Menghidupkan malam dengan ibadah (ilustrasi).
KincaiMedia, JAKARTA -- Dalam Alquran, Allah berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang doyan melakukan ibadah pada malam ketika umumnya manusia tidur terlelap. Mereka memanfaatkan momen ini untuk mendekatkan diri kepada Rabb semesta alam.
اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا
"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan" (QS al-Muzammil: 6).
Bagi sebagian besar orang, malam merupakan waktu untuk tidur dan beristirahat. Mereka telah menarik diri dari pergaulan sosial dan pekerjaannya, lantas masuk ke dalam lapis kehidupan pribadinya yang sedikit-banyak berkarakter rahasia bagi orang lain.
Jika seseorang tidak beristirahat di waktu malam menandakan demikian pentingnya sesuatu itu alias besarnya tekad yang dipunyai. Artinya, apa pun yang dilakukan seseorang di malam hari bakal menegaskan urgensinya ataupun menegaskan ''warna dasar'' kepribadian orang itu, baik warna yang jahat maupun warna baiknya.
Sebaliknya, seseorang tanpa kegiatan signifikan di malam hari bakal hanya biasa-biasa saja namalain kehidupannya nyaris tanpa renungan mendalam, tanpa sikap yang prinsipil, tanpa tekad kuat, dan tanpa penegasan warna kepribadiannya.
Ayat ke-6 surah al-Muzzammil di atas, secara tegas menerangkan kelebihan waktu malam dibandingkan waktu yang lain.
Secara kuantitatif, Alquran memberikan perhatian lebih dengan pemakaian kata al-lail (malam) beserta kata turunannya sebanyak 92 kali. Bisa dibandingkan dengan pemakaian kata an-nahar (siang) yang sebanyak 57 kali, juga pemakaian kata as-subh (subuh) sebanyak 45 kali, kata al-fajr (fajar) 24 kali, kata ad-dhuha (matahari sepenggalah naik) tujuh kali, dan kata al-'ashr (asar) lima kali, disebut dalam keseluruhan ayat Alquran.
Konteksnya tentu saja berbeda-beda, namun bisa dipahami jika aspek jumlah ini pun sejajar dan menyiratkan kualitasnya.
sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Nasiruddin