KincaiMedia, JAKARTA -- Di bulan Syaban ini, masyarakat Muslim mengisinya dengan beragam kebaikan ibadah. Apa sebetulnya yang membuat bulan Syaban ini mempunyai keistimewaan besar dalam Islam?
Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftahul Huda menjelaskan, Syaban secara bahasa berasal dari kata 'Syakbun' yang berfaedah akar. Akar itu sifatnya berserabut, berserakan, dan tidak menyatu. Syakbun juga berfaedah kaum alias bangsa.
"Kemudian kata Syakban ini dijadikan nama bulan ke delapan dalam almanak hijriah yang jatuh sesudah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan," kata dia beberapa waktu lalu.
Kiai Miftah juga menyampaikan beberapa perihal yang menjadi aspek bulan ini dinamai Syakban. Pertama, orang-orang biasanya berceceran di Syakban untuk melakukan penyergapan dan perkelahian setelah mereka selama bulan Rajab dilarang melakukan pertumpahan darah. Bulan Rajab bagi orang Arab adalah bulan suci di mana bentrok kekerasan tidak diizinkan di bulan ini (asyhuru al-hurum).
Kedua, orang-orang biasa menyebar di bulan Syakban untuk mencari air. Ketiga, Tanaman bakal tumbuh dan berkembang dengan munculnya cabang-cabang di bulan ini. Jadinya tanaman tersebut bercabang-cabang. Keempat, dinamai Syakban lantaran muncul di antara bulan Rajab dan Ramadhan.
Kelima, ialah waktu berkumpul, lantaran di dalam bulan Syakban berkumpul kebaikan yang banyak sekali seperti bulan Ramadhan, baik yang berdimensi ritual keagamaan maupun sosial. Sehingga orang Arab banyak yang menamainya dengan Syakban.
Kiai Miftah juga menguraikan, dalam sejarah kenabian, pada bulan Syakban tercatat ada peristiwa krusial ialah perintah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk mengubah arah kiblat dalam shalat dari arah Masjid al-Aqsha di Kota Quds ke arah Ka’bah di Kota Makkah.
Peristiwa tersebut terjadi pada saat shalat Dzuhur di tanggal 17 Syakban tahun 8 setelah Hijrah. Peristiwa pengalihan arah kiblat ini mengandung hikmah ilahiyah ialah Allah mau menampakkan kepada Nabi Muhammad SAW mana orang-orang yang betul-betul beragama pada aliran yang dibawa oleh nabi, dan mana orang-orang yang ingkar kepadanya.
"Bulan Syakban mempunyai keistimewaan. Di antaranya, pertama, pada bulan ini kebaikan perbuatan manusia kepada Allah SWT dicatat dan dilaporkan kepada Allah SWT," jelasnya.
Adapun dalam hadits riwayat Imam Nasa'i, dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ini adalah bulan di mana manusia melalaikannya (dari kebaikan sholeh). Ia adalah bulan antara bulan Rajab dan Ramadhan, ialah bulan di mana amal-amal bakal diangkat kepada Tuhan alam semesta. Dan saya senang amalanku diangkat ketika saya berpuasa." (HR An-Nasai dan Abu Dawud)
Kiai Miftah menjelaskan, hadits tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan untuk senantiasa memperbanyak kebaikan dan perbuatan baik yang tidak terbatas dengan kebaikan puasa, sholat sunnah, berzikir, membaca shalawat, maupun amal-amal sosial, seperti memperbanyak infak, sedekah, hadiah, dan lain-lain.
"Kalau pun kita tidak bisa untuk memperbanyak kebaikan perbuatan yang baik, maka setidaknya kita mencegah untuk tidak melakukan durhaka kepada Allah SWT dengan tidak meninggalkan perihal yang wajib, tidak menyakiti orang lain dengan tindakan fisik, ucapan, ujaran kebencian, mengadu domba, tuduhan alias yang lainnya baik secara langsung maupun lewat media sosial," paparnya.
sumber : Dok Republika