka, dan membantu mereka agar kebaikannya kembali kepada mereka.”

Akan tetapi, Islam sering disalahpahami sebagai kepercayaan yang keras, baik dari luar maupun dari sebagian kaum muslimin itu sendiri. Stigma ini muncul dari penyimpangan sekelompok kaum muslimin yang mengabaikan prinsip kasih sayang dan perdamaian, terutama oleh segelintir orang yang terlihat agamis, tetapi memaknai Islam secara ekstrem. Di sisi lain, kaum orientalis yang menginterpretasikan hukum Islam dengan lensa negatif juga ikut menciptakan gambaran keras terhadap Islam.

Setidaknya ada tiga argumentasi sederhana yang menunjukkan bahwa Islam adalah kepercayaan kasih sayang. Argumentasi ini perlu diketahui kaum muslimin sebagai pengetahuan yang menambah keagamaan pribadi. Selain itu, juga menjadi jawaban bagi golongan yang skeptis terhadap klaim luasnya rahmat dalam aliran Islam.

Islam menuhankan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kewajiban pertama seorang hamba dalam Islam adalah mengakui bahwasanya tiada sesembahan yang berkuasa disembah, melainkan Allah ﷻ. Dialah Allah ﷻ, Zat Yang Esa, yang menciptakan dan memelihara kita beserta seluruh ciptaan-Nya di bentangan alam semesta.

Dua nama Allah yang paling sering disebut dalam Al-Qur’an adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, keduanya berarti kasih sayang yang begitu luas. Allah ﷻ menetapkan atas dirinya sifat kasih sayang dalam firman-Nya,

وَإِذَا جَآءَكَ ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِنَا فَقُلْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ

“Dan andaikan orang-orang yang beragama kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, ‘Keselamatan atas kalian. Tuhan kalian telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.’” (QS. Al-An’am: 54)

Allah ﷻ juga membuka kitab suci Al-Qur’an yang mulia dengan nama Ar-Rahman Ar-Rahim, begitu juga ketika membuka 113 surah di dalam Al-Qur’an. Allah ﷻ membuka Al-Qur’an dengan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Dengan menyebut nama Allah ﷻ Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 1)

Allah ﷻ pun kembali menegaskan sifat rahmat atas diri-Nya pada ayat selanjutnya

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fatihah: 3)

Nama Allah ﷻ bukanlah sekadar nama, tetapi juga mengandung sifat kesempurnaan di sisi-Nya. Sifat tersebut juga mempunyai tuntutan bagi kaum muslimin untuk meneladaninya dan mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari. Lantas, gimana seorang muslim tidak berkasih sayang, sementara dia beragama kepada Allah ﷻ yang berkarakter Maha Pengasih dan Penyayang?! Maka, kasih sayang bukan sekadar nilai tambah bagi seorang muslim. Akan tetapi, dia merupakan pondasi keagamaan seorang yang beragama kepada Allah ﷻ.

Kasih sayang dalam pengutusan Nabi

Rasulullah ﷺ adalah sosok yang Allah ﷻ utus dalam misi mulia, ialah menjadi rahmat bagi semesta alam.

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Rahmat dalam ayat ini menunjukkan kepada makna agunan keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti Nabi ﷺ. Dan yang dimaksud mengikuti Nabi ﷺ, dalam Tafsir Kemenag RI, misalnya adalah pengamalan Islam yang melahirkan perlindungan, kedamaian, dan karakter kasih sayang.

Dalam sabda yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

“Orang-orang yang penyayang, niscaya bakal disayangi pula oleh Ar-Rahman (Allah). Maka, sayangilah masyarakat bumi, niscaya Yang di atas langit pun bakal menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh Al-Albani)

Sabda ini membawa pesan esensial bahwa kasih sayang adalah refleksi ketaatan yang sejati. Kasih sayang terhadap sesama berasosiasi langsung dengan kasih sayang Allah ﷻ. Bagaimana kehidupan yang tidak berisi cinta dan kasih sayang dari Allah ﷻ yang mengatur seluruh alam? Tentu kehidupan bakal teramat berat dan penuh kesengsaraan.

Kasih sayang sebagai adab sehari-hari

Sifat kasih sayang tidak hanya termuat dalam esensial Islam, tetapi juga tercermin dalam hukum dan juga keteladanan Nabi ﷺ. Tujuan utama dari praktik-praktik hukum ini adalah untuk melahirkan seorang muslim yang memancarkan kasih sayang dalam keseharian mereka. Beberapa praktik kehidupan Islami tersebut, di antaranya:

Pertama: Perulangan mengingat sifat kasih sayang Allah dalam salat

Seorang muslim diwajibkan untuk mengulang Al-Fatihah yang mengandung pernyataan tegas tentang nama Ar-Rahman Ar-Rahim setidaknya 17 kali sehari. Sungguh perihal ini menjadi alamat bahwa Islam menginginkan sifat kasih sayang menjadi keseharian seorang muslim.

Kedua: Berempati dan lemah lembut kepada orang lain

Islam mengajarkan etika dan adab yang penuh empati, lemah lembut, dan pengertian terhadap orang lain. Allah ﷻ berfirman mengabarkan karena para sahabat Nabi ﷺ berada di sisinya adalah lantaran kelemahlembutan beliau yang lahir dari sifat rahmat,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

“Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah Anda bertindak lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya Anda bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)

Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, “Berlaku lemah lembut adalah adab Muhammad ﷺ yang beliau memang diutus dengan membawa adab yang mulia ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3:232)

Dari hubungan family hingga hubungan dengan tetangga, Islam mendorong umatnya untuk selalu menempatkan kasih sayang di atas kekerasan. Rasulullah ﷺ dalam banyak sabda mengingatkan umatnya untuk bertindak lembut kepada anak-anak, mengasihi orang tua, dan saling menyayangi sesama manusia tanpa memandang latar belakang.

Ketiga: Perintah beragam corak muamalah kasih sayang dengan sesama

Rasulullah ﷺ juga biasa mengumpulkan perintah untuk bermuamalah dengan baik kepada sesama makhluk-Nya sebagai perwujudan sifat rahmat. Dari Al-Bara’, dia meriwayatkan,

أَمَرَنَا النَّبِيُّ بِسَبْعِ، وَنَهَانَا عَنْ سَبْعِ: أَمَرَنَا بِعِيَادَةِ الْمَرِيضِ، وَاتَّبَاعِ الْجِنَازَةِ، وَتَثْمِيتِ الْعَاطِسِ، وَإِجَابَةِ الدَّاعِي، وَرَةِ السَّلَامِ، وَنَصْرِ الْمَظْلُومِ، وَإِبْرَارِ الْمُقْسِمِ.

“Nabi ﷺ memerintahkan kami untuk melakukan tujuh perihal dan melarang kami melakukan tujuh hal. Beliau memerintahkan kami untuk menjenguk orang sakit, menghadiri pemakaman, mengucapkan ‘yarḥamuka Allāh’ (semoga Allah merahmati kalian) kepada orang yang bersin, menjawab undangan, menjawab salam, menolong orang yang teraniaya, dan memenuhi permintaan orang yang bersumpah….” (HR. Bukhari no. 6294 dan Muslim no. 5510)

Keempat: Nabi pun memerintahkan kasih sayang kepada hewan dan tumbuhan

Rasulullah ﷺ bersabda,

في كُلِّ كَبِدٍ رطبَةٍ أجرٌ

“Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam melakukan baik kepada-Nya).” (HR. Bukhari No. 2363)

Nabi Muhammad ﷺ  pun memotivasi kita untuk menumbuhkan pepohonan yang dinilai sebagai kebaikan bagi setiap makhluk. Dalam sabda beliau ﷺ,

فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lampau dimakan oleh manusia, hewan, alias burung, selain perihal itu merupakan infak untuknya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1552)

Bahkan, dalam perintah menyembelih pun, Rasulullah ﷺ menekankan untuk berkasih sayang dalamnya. Rasulullah ﷺ telah bersabda,

إن الله كتب الإحسانَ على كل شيء، فإذا قتلتم فأحسِنوا القِتلةَ وإذا ذبحتم فأحسِنوا الذِّبحة، وليحد أحدُكم شَفْرَتَه ولْيُرِحْ ذبيحتَهُ

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu. Maka, andaikan kalian membunuh, hendaklah bertindak ihsan di dalam pembunuhan. Dan andaikan kalian menyembelih, hendaklah bertindak baik di dalam penyembelihan. Dan hendaklah salah seorang Anda menyenangkan sembelihannya dan hendaklah dia mempertajam mata pisaunya.” (HR. Muslim no. 1955)

Terkadang, perintah hukum yang merefleksikan sifat kasih sayang ini tampak sederhana. Namun, dampaknya sangat besar. Semua ini adalah corak kasih sayang yang menjadi pondasi dalam menggapai keselamatan, baik di bumi maupun akhirat.

Menghadapi tantangan dan stigma

Islam sendiri mengajarkan bahwa rahmat Allah melingkupi segala sesuatu dan umat-Nya kudu meneladani sifat kasih sayang tersebut dalam setiap aspek kehidupan. Mencintai dan menyayangi, apalagi dalam hal-hal kecil, adalah corak ibadah kepada Allah. Umat Islam kudu memahami bahwa dengan menampilkan sifat kasih sayang, mereka sejatinya sedang menunaikan perintah Allah dan mengamalkan aliran Rasulullah ﷺ.

Sebagai penutup, ingatlah bahwa kasih sayang adalah pondasi dari Islam. Prinsip kasih sayang dalam Islam, bukan hanya aliran yang dipraktikkan kepada sesama muslim, tetapi kepada seluruh alam. Stigma yang dilekatkan kepada Islam, tak lain adalah datang dari kesalahpahaman orang terhadap aliran Islam yang didapatkan dari berinteraksi dengan penganutnya. Maka, seorang muslim kudu menunjukkan adab dan sifat kasih sayang kepada orang lain. Karena sejatinya seorang muslim adalah ikon dari kepercayaan yang diyakininya.

Dan kita perlu sadari bahwa tujuan utama dalam berkasih sayang adalah menggapai cinta Allah ﷻ. Kecintaan Allah ﷻ berangkaian erat dengan kebermanfaatan hamba tersebut kepada sesamanya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

أحبُّ الناسِ إلى اللهِ تعالى أنفعُهم للناسِ

“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling berfaedah bagi orang lain.” (HR. Ath-Thabrani, 6:139, dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, 2:575)

***

Penulis: Glenshah Fauzi

Artikel: KincaiMedia

Selengkapnya