Menyusui Mampu Cegah Pikun Di Masa Tua Bunda

Dec 01, 2024 08:30 AM - 1 bulan yang lalu 59020

Jakarta -

Menyusui menyimpan banyak faedah bagi bayi dan juga para Bunda. Salah satunya, menyusui bisa cegah pikun di masa tua Bunda, lho.

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti di UCLA Health menemukan bahwa wanita berumur di atas 50 tahun yang menyusui bayinya mempunyai hasil tes kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menyusui. 

Temuan tersebut dipublikasikan dalam Evolution, Medicine and Public Health, menunjukkan bahwa menyusui dapat memberikan akibat positif pada keahlian kognitif wanita pasca menopause dan dapat memberikan faedah jangka panjang bagi otak ibu.

"Meskipun banyak penelitian telah menemukan bahwa menyusui meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang anak, penelitian kami merupakan salah satu dari sedikit penelitian yang memandang akibat kesehatan jangka panjang bagi wanita yang menyusui bayinya," kata Molly Fox, PhD, penulis utama penelitian dan Asisten Profesor di UCLA Department of Anthropology and the Department of Psychiatry and Biobehavioral Sciences.

"Temuan kami, yang menunjukkan keahlian kognitif yang lebih unggul di antara wanita berumur di atas 50 tahun yang menyusui, menunjukkan bahwa menyusui dapat menjadi 'neuroprotektif' di kemudian hari."

Kesehatan kognitif sangat krusial untuk kesejahteraan orang dewasa yang menua. Namun, ketika kegunaan kognitif terganggu setelah usia 50 tahun, perihal itu dapat menjadi prediktor kuat Penyakit Alzheimer (AD), corak utama demensia dan penyebab kecacatan di kalangan lansia dengan wanita yang mencakup nyaris dua pertiga dari orang Amerika yang hidup dengan penyakit tersebut.

Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa fase-fase riwayat hidup reproduksi perempuan, seperti menstruasi, kehamilan, menyusui, dan menopause dapat dikaitkan dengan akibat yang lebih tinggi alias lebih rendah untuk mengembangkan beragam kondisi kesehatan seperti depresi alias kanker payudara, namun sedikit penelitian yang meneliti menyusui dan dampaknya terhadap kegunaan kognitif jangka panjang perempuan. 

Dari semua penelitian yang ada, ada bukti yang saling bertentangan mengenai apakah menyusui dapat dikaitkan dengan keahlian kognitif yang lebih baik alias akibat Alzheimer di kalangan wanita pasca menopause.

"Yang kami ketahui adalah bahwa ada hubungan positif antara menyusui dan akibat lebih rendah terkena penyakit lain seperti glukosuria tipe-2 dan penyakit jantung, dan bahwa kondisi ini sangat mengenai dengan akibat lebih tinggi terkena AD," kata Helen Lavretsky, MD, penulis senior studi tersebut dan seorang guru besar di the Department of Psychiatry and Biobehavioral Sciences at the Semel Institute for Neuroscience and Human Behavior di UCLA.

"Karena menyusui juga terbukti membantu mengatur stres, meningkatkan ikatan bayi, dan menurunkan akibat depresi pasca persalinan, yang menunjukkan faedah neurokognitif akut bagi ibu, kami menduga bahwa perihal itu juga dapat dikaitkan dengan keahlian kognitif jangka panjang yang lebih unggul bagi ibu," tambah Dr. Fox.

Studi ini melibatkan 115 wanita yang menjadi bagian dari dua uji klinis selama 12 minggu di UCLA Health. Enam puluh empat wanita menggambarkan diri mereka sebagai depresi, dan 51 wanita tidak mengalami depresi. 

Semua wanita tersebut melengkapi kuesioner tentang riwayat kehidupan reproduksi mereka, termasuk usia saat mereka mulai menstruasi, jumlah kehamilan, lamanya waktu mereka menyusui untuk setiap anak, dan usia mereka saat menopause.

Para wanita tersebut juga melengkapi tes psikologis yang mengukur kegunaan otak dalam empat area: pembelajaran, keterlambatan mengingat, kegunaan eksekutif, dan kecepatan pemrosesan. Tidak ada yang didiagnosis menderita demensia.

Secara keseluruhan, 65 persen wanita yang mengatakan bahwa mereka tidak mengalami depresi setelah menyusui, dibandingkan dengan sekitar 44 persen wanita yang mengalami depresi.

Terlepas dari apakah mereka menggambarkan diri mereka sebagai depresi alias tidak, wanita yang telah menyusui mempunyai performa yang lebih baik dalam tes keempat kegunaan otak yang dievaluasi dibandingkan dengan mereka yang tidak, demikian temuan studi tersebut. 

Keempat skor tersebut secara signifikan mengenai dengan menyusui pada wanita tanpa depresi. Namun, hanya dua yang sangat mengenai dengan menyusui pada golongan yang mengalami depresi, kecepatan pemrosesan dan kegunaan eksekutif, yang mencakup keahlian seperti berpikir fleksibel, pengendalian diri, dan memori kerja.

Perempuan yang tidak menyusui mempunyai skor yang jauh lebih rendah dalam tiga dari empat kegunaan otak yang dievaluasi dibandingkan dengan wanita yang menyusui selama satu hingga 12 bulan. Selain itu, skor mereka lebih rendah di keempat area tersebut dibandingkan dengan wanita yang menyusui selama lebih dari setahun.

Apa yang unik tentang menyusui?

Meskipun para peneliti tidak dapat secara langsung memeriksa apa yang menghubungkan keduanya, mereka mempunyai beberapa teori.

"Saya pikir masuk logika jika ada beberapa perihal yang kita ketahui dipengaruhi oleh menyusui, seperti metabolisme daya perempuan, metabolisme lipid, dan ini adalah sistem yang telah terlibat dalam penuaan otak dan akibat Alzheimer," kata Fox.

Kemungkinan yang menarik adalah bahwa menyusui dapat memberikan pengaruh pada metabolisme alias kegunaan tubuh lainnya yang dapat bertanggung jawab atas pola yang dilihat para peneliti.

"Untuk menjawab pertanyaan tentang apa artinya bagi wanita yang mempunyai alias tidak mempunyai anak, ceritanya jauh lebih rumit daripada studi ilmiah, lantaran pengalaman hidup yang sebenarnya dalam riwayat reproduksi wanita melibatkan begitu banyak fase dan sistem yang berbeda dan kami hanya memandang satu aspek ini," kata Fox.

Ia mencatat bahwa studi tersebut menunjukkan adanya hubungan dan tidak membuktikan karena dan akibat. Hubungan tersebut apalagi mungkin tidak mempunyai penyebab biologis, kata Fox, tetapi mungkin disebabkan oleh pengalaman psikologis alias sosial dari ikatan dengan anak alias dinamika family seputar menyusui.

Dr. Neelum Aggarwal, seorang personil the American Academy of Neurology dan associate professor at Rush Medical College in Chicago meninjau temuan tersebut.

"Ini adalah studi yang menarik lantaran memperluas pemikiran kita tentang riwayat reproduksi wanita dan keterkaitannya dengan penurunan kognitif dan demensia," katanya.

Namun, diperlukan lebih banyak studi, kata Aggarwal. Berbagai aspek dan masalah dalam masyarakat, termasuk kekhawatiran tentang suasana hati, depresi, kecemasan, dan gimana hal-hal tersebut dapat membatasi pemberian ASI, kudu diselidiki dalam populasi yang lebih besar dan beragam, katanya.

Dr. Nicole Smith, medical director di the Maternal-Fetal Medicine Clinic di Brigham and Women Hospital di Boston mengatakan bahwa menyusui dapat memberikan faedah seumur hidup bagi kesehatan ibu.

Di antaranya adalah menurunkan akibat penyakit jantung, diabetes, dan kanker payudara. Smith mengatakan hubungan antara penurunan mental dan menyusui mungkin mengenai dengan faktor-faktor lain tersebut seperti dikutip dari laman Healthday.

"Namun, apakah seorang wanita menyusui alias tidak, bukanlah variabel terpenting dalam menjaga kegunaan kognitif," katanya. "Gaya hidup sehat, termasuk mengoptimalkan kesehatan kardiovaskular, kemungkinan besar bakal bermanfaat."

Dalam praktiknya, Smith mengatakan bahwa dia bermaksud untuk membantu wanita mencapai tujuan menyusui mereka, apa pun itu. Jadi, tetap semangat mengASIhi ya, Bunda, demi kesehatan Si Kecil dan juga Bunda di masa mendatang.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya