KincaiMedia, JAKARTA -- Allah SWT berfirman, “Wanita yang salehah adalah yang alim kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh lantaran Allah telah memelihara (mereka).” (QS. al-Nisaa/4: 34). Inilah pahala pertama bagi istri yang menjaga diri, ialah bakal dipelihara oleh Allah SWT dari siksa neraka yang penghuninya lebih banyak kaum hawa.
Ayat ini, menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Syarah Uqud al-Lujain, berbincang tentang wanita salehah yang alim kepada Allah SWT dan suaminya. Mereka memelihara hak suami mereka, menjaga kemaluan mereka, serta memelihara segala rahasia dan benda-benda milik suami mereka. Sebagai imbalannya, Allah SWT menolong mereka.
Menjadi istri adalah kesempatan untuk menumpuk-numpuk pahala. Nabi SAW bersabda, “Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, betul-betul menjaga kemaluannya dan betul-betul alim pada suaminya, maka dikatakan pada kepadanya, “Masukilah surga melalui pintu mana saja yang Anda suka.” (HR. Ahmad).
Ini artinya, bagi serang istri, alim kepada suami menjadi tanggungjawab eksistensial yang tak bisa disangkal. Apalagi Nabi SAW memberi tahu, “Seandainya saya memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu saya bakal memerintah para wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Bahkan bagi isteri, suami adalah surga sekaligus nerakanya. Artinya surga yang diperoleh isteri menjadi pertanda ridhanya suami, begitu juga jika neraka yang diperolehnya. Nabi SAW kabarkan, “Seorang muslimah mana saja yang meninggal bumi lampau suaminya ridha padanya, maka dia bakal masuk surge.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah).
Jadi apa saja yang dilakukan para istri, seperti bekerja di rumah, mengasuh anak, alias bekerja di luar dalam upaya menjemput rezeki sejatinya kudu didedikasikan untuk memperoleh ridha suami. Ridha suami inilah yang berbuah pahala yang agung hingga membikin Allah SWT meridhainya, kemudian surga terindah dipersembahkan untuknya.
Abu Hurairah satu hari bercerita, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Siapakah wanita yang paling baik? Nabi SAW menjawab, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membikin suami benci.” (HR. Nasa’i dan Ahmad).
Oleh lantaran itu, kata Syaikh Nawawi Banten, istri kudu merasa malu terhadap suami, tidak berani menentang, menundukkan muka di depan suami, tak bersuara ketika suami berbicara, menyambut ketika suami tiba di rumah, menampakkan cintanya kepada suami ketika suami mendekatinya, menyenangkan suami saat bakal tidur, dan berparfum.
sumber : Hikmah Republika oleh Dr KH Syamsul Yakin MA