Logical Fallacy Adalah: Mengenal Pengertian, Jenis, Dan Contohnya!

Feb 03, 2025 11:19 AM - 1 minggu yang lalu 9774

logical fallacy adalah – Pernah nggak sih, Anda mendengar seseorang mengusulkan argumen, tapi setelah dipikir-pikir lagi, ada sesuatu yang terasa janggal alias kurang masuk akal? Nah, perihal itu bisa jadi contoh dari logical fallacy alias kesalahan logika. Logical fallacy adalah kekeliruan dalam proses berpikir yang membikin sebuah argumen alias klaim menjadi tidak valid. Meskipun sering kali terjadi tanpa disadari, kesalahan ini dapat memengaruhi langkah kita menarik konklusi dan memahami suatu informasi.

Dalam tulisan ini, kita bakal membahas lebih dalam tentang apa itu logical fallacy, beragam jenisnya, serta contoh-contoh yang sering ditemui. Dengan memahami perihal ini, Anda bisa lebih kritis dalam menganalisis argumen dan terhindar dari jebakan logika yang menyesatkan. Yuk, simak terus!

Pengertian Logical Fallacy

Logical fallacy alias kesalahan logika adalah kesalahan dalam berpikir alias penalaran yang mengarah pada argumen yang tidak sah alias tidak masuk akal. Ketika seseorang menggunakan logical fallacy, meskipun mungkin argumennya terdengar meyakinkan alias mempunyai beberapa komponen kebenaran, kesimpulannya tetap salah lantaran ada kelemahan dalam langkah berpikir yang digunakan. Kesalahan ini bisa terjadi dalam beragam bentuk, mulai dari penyederhanaan yang berlebihan hingga kesalahan dalam menarik kesimpulan.

sumber: pexels/Liza Summer

Pada dasarnya, logical fallacy seringkali muncul lantaran seseorang mencoba memenangkan argumen dengan langkah yang tidak logis alias tidak berasas bukti yang valid. Hal ini bisa memanipulasi musuh bicara agar seolah-olah argumen mereka benar, padahal sebenarnya tidak. Logical fallacies ini sering digunakan dalam debat, persuasi, apalagi dalam iklan alias politik untuk mempengaruhi orang banyak.

Mengidentifikasi logical fallacy sangat krusial agar kita bisa berpikir lebih kritis dan objektif dalam menilai argumen alias klaim yang ada di sekitar kita. Kalau kita bisa mengenali kesalahan logika, kita bisa lebih bijak dalam menyimpulkan sesuatu dan terhindar dari argumen yang menyesatkan.

Jenis-Jenis Logical Fallacy dalam Argumentasi

Logical fallacy bisa muncul dalam beragam corak dan sering kali susah dikenali jika kita tidak teliti. Berikut adalah beberapa jenis logical fallacy yang umum ditemukan dalam argumentasi:

  1. Ad Hominem
    Jenis kesalahan logika ini terjadi ketika seseorang menyerang pribadi musuh bicara daripada membahas argumennya. Alih-alih merespons argumen dengan bukti alias argumen yang relevan, orang yang menggunakan ad hominem condong konsentrasi pada kelemahan alias karakter negatif lawannya. Misalnya, “Kamu nggak bisa ngomong soal lingkungan lantaran Anda sendiri suka buang sampah sembarangan.” Di sini, serangan diarahkan ke individu, bukan argumennya.
  2. Straw Man
    Kesalahan logika ini terjadi ketika seseorang mengubah alias menyederhanakan argumen musuh menjadi jenis yang lebih lemah alias mudah diserang, lampau membantah jenis yang sudah dimanipulasi tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang berkata, “Saya rasa kita perlu pengurangan penggunaan plastik untuk menjaga lingkungan,” lampau lawannya menjawab, “Jadi Anda mau melarang orang pakai plastik sama sekali? Itu nggak realistis!” Padahal, argumen original hanya mengusulkan pengurangan, bukan pelarangan total.
  3. False Dilemma (Dilema Palsu)
    Jenis fallacy ini terjadi ketika seseorang menganggap hanya ada dua pilihan ekstrem dalam suatu situasi, padahal sebenarnya ada lebih banyak pilihan alias solusi yang mungkin. Misalnya, “Jika Anda nggak setuju dengan kebijakan ini, berfaedah Anda tidak peduli sama negara.” Padahal, mungkin ada beragam langkah lain untuk peduli dengan negara tanpa setuju dengan kebijakan tersebut.
  4. Slippery Slope
    Kesalahan logika ini terjadi ketika seseorang beranggapan bahwa suatu tindakan mini bakal memicu rangkaian peristiwa negatif yang berlebihan alias tidak masuk akal. Contohnya, “Kalau kita mulai mengizinkan sedikit perubahan pada undang-undang ini, nggak lama lagi semua patokan bakal dirubah dan negara ini bakal hancur!” Padahal, perubahan mini belum tentu membawa akibat yang sebesar itu.
  5. Circular Reasoning (Penalaran Melingkar)
    Kesalahan ini terjadi ketika argumen mengandung premis yang sebenarnya hanya mengulang kesimpulannya sendiri tanpa memberikan bukti baru. Contohnya adalah, “Saya percaya dia orang baik, lantaran dia selalu melakukan perihal yang baik.” Argumen ini melingkar, lantaran “melakukan perihal baik” hanya diulang sebagai argumen kenapa dia dianggap baik, tanpa bukti lain.
  6. Hasty Generalization
    Kesalahan ini terjadi ketika seseorang membikin konklusi umum berasas info yang terbatas alias tidak representatif. Misalnya, “Saya pernah ketemu dua orang yang suka berbohong, jadi semua orang pasti suka bohong.” Argumen ini mengabaikan kebenaran bahwa hanya lantaran beberapa orang bertindak demikian, tidak berfaedah semua orang melakukannya.
  7. Appeal to Authority
    Kesalahan logika ini terjadi ketika seseorang menganggap suatu argumen betul hanya lantaran dikemukakan oleh orang yang dianggap berotoritas, tanpa memeriksa validitas argumennya. Misalnya, “Dokter X mengatakan produk ini ampuh, jadi pasti benar.” Padahal, hanya lantaran seseorang berotoritas dalam bagian tertentu tidak menjamin semua pendapatnya selalu benar.
  8. Bandwagon (Argumentum ad Populum)
    Kesalahan ini terjadi ketika seseorang menganggap sesuatu betul alias baik hanya lantaran banyak orang yang melakukannya alias mendukungnya. Misalnya, “Semua orang sekarang pakai gadget ini, jadi pastinya gadget ini yang terbaik.” Padahal, ketenaran tidak selalu menjadi indikasi kualitas alias kebenaran.
  9. Red Herring
    Jenis fallacy ini terjadi ketika seseorang mengalihkan perhatian dari topik utama dengan memperkenalkan rumor yang tidak relevan. Contohnya, “Kita memang kudu menyelesaikan masalah polusi, tapi apa Anda tidak cemas dengan inflasi yang terus meningkat?” Di sini, pembicaraan tentang inflasi digunakan untuk mengalihkan perhatian dari topik tentang polusi.
  10. False Cause
    Kesalahan logika ini terjadi ketika seseorang menganggap bahwa satu peristiwa menyebabkan peristiwa lainnya hanya lantaran keduanya terjadi berdekatan dalam waktu. Misalnya, “Setiap kali saya memakai kaos berwarna biru, tim sepak bola saya menang. Jadi, kaos biru membawa keberuntungan.” Padahal, kemenangan tim sepak bola tidak ada hubungannya dengan warna kaos yang dikenakan.

 Kesalahan Berlogika yang Dianggap Berpikir Kritis

Contoh Logical Fallacy yang Sering Terjadi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Berikut adalah beberapa contoh logical fallacy yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Ad Hominem dalam Diskusi Politik
    Misalnya, saat ada orang yang mengkritik kebijakan pemerintah, respons yang diberikan bukanlah menjelaskan kekurangan kebijakan tersebut, melainkan menyerang pribadi orang yang mengkritik, seperti, “Kamu nggak punya pengalaman politik, jadi nggak usah ngomong soal ini!” Ini adalah contoh ad hominem, lantaran bukannya membahas argumen, musuh bicara justru menyerang pribadi orang yang mengusulkan kritik.
  2. Straw Man dalam Pembicaraan Seputar Lingkungan
    Ketika seseorang mengusulkan untuk mengurangi penggunaan plastik demi kelestarian lingkungan, mungkin ada yang merespons, “Jadi Anda mau melarang semua orang beli peralatan di supermarket? Gimana orang yang butuh plastik untuk belanja?” Dalam perihal ini, musuh bicara sengaja membentuk argumen yang lebih ekstrem dari apa yang sebenarnya diusulkan, ialah mengurangi, bukan melarang total.
  3. False Dilemma dalam Diskusi Karir
    Sering kali kita mendengar pernyataan seperti, “Kalau Anda nggak kuliah, berfaedah Anda nggak punya masa depan.” Pernyataan ini menganggap hanya ada dua pilihan ekstrem: kuliah alias tidak punya masa depan, padahal kenyataannya ada banyak langkah untuk mencapai kesuksesan tanpa kudu memilih salah satu dari dua pilihan tersebut.
  4. Slippery Slope dalam Pembicaraan Teknologi
    Misalnya, seseorang berkata, “Kalau kita mulai menerima penggunaan mobil listrik sekarang, kedepannya semua kendaraan bakal diganti, dan kita semua bakal terpaksa menggunakan mobil listrik!” Ini adalah contoh slippery slope, di mana perubahan mini dianggap bakal menyebabkan rangkaian peristiwa ekstrem yang tidak pasti dan tidak logis.
  5. Circular Reasoning dalam Diskusi Moralitas
    Misalnya, seseorang mengatakan, “Ini adalah kebijakan yang baik lantaran kebijakan ini sudah diambil oleh pemerintah, dan pemerintah pastinya tahu yang terbaik.” Di sini, argumen tersebut berputar pada premis yang sama tanpa memberikan bukti tambahan yang memperkuat klaim tersebut.
  6. Hasty Generalization dalam Percakapan Sehari-hari
    Seseorang yang baru saja berjumpa dengan beberapa orang dari sebuah negara tertentu dan kemudian berkata, “Orang-orang dari negara itu semua sombong!” Ini adalah contoh hasty generalization, lantaran konklusi tersebut diambil hanya berasas pengalaman terbatas tanpa memperhitungkan keseluruhan populasi.
  7. Appeal to Authority dalam Perdebatan Kesehatan
    Ketika seseorang mengutip, “Dokter X bilang obat ini aman, jadi pasti aman,” ini bisa menjadi appeal to authority. Walaupun master tersebut berkompeten dalam bidangnya, itu tidak otomatis membikin semua pendapat alias rekomendasi yang diberikan selalu benar, apalagi jika tidak ada bukti lain yang mendukung klaim tersebut.
  8. Bandwagon dalam Membeli Produk
    Contoh lainnya adalah, “Semua orang sekarang pakai smartphone ini, jadi pasti smartphone ini yang terbaik.” Dalam perihal ini, seseorang membeli produk hanya lantaran banyak orang yang menggunakannya, tanpa mengevaluasi terlebih dulu apakah produk tersebut sesuai dengan kebutuhan alias kualitasnya.
  9. Red Herring dalam Percakapan Keluarga
    Misalnya, saat sedang membahas tentang masalah finansial keluarga, seseorang beranjak ke topik “Tapi kenapa Anda nggak pernah masak untuk keluarga? Itu juga masalah besar!” Ini adalah contoh red herring, lantaran rumor yang dibahas sengaja dialihkan dari masalah utama (keuangan) ke topik yang tidak relevan.
  10. False Cause dalam Percakapan Seputar Keberuntungan
    Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Setiap kali saya makan nasi goreng, saya selalu dapat buletin baik di hari itu!” Ini adalah contoh false cause, di mana seseorang menganggap bahwa makan nasi goreng menyebabkan kejadian-kejadian baik, padahal itu hanya kebetulan.

Melalui contoh-contoh di atas, Anda bisa memandang gimana logical fallacy sering terjadi dalam percakapan sehari-hari. Meskipun terdengar meyakinkan, krusial untuk selalu berpikir kritis dan menganalisis argumen dengan jeli agar tidak mudah terjebak dalam kesalahan logika. Dengan mengenali logical fallacy, kita bisa berbincang dengan lebih objektif dan rasional.

Pengantar Logika

Cara Menghindari Logical Fallacy dalam Berpikir dan Berargumentasi

Menghindari logical fallacy dalam berpikir dan berargumentasi adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa kita bisa berkomunikasi secara efektif dan menyampaikan pendapat dengan jelas dan logis. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda terapkan untuk menghindari kesalahan logika dalam percakapan dan argumentasi:

  1. Berpikir Kritis dan Teliti
    Langkah pertama untuk menghindari logical fallacy adalah dengan mengembangkan keahlian berpikir kritis. Artinya, jangan menerima argumen alias klaim begitu saja tanpa mempertanyakan alias mengevaluasi apakah klaim tersebut didukung oleh bukti yang kuat. Selalu cek fakta-fakta yang ada dan pastikan bahwa setiap bagian dari argumen saling mendukung dan konsisten.
  2. Fokus pada Argumen, Bukan Pribadi
    Salah satu jenis logical fallacy yang sering muncul adalah ad hominem, ialah menyerang pribadi musuh bicara, bukan argumennya. Untuk menghindari perihal ini, pastikan Anda selalu konsentrasi pada substansi argumen, bukan pada siapa yang mengatakannya. Hindari untuk menyerang karakter seseorang hanya lantaran mereka mempunyai pandangan yang berbeda denganmu.
  3. Hindari Menggunakan Argumen Ekstrem
    Kesalahan straw man sering terjadi ketika seseorang menggambarkan argumen musuh dengan langkah yang lebih ekstrem dari apa yang sebenarnya mereka maksudkan. Untuk menghindari perihal ini, cobalah untuk menggambarkan argumen musuh secara jeli dan adil, serta jawab argumen tersebut dengan mempertimbangkan nuansa dan kompleksitas yang ada, bukan dengan merendahkannya.
  4. Jangan Terjebak dalam Pilihan Terbatas
    Kesalahan false dilemma terjadi ketika seseorang menganggap hanya ada dua pilihan ekstrem dalam suatu situasi. Untuk menghindarinya, selalu ingat bahwa kebanyakan masalah mempunyai lebih dari dua alternatif. Alih-alih memaksakan pilihan terbatas, cobalah untuk menggali solusi alias pandangan lain yang mungkin ada.
  5. Hindari Berasumsi Tanpa Bukti
    Kesalahan hasty generalization sering muncul ketika seseorang membikin konklusi berasas info yang terbatas. Agar terhindar dari perihal ini, pastikan bahwa setiap konklusi yang Anda buat didasarkan pada informasi yang cukup dan representatif. Hindari menarik konklusi umum hanya berasas pengalaman alias contoh yang terbatas.
  6. Gunakan Argumen yang Berdasarkan Fakta dan Bukti
    Salah satu langkah terbaik untuk menghindari logical fallacy adalah dengan mendukung argumenmu dengan kebenaran dan bukti yang jelas. Hindari membikin klaim tanpa menyertakan informasi yang mendukung. Jika Anda menyampaikan sebuah pendapat, pastikan ada argumen alias bukti yang memperkuatnya, agar orang lain dapat menerima dan memahami dengan lebih baik.
  7. Jangan Mudah Terpancing dengan Popularitas
    Kesalahan bandwagon sering terjadi ketika kita mengikuti pendapat orang banyak tanpa mempertanyakan kebenarannya. Untuk menghindari ini, pastikan bahwa keputusan alias pandanganmu tidak didasarkan hanya pada ketenaran alias opini mayoritas. Selalu pikirkan dengan matang dan pertimbangkan argumen di kembali suatu klaim alias tindakan.
  8. Evaluasi Konsekuensi dengan Rasional
    Slippery slope sering kali digunakan untuk memperingatkan tentang akibat yang berlebihan dari suatu tindakan kecil. Untuk menghindari slippery slope, selalu cobalah untuk mengevaluasi akibat suatu tindakan secara logis dan realistis. Jangan mudah percaya bahwa satu peristiwa mini bakal membawa perubahan besar yang tidak dapat dikendalikan.
  9. Jangan Mengulang Argumen yang Sama Tanpa Penjelasan Baru
    Jika Anda menggunakan circular reasoning (penalaran melingkar), itu berfaedah Anda hanya mengulang-ulang argumen tanpa memberi argumen tambahan. Agar terhindar dari ini, pastikan setiap argumen yang Anda buat membawa penjelasan alias bukti baru yang memperkuat kesimpulanmu, bukan hanya mengulangi premis yang sama.
  10. Periksa Sumber dan Kredibilitas
    Kesalahan appeal to authority bisa terjadi jika kita hanya menerima suatu argumen lantaran datang dari pihak yang dianggap berotoritas. Untuk menghindarinya, selalu periksa kredibilitas sumber yang Anda rujuk. Pastikan bahwa otoritas tersebut betul-betul mempunyai kompetensi dan bukti yang mendukung klaimnya.

The Art Of Logical Thinking

Kesimpulan

Penulis: Yasmin

ePerpus adalah jasa perpustakaan digital masa sekarang yang mengusung konsep B2B. Kami datang untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan kitab dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk memandang laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Adila V M

A half-time writer, a full-time dreamer.

Selengkapnya