Kisah Tak Terlupakan Adele Yang Alami Depresi Pasca Melahirkan

Feb 04, 2025 09:30 PM - 6 hari yang lalu 8220

Jakarta -

Penyanyi asal Inggris, Adele sempat mengalami depresi pasca melahirkan alias postpartum depression (PPD). Kisah Adele depresi pasca melahirkan putranya Angelo diceritakan saat wawancara dengan Vanity Fair. 

"Saya mengalami depresi pasca-persalinan yang sangat jelek setelah melahirkan putra saya, dan itu membikin saya ketakutan," kata Adele dikutip dari CNN.

Dalam wawancaranya, penyanyi berjulukan original Adele Laurie Blue Adkins mengaku sangat terobsesi dengan putranya sampai merasa cemas tidak dapat menjadi ibu yang baik. Ia juga merasa semua keputusan apapun dalam hidupnya adalah buruk. 

"Saya terobsesi dengan anak saya. Saya merasa sangat tidak bisa merawatnya. Saya merasa telah membikin keputusan terburuk dalam hidup saya," tuturnya.

Adele mengaku awalnya tidak berbincang kepada siapa pun terkecuali mantan suaminya Simon Konecki saat mengalami PPD. Menurutnya, Simon Konecki sempat memberikan saran agar Adele bisa berbincang dengan wanita lain tentang depresinya, tapi dia menolaknya.

Namun pada akhirnya, dia menerima saran dari Simon dan berbincang tentang perasaannya ke empat kawan perempuannya. Setelah itu, Adele menemukan langkah efektif yang bisa dia lakukan mengatasi depresi pasca melahirkan. 

"Pada akhirnya, saya hanya mengatakan saya bakal memberi diri saya waktu satu sore dalam seminggu, untuk melakukan apa pun yang saya inginkan tanpa bayi saya," imbuh Adele. 

Meski banyak respons dari temen-temannya yang mempertanyakan langkah tersebut tapi Adele tetap melakukannya dan sukses menjadi ibu yang lebih baik lagi untuk putranya. 

"Itu justru membikin Anda menjadi ibu yang lebih baik jika memberi waktu untuk diri sendiri," tuturnya. 

Perempuan 36 tahun ini mengatakan sejak mini sangat rentan mengalami depresi. Awalnya dari kakeknya yang meninggal bumi ketika umurnya tetap 10 tahun. 

Saat itu, Adele juga sempat melakukan beberapa terapi. Hal ini pula yang memengaruhi aliran musiknya dengan lagu-lagu sedih dan melankolis. 

"Musik yang selalu saya suka adalah yang sedih. Saya selalu cukup melankolis. Jelas tidak sebanyak di kehidupan nyata saya seperti di lagu-lagu, tapi saya mempunyai sisi yang sangat gelap. Itu dimulai ketika kakek saya meninggal, saat saya sekitar 10 tahun, dan meskipun saya tidak pernah mempunyai pikiran untuk bunuh diri, saya sudah banyak terapi," kata Adele. 

Kini Adele telah sukses keluar dari depresi pasca persalinannya putranya Angelo Adkins yang lahir pada 19 Oktober 2012 lalu. 

Depresi dan gangguan kekhawatiran perinatal

Di kalangan para profesional, istilah untuk pengalaman yang dialami Adele adalah gangguan suasana hati perinatal alias depresi dan gangguan kekhawatiran perinatal.

Perinatal berfaedah selama kehamilan, jelas Susan Feingold, seorang psikolog yang berbasis di Chicago dan mengkhususkan diri dalam depresi pasca-persalinan serta masalah perempuan. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa 800.000 hingga 950.000 ibu mengalami depresi dan gangguan kekhawatiran perinatal setiap tahun sekitar satu dari tujuh ibu. Tidak semuanya merasa depresi, dan untuk beberapa pasien, kondisi ini dimulai selama kehamilan, bukan setelah melahirkan.

"Ini muncul sebagai depresi yang sangat cemas, dan beberapa wanita tidak merasa depresi, jadi mereka tidak terdeteksi mempunyai masalah ini," kata Feingold, penulis kitab Happy Endings, New Beginnings, sebuah kitab yang membahas topik tersebut.

Ann Smith, presiden Postpartum Support International mengatakan bahwa gangguan suasana hati perinatal berbeda dengan baby blues. Tapi, 80 persen wanita mengalami baby blues. Menurut Smith, kelahiran bayi adalah waktu yang sangat emosional, dan seorang ibu mungkin merasa naik turun, dengan emosi yang sangat tidak stabil.

"Ini bisa berjalan selama dua minggu pertama setelah kelahiran. Tetapi bakal hilang," katanya.

Berbeda dengan baby blues, depresi dan gangguan kekhawatiran perinatal tidak hanya tidak hilang, justru ada kemungkinan menjadi lebih jelek dan ibu mulai susah menjalani hari demi hari.

Menurut Smith, penyebab gangguan suasana hati perinatal diyakini berasosiasi dengan kerusakan hormon yang terjadi selama kehamilan dan segera setelah kelahiran yang mengganggu neurotransmiter di otak. Namun, Smith mengatakan depresi pasca melahirkan bisa sembuh bukan penyakit seumur hidup yang dialami oleh Bunda. 

“Semua orang bisa sembuh. Ini bukan balasan meninggal alias balasan seumur hidup untuk penyakit mental alias emosi buruk," tuturnya. 

Menurut Feingold, semakin sigap Bunda mendapatkan perawatan, maka bakal semakin baik. Dia membandingkannya dengan virus yang jelek yang perlu segera diatasi.

"Saya membikin rencana perseorangan untuk setiap ibu. Rencana ini biasanya mencakup terapi individu, golongan dukungan, dan terkadang pengobatan. Seringkali, support family juga dibutuhkan," kata Feingold. 

Menurut Asosiasi Psikologi Amerika, depresi pasca-persalinan bisa menyerang siapa saja. Apakah dia baru pertama kali menjadi ibu alias ibu dari tiga anak,  baik dia sudah menikah alias belum, tidak peduli ras, agama, etnis, pendapatan, alias usianya. Bahkan superstar seperti Adele, yang tidak hanya merasa lebih baik, tetapi juga penuh angan untuk masa depan.

"Sebagai seorang ibu, Anda terus-menerus berupaya untuk menebus segala hal," katanya. "Saya tidak keberatan, lantaran cinta yang saya rasakan untuknya. Saya tidak peduli jika saya tidak pernah bisa melakukan apa pun untuk diri saya sendiri lagi."

Begitulah kisah Adele depresi pasca melahirkan ya Bunda. Semoga informasinya bermanfaat. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya