KincaiMedia, JAKARTA -- Lidah memang tak bertulang, demikian ungkapan yang lazim beredar di telinga. Goresan yang disebabkan lidah sering kali lebih membekas daripada sayatan barang tajam sekalipun.
Maka, Islam menganjurkan lebih baik tak bersuara daripada berbincang tak tentu arah, apalagi berbicara keburukan.
Imam Ghazali, dalam magnum opusnya Ihya Ulum ad-Din memaparkan sejumlah kiat agar tak mudah terpeleset lidah. Kesemua langkah itu pada hakikatnya merupakan upaya pengendalian diri untuk mengatur dan mengelola pergerekan lidah dengan baik.
Langkah pertama, ungkap sosok kelahiran Thus 1058 M/150 H itu, jauhi perbincangan yang tak krusial alias sekadar hura-hura.
Di antara kesalahan lidah, kala membicarakan hal-hal yang tak perlu. Rasulullah SAW pernah menegaskan, sebaik-baik keislaman seorang adalah saat dia meninggalkan perkara yang tak perlu. Termasuk, berbincang yang tidak membawa manfaat.
Suatu ketika, seperti dinukilkan Anas bin Malik RA, Rasulullah pernah mengomentari seorang sahabat yang terdiam kala sang ibu mengusap wajahnya. Sahabat itu, mengikatkan ke perut untuk menahan rasa lapar. Peristiwa itu terjadi ketika Perang Uhud. “Tidakkah engkau ketahui kenapa dia terdiam saja? Mungkin, dia tidak mau berbincang yang tidak perlu alias dia menolak dari hal-hal yang membahayakan dirinya.”
Cara yang kedua, menurut tokoh yang beraliran Syafi'i ini, jaga diri royal berbicara. Membicarakan apa pun dengan langkah yang berlebihan pula. Biasanya, ini dilakukan untuk menarik perhatian seseorang. Padahal, topiknya sangat tidak krusial dan tidak ada kaitannya dengan objek yang diajak bicara.
Tuntunan untuk tidak royal pembicaraan tersebut sesuai dengan seruan Alquran dalam surah an-Nisaa ayat ke-114. “Tidak ada kebaikan pada banyaknya suatu obrolan selain dalam perbincangan itu ada perintah untuk bersedekah, melakukan baik, alias perintah untuk mendamaikan sesama manusia.”
Dan ketiga, menurut figur yang pernah menjadi kanselir di Madrasah Nizhamiyah Baghdad itu, jangan sampai lidah terpancing dengan obrolan-obrolan yang berangkaian dengan perkara batil. Kerap berbincang batil bisa mengantarkan seseorang ke api neraka. Penegasan ini seperti yang diabadikan dalam Alquran.
Alquran surah al-Muddatsir ayat 42-45 mengisahkan tentang perbincangan antara mahir surga dan penunggu neraka. Ketika penunggu neraka ditanya, apa pasal mereka masuk siksaan tersebut? “Dahulu kami tidak pernah melakukan salat, tidak memberi makan kepada orang miskin, dan kami biasa mengobrolkan hal-hal yang batil dengan orang-orang yang membicarakannya.”
Cara yang keempat, jangan berdebat berlebihan. Debat memang berfaedah bagi siswa yang sedang belajar. Tetapi, bagi seorang alim, debat adalah sesuatu yang kudu dia hindari.