Mengenal Ngupati, Tradisi 4 Bulanan Adat Jawa Untuk Ibu Hamil

Feb 03, 2025 12:06 PM - 2 minggu yang lalu 16936

Bunda, pernah dengar tentang tradisi Ngupati? Dalam budaya Jawa, saat kehamilan memasuki usia empat bulan, ada sebuah tradisi yang dilakukan sebagai corak syukur sekaligus angan untuk calon bayi dan ibunya. Ngupati bukan sekadar ritual, tapi juga penuh filosofi dan nilai spiritual yang tetap dijaga hingga kini. Yuk, kita kenali lebih dalam Bunda!

Ngupati: Simbol angan dan harapan

Dalam bahasa Jawa, 'Ngupati' berasal dari kata papat, yang berfaedah empat—merujuk pada usia kandungan yang telah menginjak empat bulan. Pada tahap ini, menurut kepercayaan masyarakat Jawa, janin mulai diberi ruh oleh Tuhan. Inilah yang membikin momen ini dianggap spesial dan perlu dirayakan dengan doa-doa baik.

Menurut penelitian dari Universitas Sangga Buana YPKP Bandung, tradisi ini sebenarnya merupakan hasil akulturasi budaya dan agama. Walaupun berasal dari kepercayaan lokal, pelaksanaannya tetap selaras dengan aliran Islam, yang juga mengenal momen krusial di usia empat bulan kehamilan, saat ruh ditiupkan ke janin. Jadi, Ngupati bukan sekadar ritual adat, tapi juga sarana pendidikan spiritual dan tauhid, lho Bunda!

Prosesi Ngupati: Apa saja yang dilakukan?

Meski tiap daerah punya langkah yang sedikit berbeda, secara umum prosesi Ngupati mencakup beberapa tahapan berikut:

1. Doa bersama

Doa dipanjatkan sebagai corak permohonan kepada Tuhan agar bayi yang dikandung tumbuh sehat dan persalinan kelak melangkah lancar. Do'a dipimpin oleh sesepuh alias tokoh agama.

2. Siraman (mandi dengan air kembang tujuh rupa)

Ibu mengandung dimandikan dengan air kembang untuk melambangkan penyucian dan angan agar bayi lahir dalam keadaan baik.

3. Penyediaan makanan khas

Salah satu karakter unik dalam Ngupati adalah sajian berupa makanan berbahan dasar ketan, pisang, dan bubur merah putih. Makanan ini mempunyai makna simbolis, ketan melambangkan angan agar bayi mempunyai kelekatan emosional dengan keluarganya, pisang sebagai perlambang kesuburan dan keberlanjutan keturunan, sementara bubur merah putih melambangkan keseimbangan hidup serta perlindungan dari marabahaya.

4. Pembagian ketupat (kupat)

Nah, ini yang paling unik Bunda! Ketupat dibagikan kepada family dan tetangga sebagai simbol angan baik. Maknanya? Agar ibu dan bayi selalu dalam perlindungan serta mendapat rezeki yang cukup.

Ngupati dalam kehidupan modern

Jika dulu ritual ini melibatkan banyak orang dengan penyajian makanan unik seperti ketupat, bubur merah putih, dan telur rebus, sekarang beberapa family memilih untuk melakukannya secara lebih privat, hanya di lingkungan family inti. Ada yang menggantinya dengan pengajian alias syukuran mini berbareng keluarga.

Doa berbareng yang dulu dilakukan secara langsung di rumah sekarang juga dapat dilakukan melalui media digital seperti video call alias live streaming, memungkinkan partisipasi personil family yang tinggal berjauhan.

Selain itu, dalam konteks kesehatan modern ya Bunda, Ngupati tetap mempunyai nilai yang penting. Meskipun ritual ini berkarakter simbolis, banyak family sekarang mengombinasikannya dengan pendekatan medis, seperti melakukan pemeriksaan kesehatan ibu mengandung sebelum alias setelah kegiatan syukuran. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk menyelaraskan tradisi dengan pengetahuan ilmiah agar memberikan faedah yang lebih luas.

Yang menarik, penelitian oleh Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto,  juga menunjukkan bahwa Ngupati mempunyai nilai pendidikan yang tinggi, terutama dalam mengajarkan rasa syukur, kebersamaan, serta angan yang tulus untuk Si Kecil dalam kandungan. Jadi, meskipun Bunda tidak menjalankan seluruh ritualnya, momen empat bulanan ini bisa tetap dirayakan dengan langkah sederhana namun penuh makna.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya