KincaiMedia, JAKARTA -- Ada sekitar 80 orang Madinah yang tidak berangkat dalam Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun kesembilan Hijriyah. Kebanyakan mereka adalah kaum munafik yang enggan memperjuangkan Islam. Namun, rupanya ada seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga ikut absen. Dialah Ka'ab bin Malik.
Bagaimana bisa Ka'ab tertinggal rombongan pasukan Muslim? Semua itu berasal dari keteledoran penyair Muslim tersebut dalam menata waktunya.
Ka'ab menceritakan, Rasulullah SAW dan rombongan pasukan Muslim berangkat dari Madinah ketika suasana tetap rindang. Saat itu, kaum Muslimin semua sudah dalam kondisi siap-sedia. Sementara, Ka'ab dan segelintir laki-laki Madinah lainnya tetap belum mempersiapkan diri.
Ka'ab bercerita, "Waktu itu (masa menjelang keberangkatan Perang Tabuk --Red), saya berpikir bisa melakukannya (bersiap ke medan perang) kapan pun saya mau. Sementara, orang-orang terus berbenah dengan serius.
Pada pagi harinya, Rasulullah SAW dan kaum Muslimin yang berbareng beliau berangkat perang. Adapun diriku belum melakukan persiapan apa-apa."
Keengganan itu berjalan sekitar tiga hari berturut-turut. Maka, laki-laki yang tersisa di Madinah hanyalah dari kalangan lansia, kaum munafik yang memang tidak suka berjuang di jalan Allah, dan orang-orang yang hatinya terombang-ambing, seperti Ka'ab bin Malik. Padahal, saat itu Ka'ab baru saja membeli hewan tunggangan baru sehingga tidak bisa dikatakan mempunyai uzur.
Singkat cerita, Perang Tabuk usai dan pasukan Muslimin yang dipimpin Rasulullah kembali ke Madinah. Seperti biasa, sepulang dari pertempuran, Rasul mengumpulkan kaum Muslimin di masjid. Ketika itulah mereka yang urung ikut Perang Tabuk mendatangi Rasulullah untuk menuturkan alasan-alasannya.
Ka'ab mengenang jelas peristiwa itu. Dia merasa bisa saja berkilah macam-macam di hadapan Rasulullah SAW dan jamaah. Namun, kesedihan merundung dirinya.
"Hilanglah dari diriku segala pikiran yang batil hingga saya betul-betul mengetahui bahwa saya tidak bakal selamat dari beliau dengan langkah bohong selamanya. Maka saya berkeinginan bersikap jujur kepada beliau," kenang Ka'ab.
Ka'ab menuturkan, saat memandang wajah Rasulullah tersenyum dengan senyuman orang yang marah. Rasul berkata, "Kemarilah. Apa yang membuatmu tidak ikut? Bukankah Anda telah membeli kendaraanmu?"