KincaiMedia, JAKARTA -- Puasa dan shalat tarawih merupakan beberapa ibadah unik Ramadhan. Pada era Nabi Muhammad SAW, istilah tarawih belum dikenal. Istilah itu baru muncul pada era sahabat, khususnya Khalifah Umar bin Khattab.
Pada tiap malam Ramadhan, mereka melakukan shalat qiyam Ramadhan dengan diselingi rehat tiap dua rakaat yang ditutup salam. Secara kebahasaan, tarwiih berfaedah 'istirahat.'
Ya, pada era Nabi SAW, istilah untuk ibadah ini adalah qiyam Ramadhan. Berbeda dengan puasa, qiyam Ramadhan namalain shalat tarawih hukumnya sunah yang sangat dianjurkan. Waktu pelaksanaannya, sesudah shalat isya pada malam hari hingga terbitnya fajar selama bulan Ramadhan.
Berapa rakaat?
Ada yang menyarankan shalat sunah unik malam Ramadhan itu 11 rakaat, ialah delapan rakaat tarawih plus tiga rakaat witir. Cara shalat itu adalah: tiap dua rakaat, salam, sehingga diakhiri dengan satu rakaat witir. Demikian merujuk dari kitab Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadhan (disusun Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah).
Dalam perihal ini, Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam kitab 99 Tanya Jawab Seputar Shalat menerangkan. Cara “empat rakaat, empat rakaat plus tiga rakaat witir” bukanlah maksud daripada sabda riwayat Aisyah.
Hadis itu selengkapnya berbunyi. "Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, dia bertanya kepada Aisyah RA, 'Bagaimanakah shalat Rasulullah SAW di bulan Ramadhan?'
Aisyah RA menjawab, 'Rasulullah SAW tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat.
Beliau shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat empat rakaat jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat tiga rakaat.'"
Menurut UAS, sabda itu berarti bahwa Nabi SAW shalat empat rakaat, kemudian berakhir untuk istirahat, lampau shalat empat rakaat lagi untuk menggenapkan tarawih.
Ihwal shalat 23 rakaat