Pakar Bakal Pelajari Penyebab Bunda Sering Overthinking Saat Hamil Hingga Pasca Melahirkan

Mar 13, 2025 08:40 PM - 4 hari yang lalu 5350

Jakarta -

Pikiran-pikiran yang mengganggu dan menyedihkan alias overthinking sering memengaruhi banyak ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan. Namun, hanya sedikit yang mengetahui penyebab dan langkah mengatasinya, Bunda.

Nah, untuk mengungkap penyebab pastinya, tim peneliti dari UNSW Sydney dan George Institute bakal melakukan penelitian. Mereka bakal meneliti penyebab Bunda sering overthinking selama masa perinatal.

Tim peneliti bakal memulai studi lima tahun tentang gangguan perinatal. Studi ini telah diuraikan dalam tulisan konsentrasi yang diterbitkan belum lama ini dalam jurnal Science Advances.

"Gangguan ini adalah pikiran-pikiran tentang ancaman yang berasosiasi dengan bayi yang dapat dialami wanita selama kehamilan, alias lebih umum, pada tahun pertama setelah melahirkan, alias pasca persalinan," kata Associate Professor Scientia Susanne Schweizer, yang memimpin penelitian di UNSW Science.

"Jadi jenis pikiran yang bakal dimiliki kebanyakan wanita adalah pikiran tentang ancaman yang tidak disengaja, seperti membayangkan bayi jatuh dari meja, alias kereta sorong bayi terguling. Itu adalah gambaran yang cukup jelas yang tampaknya muncul entah dari mana," sambungnya, dilansir laman MedicalXPress.

Namun, yang mungkin sangat membahayakan adalah pikiran tersebut sampai membikin Bunda merasa terisolasi. Lantas, muncul pikiran untuk secara sengaja menyakini bayinya.

"Setengah dari semua ibu yang melahirkan juga dapat mempunyai pikiran untuk secara sengaja menyakiti bayi mereka. Sekali lagi, pikiran-pikiran ini muncul begitu saja dan itu adalah salah satu perihal terburuk yang dapat dipikirkan sebagai manusia," ungkap Schweizer.

Schweizer mengatakan bahwa pikiran-pikiran tersebut sangat umum. Hal itu tidak mengenai dengan perilaku yang melampaui pikiran-pikiran yang muncul. Ia membandingkannya dengan pikiran sekilas yang dialami banyak orang, ialah tentang melangkah dari tepi tebing yang tinggi di dekat jurang.

"Dari perspektif perkembangan cukup masuk akal, bahwa wanita sangat peka terhadap ancaman dalam lingkungan pengasuhan, lantaran bayi mereka sepenuhnya berjuntai pada kewaspadaan mereka terhadap ancaman-ancaman tersebut," katanya.

Meskipun perihal yang masuk akal, pikiran-pikiran tersebut tampaknya tidak menghentikan munculnya tekanan. Schweizer mengatakan bahwa beberapa ibu bakal sangat rentan terhadap gangguan perinatal, yang dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan.

"Saat ini, hanya sedikit orang di seluruh bumi yang meneliti perihal ini, terutama lantaran periode perinatal merupakan bagian penelitian yang sama sekali terabaikan," ungkap Schweizer.

"Jadi, kami mencoba untuk mengatasinya dan memahami kenapa wanita rentan lebih terhadap mengalaminya. Kami tahu bahwa pikiran yang lebih intens, lebih menyusahkan, lebih sering, dan mengganggu dikaitkan dengan hasil perinatal yang lebih buruk, tidak hanya dalam perihal kesehatan mental ibu, tetapi juga dalam perihal kesejahteraan emosional bayi."

Fokus penelitian ke depan

Penelitian yang dilakukan oleh tim UNSW ini bakal difokuskan pada aspek sosial, biologis, dan kognitif yang berkontribusi terhadap meningkatnya kerentanan terhadap masalah kesehatan mental, yang dialami wanita selama masa perinatal. Salah satu bagian dari penelitian ini bakal memandang peran hormon terhadap kognisi dan suasana hati ibu selama masa perinatal.

"Kita sudah tahu dari penelitian bahwa siklus menstruasi bahwa beberapa wanita sangat rentan terhadap perubahan hormonal. Bagi sebagian orang, perubahan tersebut sangat ekstrem sehingga dapat menyebabkan indikasi depresi, keputusasaan total, ketidakmampuan untuk termotivasi melakukan apa pun, serta berkurangnya rasa senang," kata Schweizer.

Para peneliti juga berencana untuk memetakan perubahan hormon selama masa perinatal untuk memandang apakah ada pola yang muncul.

"Mengidentifikasi siapa yang rentan terhadap sensitivitas hormon, dan mengapa, sangat krusial untuk menerapkan intervensi dini, dan apalagi strategi pencegahan, untuk meningkatkan kesehatan mental ibu selama masa peripartum," kata para peneliti.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi KincaiMedia Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Selengkapnya