ILUSTRASI Islam mengajarkan adanya bulan haram.
KincaiMedia, JAKARTA -- Sejak bumi diciptakan, Allah telah menetapkan satuan waktu. Dalam satu tahun, ada 12 bulan. Empat bulan di antaranya yang dikenal dengan bulan haram. Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya, empat bulan haram. Itulah (ketetapan) kepercayaan yang lurus." (QS at-Taubah: 36).
Empat bulan haram disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda yang artinya, "Setahun itu ada 12 bulan dan di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, ialah Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang dia itu berada antara Jumada dan Sya'ban." (Muttafaq 'alaih).
Dinamakan bulan haram lantaran besarnya kemuliaan bulan-bulan tersebut dan beratnya berat nilai kebaikan dan keburukan yang terlaksana di dalamnya. Abdullah bin 'Abbas berkata, "Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan haram dan Allah mengagungkan kemuliaannya. Dan Allah menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya lebih besar. (Sebagaimana) Allah pun menjadikan ibadah saleh dan ganjaran yang didapatkan di dalamnya lebih besar pula." (lihat Lathaiful Ma'arif, Ibnu Rojab al-Hambali, hlm 207).
Secara historis, bulan haram ini cukup dikenal sebelum datangnya Islam. Bahkan, keberadaannya membawa akibat yang sangat positif. Kabilah Arab yang biasa bertempur sebelum datangnya Islam bakal menahan diri dari bertempur ketika memasuki bulan haram. Meski pada akhirnya mereka mengakali dengan memindahkan bulan haram ke bulan lain jika mereka terlibat peperangan di bulan haram.
Saat ini, kita berada dalam bulan haram. Sebagai orang beriman, tentu lebih berkuasa untuk meraih pengaruh positif dengan keberadaan bulan haram. Hal itu bisa dicapai dengan selalu menyadari bahwa kita berada di bulan haram dan terikat dengan keadaan dan patokan yang lebih khusus. Kesadaran seperti ini bisa menjadi bekal terjadinya perubahan dalam diri. Sebagaimana perubahan saat kita memasuki bulan suci Ramadhan.
sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Rifai