Menggali Makna Imsak

Mar 09, 2025 01:25 PM - 2 minggu yang lalu 23009

KincaiMedia, JAKARTA -- Sepanjang bulan suci Ramadhan, kata imsak bakal kembali naik daun. Imsak apalagi menjadi kata yang sangat berkarisma selama bulan suci tersebut.

Waktu imsak dapat dimaknai sebagai beberapa menit sebelum azan shalat subuh. Dalam pada itu, seseorang yang telah beriktikad berpuasa berakhir total dari makan dan minum.

Secara harfiah, imsak mempunyai makna 'pengendalian diri.' Dalam perspektif fikih, puasa juga sering didefinisikan sebagai "al-imsak 'anil akl wa al-syurb wa al-jima." Artinya, mengendalikan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri.

Tiga perihal itulah yang menjadi gatra utama pengendalian diri seseorang ketika sedang berpuasa, sekaligus menjadi kriteria keabsahan puasanya.

Jika seseorang telah memenuhi kriteria itu, jadilah dia 'shaimin' alias 'shaimat' minimalis. Namun, seorang minimalis sekalipun mempunyai kesempatan untuk menjadi manusia terhormat jika dia betul-betul bisa melakukan imsak tersebut secara total.

Kalangan maksimalis tentu berpuasa bukan semata-mata mencegah diri dari makan, minum, dan hubungan seksual suami-istri. Mereka tentu mengejar seluruh keistimewaan puasa.

Mereka juga bakal ber-imsak dari segala corak keakuan (ananiyat), seperti keakuan diri, keakuan golongan alias golongan (ananiyah hizbiyah). Puasa bakal dimanifestasikan dalam imsak dari segala corak keangkuhan (takabburat), seperti arogansi intelektual, politik, alias kekuasaan.

Maka, Ramadhan ini perlu kita jadikan sebagai momentum untuk melakukan 'imsak' nasional. Yakni, agar seluruh bangsa menahan diri dalam keakuan dan segala perihal yang melahirkan keburukan. Baik yang di tingkat elite hingga masyarakat bawah. Salah satu realisasi imsak tersebut adalah berbicara dengan baik. Seperti diisyaratkan dalam sebuah hadis. Di antara tanda-tanda orang beragama adalah berbicara baik alias diam.

Dalam sebuah sabda qudsi, Allah SWT berfirman, "Setiap ibadah manusia adalah untuknya selain puasa. Sebab dia (puasa) hanyalah untuk-Ku dan Akulah yang bakal memberikan ganjaran kepadanya secara langsung.” Hadis riwayat Imam Bukhari itu menggambarkan sungguh besar keistimewaan puasa bagi seorang hamba yang beragama dan melaksanakannya.

Selengkapnya