Kenali Gejala Ocd Pada Ibu Saat Hamil Dan Pasca Melahirkan

Mar 10, 2025 09:30 PM - 1 minggu yang lalu 12970

Jakarta -

Pernahkah Bunda merasa resah berlebihan tentang kesehatan alias keselamatan Si Kecil? Lalu Bunda sering sekali merasa kudu memeriksa bayi terus-menerus, mencuci tangan berkali-kali, alias apalagi dihantui pikiran yang menakutkan? 

Jika iya, bisa jadi Bunda mengalami obsessive-compulsive disorder (OCD) perinatal, yang terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Walaupun kekhawatiran sebagai ibu baru adalah perihal yang wajar, namun tetap saja berbeda dengan OCD ya Bunda. OCD melibatkan obsesi berlebihan dan perilaku kompulsif yang susah dikendalikan. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan BMC Pregnancy and Childbirth, sebanyak 1 dari 5 wanita dipengaruhi oleh gangguan kekhawatiran pada periode peripartum dan kehamilan dan pasca persalinan dianggap sebagai periode yang rentan bagi orang tua baru untuk mengembangkan gangguan obsesif-kompulsif (OCD). 

Sekitar 80 ibu dan 70 persen Ayah melaporkan beberapa kekhawatiran, terutama yang mengenai dengan kesejahteraan bayi yang baru lahir, termasuk memeriksa, membersihkan, dan menjaga kebersihan, yang mungkin mempunyai tujuan perlindungan dari perspektif pandang perkembangan selama periode ini. 

Yuk, kita telaah lebih dalam tentang gejala, penyebab, serta langkah mengatasinya!

Apa itu OCD perinatal?

OCD adalah gangguan kekhawatiran yang ditandai dengan pikiran obsesif (intrusif) dan perilaku kompulsif yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Ketika OCD terjadi saat mengandung alias setelah melahirkan, ini disebut OCD perinatal.

OCD Perinatal adalah gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yang terjadi selama kehamilan alias setelah melahirkan (periode perinatal). Kondisi ini ditandai dengan munculnya pikiran obsesif yang mengganggu dan tindakan kompulsif yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan, sering kali berangkaian dengan keselamatan bayi.

Menurut penelitian dalam Journal of Psychiatric Research, sekitar 7-11 persen ibu mengalami OCD perinatal, tetapi sering kali tidak terdiagnosis lantaran gejalanya mirip dengan kekhawatiran normal sebagai orang tua baru. Perubahan hormon, stres, dan kurangnya tidur setelah melahirkan bisa menjadi pemicu utama munculnya OCD ini.

Puasa Ramadhan

Gejala OCD pada ibu mengandung dan pasca melahirkan

Gejala obsessive-compulsive disorder (OCD) pada ibu mengandung dan pasca melahirkan biasanya melibatkan pikiran obsesif yang mengganggu dan perilaku kompulsif untuk meredakan kecemasan. Gangguan ini dapat berakibat pada kesejahteraan ibu dan hubungannya dengan bayi.

Menurut penelitian yang dipublikasikan The American Journal of Psychiatry, disebutkan bahwa ibu dengan OCD perinatal lebih rentan mengalami depresi pasca melahirkan (postpartum depression) jika tidak segera ditangani.

OCD bisa muncul dengan beragam cara, tetapi ada beberapa indikasi umum yang sering dialami:

1. Obsesi berlebihan tentang keselamatan bayi

  • Takut bayi jatuh dari tempat tidur alias gendongan, apalagi ketika sudah ekstra hati-hati.
  • Cemas berlebihan tentang kebersihan bayi, misalnya takut bayi terkena kuman alias infeksi.
  • Khawatir ada sesuatu yang salah dengan kesehatan bayi meskipun master sudah bilang semuanya baik-baik saja.

2. Pikiran intrusif yang tidak diinginkan

  • Muncul gambaran alias pikiran bahwa sesuatu yang jelek bakal terjadi pada bayi.
  • Takut tanpa argumen jika secara tidak sengaja bakal menyakiti bayi, seperti menjatuhkannya alias melakukan sesuatu yang berbahaya.
  • Pikiran-pikiran ini biasanya membikin ibu merasa bersalah dan sedih, meskipun sebenarnya tidak pernah mau menyakiti anaknya.

3. Perilaku kompulsif alias berulang

  • Mencuci tangan berulang kali sebelum menyentuh bayi.
  • Memeriksa bayi terus-menerus (misalnya, memastikan bayi bernapas dengan normal setiap beberapa menit).
  • Menghindari barang alias situasi tertentu yang dianggap bisa membahayakan bayi, meskipun risikonya sebenarnya sangat kecil.

4. Gangguan emosi dan kehidupan sehari-hari

  • Susah tidur, bukan lantaran bayi bangun, tapi lantaran terus merasa khawatir.
  • Tidak bisa menikmati waktu berbareng bayi lantaran dihantui kecemasan.
  • Merasa bersalah alias takut dianggap ibu yang buruk.

Penyebab OCD pada ibu mengandung dan pasca melahirkan

Penyebab obsessive-compulsive disorder (OCD) pada ibu mengandung dan pasca melahirkan tidak sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa aspek yang berkontribusi terhadap kemunculan alias memperburuk gejalanya.

Berikut beberapa aspek yang bisa menyebabkan OCD perinatal:

1. Perubahan hormon

Setelah melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron turun drastis. Perubahan ini bisa memengaruhi suasana hati dan memicu kekhawatiran berlebihan.

2. Riwayat OCD alias gangguan kekhawatiran sebelumnya

Jika sebelum mengandung pernah mengalami OCD alias kecemasan, kemungkinan besar kondisi ini bisa kambuh alias semakin parah.

3. Tekanan dan tren sebagai ibu baru

Kurangnya tidur, kelelahan, serta tanggung jawab baru bisa memperparah kecemasan. Selain itu, rasa takut tidak menjadi ibu yang sempurna juga bisa menambah beban mental Bunda.

4. Kurangnya support sosial

Ibu yang merasa tidak mendapat cukup support dari pasangan alias family condong lebih mudah mengalami OCD perinatal.

Bagaimana langkah mengatasi OCD perinatal?

Kalau Bunda mengalami indikasi OCD, jangan panik! Menurut penelitian yang dipublikasikan Archives of Women’s Mental Health, 80 persen ibu dengan OCD perinatal mengalami perbaikan setelah mendapatkan perawatan. Selain itu kondisi ini bisa dikelola dengan beberapa langkah berikut:

1. Cari support profesional

Jika kekhawatiran sudah mengganggu kehidupan sehari-hari Bunda, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog alias psikiater. Terapi seperti cognitive behavioral therapy (CBT) telah terbukti efektif membantu ibu dengan OCD.

2. Terapi kognitif perilaku (CBT)

CBT membantu mengidentifikasi pola pikir obsesif dan mengubah reaksi kompulsif. Banyak ibu yang merasa lebih baik setelah menjalani terapi ini selama beberapa bulan.

3. Dukungan dari family dan pasangan

Jangan ragu untuk berbincang dengan pasangan alias family tentang emosi yang dialami. Minta support dalam merawat bayi agar tidak terlalu stres.

4. Latihan relaksasi

Coba teknik pernapasan dalam, meditasi, alias yoga untuk menenangkan pikiran. Pastikan Bunda tidur cukup, lantaran kurang tidur bisa memperparah kecemasan.

5. Obat-obatan (jika diperlukan)

Dalam beberapa kasus, master mungkin meresepkan obat seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) yang kondusif untuk ibu menyusui.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya