Ketika Abu Hurairah Panik Dan Menyesal

Mar 15, 2025 01:35 PM - 1 bulan yang lalu 52445

KincaiMedia, JAKARTA -- Malam itu, Madinah dalam kondisi sunyi senyap. Tiap masyarakat sudah kembali ke rumah masing-masing. Begitu pun Nabi Muhammad SAW.

Di pelataran (shuffah) Masjid Nabawi, Abu Hurairah sedang duduk-duduk sembari menikmati heningnya malam. Ia memang termasuk mahir shuffah, ialah orang-orang Muslim yang tinggal di laman masjid tersebut lantaran tidak mempunyai rumah permanen di Madinah.

Ia lampau beranjak pergi ke luar shuffah lantaran beberapa keperluan. Saat sedang melangkah kembali ke Masjid Nabawi, Abu Hurairah tiba-tiba dipanggil seorang perempuan. Wanita berjubah itu rupanya hendak bertanya kepadanya mengenai persoalan yang sedang menderanya.

Memang, Abu Hurairah kadang menjadi tempat Muslimin bertanya. Apalagi, bagi mereka yang sehari-hari sibuk bekerja sehingga tidak sempat mengikuti majelis pengetahuan yang digelar Nabi SAW di Masjid Nabawi.

Setelah mengucapkan salam, si wanita sempat terdiam, seolah-olah sedang mengumpulkan keberaniannya.

Akhirnya, wanita ini menuturkan maksiat yang sudah dilakukannya. Dan kini, dia menyesali dosa besar itu dan mau sekali bertobat.

“Apakah saya bisa bertobat? Apakah Allah bakal menerima tobat saya?” tanyanya kepada Abu Hurairah.

“Maksiat seperti apa yang sudah engkau perbuat?” selidik sahabat Nabi yang berjulukan original Abdurrahman ad-Dausi itu.

“Begini,” tutur si Muslimah setelah terdiam agak lama, “Aku telah berzina, kemudian membunuh anakku yang merupakan hasil dari hubungan haram itu.”

Mendengar pernyataan itu, wajah Abu Hurairah memerah padam. Ia terkejut dan tidak lenyap pikir, kenapa wanita ini tega menghabisi nyawa bayinya sendiri.

Terbawa sentimen dan emosi, sang sahabat Nabi dengan sigap mengeluarkan pernyataan dan fatwa yang cukup keras.

“Binasalah engkau! Binasalah engkau! Demi Allah, Anda tidak bakal diampuni,” ujar dia.

Seketika, Muslimah tersebut menangis. Ingin teriak, tetapi bibirnya tiba-tiba terasa kelu. Kakinya gemetar ketakutan. Wanita ini merasa banget sangat ngeri bakal datangnya balasan Allah kepada dirinya.

Setelah wanita tersebut pergi, Abu Hurairah terkejut sendiri. Bibirnya mengucapkan istighfar, dan lampau bergumam, “Baru kali ini saya berfatwa tanpa berkonsultasi kepada Rasulullah SAW terlebih dahulu!”

Keesokan harinya, Abu Hurairah menghadap Nabi SAW, dan menceritakan peristiwa yang berjalan kemarin malam. Setelah itu, dia meminta pernyataan dari beliau. Ternyata, justru jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah SAW bertolak belakang dengan pandangan dirinya semalam.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” sabda Nabi SAW, “demi Allah, engkau Abu Hurairah bisa celaka, engkau bisa celaka. Tidakkah engkau lupa bakal ayat ini?”

Selengkapnya